15 - Lawan Main Panas

21K 1.1K 323
                                    

"Partnerku kali ini benar-benar Amareia Yvette kan?"

Seorang pria dengan tubuh gagah, dia memiliki tinggi badan yang semampai, mencapai angka 185 centi meter, dengan rahang yang tegas dan otot di beberapa bagian yang tampak menyempurnakan. Dia juga memiliki sepasang mata yang sesegar bukit yang penuh dedaunan hijau, bibirnya tipis dengan kulit yang kecoklatan. Dia tampak sangat memesona untuk ukuran aktor usia 42 tahun.

Semua orang mengenalnya sebagai bintang di antara bintang, dia mengawali karier sebagai aktor sejak duduk di bangku menengah atas. Kariernya semakin melejit sejak memainkan peran utama dalam film erotis, dari sana, dia tahu di mana keahliannya meningkatkan nama. Dia pun menerima banyak tawaran film erotis, untuk membuat namanya semakin mendunia.

Tak perduli banyak pandangan buruk tentang film yang dia mainkan, asal rating meningkat dan namanya semakin melambung, Dylan Thomas menikmati segala peran yang dia ambil. Kali ini, Dylan Thomas kembali mendapatkan tawaran memainkan film erotis dengan lawan mainnya yang di gadang-gadang, Amareia Yvette.

Siapa yang tak kenal aktris cantik satu itu di negara ini? Semua publik figur mengenal Amareia Yvette si Dewi kecantikan. Dia berhasil melambungkan semua judul film dan drama yang dimainkannya, tentu saja Dylan Thomas merasa tertarik untuk main film dengannya. Karena ada kesempatan, Dylan Thomas tidak akan menyia-nyiakan loncatan untuk membuatnya semakin terkenal.

"Benar, Dylan. Managernya sudah menandatangani kontrak,"

Dylan Thomas tersenyum puas, selama main peran dalam film erotis, adegan yang dimainkannya tak pernah di manipulasi. Dylan Thomas selalu melakukan semuanya secara nyata tanpa rekayasa, dia jadi tidak sabar untuk syuting dengan Amareia Yvette. Tubuhnya pasti seindah wajahnya, baru membayangkan saja, Dylan Thomas sudah merasa tubuhnya memanas.

"Apa ada adegan yang di skip?"

Managernya menggeleng, "Film kali ini tidak ada body double. Semua dilakukan dengan sebenarnya,"

Dylan Thomas menyeringai, "Ini yang aku suka. Apa Amareia menerima? Dia belum pernah main dalam adegan erotis kan?"

Bertahun-tahun menjadi aktor, Dylan Thomas belum pernah menonton drama atau pun film yang Amareia mainkan dan di dalamnya ada adegan erotis. Dia ini diam-diam menjadi penggemar Amareia yang tak pernah absen menonton drama atau film yang dia mainkan, tapi ya itu, tidak ada satu pun adegan yang mengandung unsur dewasa yang Amareia mainkan.

"Managernya sudah tanda tangan kontrak, dia juga selalu melimpahkan keputusan pada managernya. Jika managernya setuju, berarti dia juga setuju."

"Bagus! Ada berapa banyak adegan erotis di dalam naskah?"

"Lumayan banyak,"

"Aku jadi tak sabar,"

Yang di bicarakan tampak duduk seorang diri di ruang VVIP sebuah restoran, ada beberapa gelas yang sudah kosong. Wanita cantik itu menghela napas berat, dia mengambil gelas berisi jus mangga untuk yang kesekian kalinya. Bisa-bisa dia mabuk mangga kalau begini, lihatlah, sudah 5 gelas kosong dari yang tadinya terisi jus mangga.

"Chesner sialan! Dia berani sekali membuat keputusan selancang itu, kira-kira, hadiah apa yang akan aku berikan untuknya karena sudah lancang?"

Amareia mengambil pisau, dia memotong daging steak dengan senyum penuh arti. "Kau ingin mengambil kesempatan dengan memanfaatkan aku? Bagaimana kalau aku balas?" Amareia mengetuk pisau di piringnya hingga terdengar ketukan yang seirama. Dia mengangguk beberapa kali, memikirkan banyak rencana untuk membalaskan perbuatan Dale Chesner.

Ting.

