07 - Memberi Peluang

21.2K 1.2K 106
                                    

Amareia memeluk erat punggung lebar suaminya, wanita itu memejamkan mata dengan menggigit bibir bawah saat luapan penuh cinta dan kepuasan terasa di bagian bawahnya. Amareia cukup lama menjanda, kembali ke masa lalu, kembali merasakan nikmatnya percintaan di atas ranjang, membuat Amareia merasa nano-nano. Dia hanya bisa mengatur napas dan tersenyum saat Dexter mengecup bibirnya dengan penuh kelembutan.

"Istirahat, sayang. Maaf sudah membuatmu lelah," Dexter berpindah ke samping, pria itu menarik istrinya ke dalam dekapan. Memeluknya erat dan tak pernah sungkan mengatakan kalimat cinta.

Kalau begini, Amareia jadi penasaran. Bagaimana caranya Shamaira menggoda suaminya? Bagaimana caranya Shamaira berhasil merobohkan pertahanan suaminya sampai memiliki anak? Atau yang sebenarnya, tidak pernah terjadi sesuatu di antara Shamaira dan Dexter. Semua hanya narasi yang Shamaira buat seakan-akan dia memang hamil anak Dexter.

Dia memejamkan mata untuk istirahat, karena jujur saja, perjalanan jauh dan harus melayani nafsu sang suami membuat energinya terkuras. Dia ingin menolak bercinta tapi tak tega melihat wajah tersiksa suaminya, dia pun dengan mudah terlelap. Tapi tidak dengan Dexter yang kini tersenyum menatap wajah damainya, Dexter mengulurkan tangan mengusap lembut pipi sang istri.

Dia juga menyingkir anak rambut yang menutupi wajah cantik istrinya, wajah cantik yang tidak pernah bosan Dexter pandang setiap saat. Karena setiap detiknya, Dexter merasakan cinta yang terus meningkat. Cukup lama Dexter memandangi wajah cantik istrinya, dia pun turun dari ranjang, memakai handuk untuk menutupi pinggang ke bawah dan berjalan menuju balkon dengan membawa segelas anggur.

Dexter tidak merokok.

Dia hanya suka minum, dia juga kuat minum tapi tak pernah minum banyak.

Dexter tahu, kehidupannya tak pernah lepas dari rencana licik orang-orang yang membenci dan iri terhadap kehidupannya. Menyugar rambutnya yang basah akan keringat, pria itu menunduk menatap gelas di tangannya. Perasaan tak menentu itu kembali hadir, setiap melihat wajah istrinya sejak sang istri bangun dan langsung membentaknya, Dexter jadi di hantui rasa bersalah.

Dirinya tak tahu kenapa, tapi setiap melihat wajah istrinya, rasa bersalah yang dulu tak pernah hadir, kini selalu hadir. "Apa aku membuat kesalahan yang fatal?" Dexter mengacak rambutnya dengan frustasi, sama frustasinya dengan hati seorang wanita yang tengah memandanginya dari balkon sebelah.

Dia tak tahu membuat kesalahan fatal apa pada istrinya, tapi jujur, hatinya benar-benar tidak tenang. Menghela napas kasar, Dexter menghabiskan sisa anggur di gelasnya, dia berbalik dengan menaikkan satu alis saat bersitatap dengan Shamaira yang menatapnya dari balkon samping. Wanita itu tersenyum ke arah Dexter namun Dexter tak minat meliriknya lebih lama dan memilih untuk langsung ke kamarnya.

Di tinggalkan tanpa mendapat senyum balasan, Shamaira mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Hanya Dexter, satu-satunya pria yang menolak senyumannya. Tapi bukannya merasa tersinggung, Shamaira malah semakin tertantang.

***

"Dengan pembangunan ulang di wilayah Size, banyak kontraktor yang mengatakan jika keuntungan pemilik saham yang melakukan investasi akan meningkat. Angka kerugian ditaksir tak sampai satu persen, kami sangat menjamin keuntungan untuk pembangunan ulang di wilayah Size yang mungkin memakan modal kontruksi lebih banyak dari pembangunan sebelumnya."

"Wilayah yang akan strategis juga menambah nilai unggul dari wilayah Size, akan semakin banyak wisatawan luar mau pun dalam negeri yang mengunjungi wilayah Size jika kita sepakat melanjutkan pembangunan ulang yang sempat terkendala."

Telinga dan matanya tajam mendengarkan, namun tangannya menggenggam erat tangan sang istri di atas pahanya. Amareia yang duduk di samping Dexter juga hanya diam saat tangannya terus digenggam dengan erat, seakan-akan, Dexter tak ingin melepaskan tangannya meski hanya sebentar. Amareia juga menyimak percakapan mereka terkait pembangunan ulang di wilayah Size.