Dale Chesner: Amareia, malam ini ada acara pertemuan dirimu dengan artis dan staf film sebelumnya. Mereka mengharapkan kedatanganmu.

Amareia tersenyum, "Waktu yang tepat."

Tanpa membalas, wanita itu berdiri dari duduknya. Dia meninggalkan cek dengan nominal yang tidak sedikit di atas meja, sembari melangkah keluar restoran, Amareia menempelkan ponsel ke telinganya. "Blokir semua kartu kredit atas namaku dan Dale Chesner, pastikan tidak ada satu pun kartu yang bisa digunakan."

"Ya, Nyonya?"

"Lakukan saja, Hans."

"Baik, Nyonya."

Amareia memutuskan panggilan, wanita itu ingin sekali tertawa tapi dia hanya bisa menahan senyum. "Sepertinya seru melihatmu dipermalukan di depan semua orang,"

***

"MOMMY!"

"Sayang-sayangnya Mommy,"

Amareia mengecup kening kedua anaknya, dia tersenyum manis yang malah membuat Dexter salah tingkah melihatnya. "Say thank you to Daddy, sayang. Daddy sudah antar kalian berdua pulang kan?"

Si kembar menatap Ayah mereka yang menggendong Leo, kebetulan, jam pulang si kembar dan Leo memang berbarengan, karena itu, Dexter sekalian menjemput Leo dan si kembar. "Daddy, thank you!"

"My pleasure, sayang."

Amareia menggandeng kedua anaknya, "Kau akan langsung pulang, Dex?"

"Iya, Leo harus ganti pakaian."

Amareia mengangguk, dia pun menunggu di depan sampai Dexter juga Leo benar-benar menghilang dari pandangannya.

"Sayang, Mommy sudah buatkan makan siang untuk kalian berdua, kalian langsung ganti pakaian oke?"

"Okay, Mom!"

Si kembar berseru dengan riang, keduanya pergi ke kamar masing-masing dengan terburu-buru mengganti pakaian, selesai mengganti pakaian, keduanya ke ruang makan, sudah ada Amareia di sana. "Mommy, kami sudah selesai ganti pakaian!"

"Okay, sekarang duduk dan makan dengan tenang ya."

Melihat kedua anaknya yang sekarang ikut dengan dirinya, Amareia jadi kepikiran untuk membeli sebuah rumah. Tidak perlu yang besar, asal nyaman untuk dirinya dan si kembar. Karena anak-anaknya juga butuh lingkungan yang mumpuni untuk mereka lebih bebas tumbuh kembang, selesai makan siang bersama, Amareia dengan kedua anaknya duduk di ruang tengah.

"Sayang, Mommy ada rencana mau membeli rumah. Kalian mau rumah yang seperti apa?"

"Rumah kita dulu, Mom? Aku suka suasana rumah kita," Aysele mengingatkan Amareia pada kediaman megah yang dulu dirinya, kedua anaknya, juga Dexter tempati. Hanya saja, setelah bercerai, Amareia memilih tinggal di apartemen karena dia hanya tinggal seorang diri dan anak-anaknya yang tinggal bersama dengan Dexter.

Dexter juga pindah dari kediaman sebelumnya ke kediaman baru bersama dengan Shamaira dan Leo, sekarang, kedua anaknya menginginkan kembali ke kediaman itu. Amareia? Tentu saja dia harus berpikir matang, sedangkan Aillard yang paham tentang isi pikiran sang Ibu, pemuda kecil itu ikut memikirkan sesuatu. "Aysele, lebih baik kita pindah ke rumah baru yang lebih kecil. Supaya kita memiliki banyak waktu dengan Mommy, lagian, kita hanya bertiga, tidak perlu rumah yang besar."

Amareia menatap putranya dengan tatapan bangga, "Aillard ada benarnya, sayang. Kamu mau kita beli rumah yang lebih sederhana saja?"

"Mau! Apa pun asal aku bisa terus ikut dengan Mommy,"

"Aillard pun berpikir sama, Mom. Kami akan ikut ke mana pun Mommy pergi asalkan ada Mommy di sisi kami,"

Dengan perasaan bahagia, Amareia memeluk kedua anaknya berbarengan. Hatinya menghangat tiap kali kedua anaknya bersikap begitu pengertian, "Baiklah. Secepat mungkin, Mommy akan memilih beberapa rumah, nanti kalian yang menentukan ya?"

"