Wilayah Size? Amareia tak memiliki ingatan tentang itu, sebab dia memang tak ikut campur tentang kerja sama di sini pada kehidupan sebelumnya. Untuk keuntungan dan kerugian yang terdengar menggiurkan, Amareia juga tidak bisa memastikan kebenarannya. "Bagaimana, Tuan Mason? Pembangunan ulang akan meningkatkan harga saham di setiap tahunnya."

"Menurutmu bagaimana, sayang?"

Amareia terkejut, "Aku?"

"Iya, menurut kamu bagaimana? Keputusanku, keputusan kamu juga."

Amareia sungguh terkejut mendengarnya, ini kali pertama Dexter meminta pendapat dirinya tentang kerja sama. "Perusahaan milikmu, Dex. Keputusanmu yang penting, bukan aku."

"No, bagiku, keputusan kamu yang paling penting."

Amareia menatap tak enak pada rekan bisnis suaminya, tadi dia sudah meminta untuk menunggu di depan saja tapi Dexter menahan dan malah membawanya ikut ke meja rapat. Jadilah dia di sini, "Tuan Mason, jika pembangunan ulang kembali di lakukan. Penanggung jawab juga bisa Anda berikan kepercayaan penuh,"

"Penanggung jawab?" Amareia membeo dengan suara pelan, hanya Dexter yang mendengarnya. Dexter pun mengajukan pertanyaan, siapa yang menjadi penanggung jawab mewakili rasa penasaran istrinya.

Sedangkan pria yang di tanyai merasa mendapatkan peluang, "Dia seorang putri dari politikus negara ini, Tuan. Dia penanggung jawab yang akan memantau langsung proses pembangunan ulang, dia juga tak akan pernah mengecewakan Anda. Dia, silakan masuk, Nona ...."

Pintu terbuka, semua pasang mata menatap ke arah pintu, tak terkecuali Dexter dan Amareia.

"Selamat siang semua, perkenalkan, saya Shamaira Dante."

Bibir Amareia berkedut menahan senyum, apa pramugari hanya pekerjaan sampingan wanita itu? Pekerjaan utamanya, mengerjakan apa pun untuk merebut suami orang? Sepertinya iya, tapi Amareia tak tahu juga. "Dia penanggung jawab? Kenapa tidak seorang pria? Bekerja di lapangan secara langsung pasti akan melelahkan,"

"Jangan mengkhawatirkan saya, Nyonya. Saya cukup mampu mengeyam tanggung jawab yang di percayakan pada saya,"

Amareia mengangguk pelan mendengarnya, dia cukup tertarik dengan cara Shamaira yang ingin mendekati suaminya. Apa dia akan menggunakan cara cerdas atau bodoh? Dilihat dari penampilannya, Shamaira sangat pandai menyesuaikan situasi. Wajahnya yang memesona pasti sudah memikat banyak pria di ruangan ini, terbukti, semua mata memandang kekaguman pada wajah Shamaira.

Andaikan Amareia bukan istri Dexter, mereka pasti akan menatap lebih penuh kekaguman pada Amareia. Sayangnya, pawang Amareia terlalu mengerikan untuk di senggol. "Tuan Mason, saya setuju dengan usulan yang sudah di sahkan. Nona Dante akan lebih dari mampu untuk mengenyam tanggung jawab, kami juga akan membantu Nona Dante sebaik yang kami bisa."

Dexter menatap istrinya, "Bagaimana, sayang? Seperti kataku, semua keputusanku itu keputusanmu."

Di balik gaun indahnya, kedua tangan Shamaira terkepal erat namun wajahnya menampilkan madu yang begitu manis dengan senyuman. Dia menunduk penuh keanggunan saat Amareia meliriknya, "Aku merasa kurang percaya dengan kemampuan Nona Dante."

"Nyonya, Anda tidak perlu khawatir. Saya memiliki orang-orang kepercayaan saya yang bisa di andalkan," Shamaira tetap mempertahankan wajah lembut dan senyum manisnya.

"Tidak ada salahnya memberi peluang, semoga sukses, Nona Dante."

Amareia mengatakan kalimat yang memiliki arti berbeda, dia tersenyum tipis pada Shamaira yang tersenyum manis ke arahnya.

Apa dia tidak lelah terus tersenyum? Aku yang melihatnya saja, merasa rahangku sangat pegal.

***

100 komentar untuk triple up!!!

Babay seng!!

Jerat Takdir Dua MasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang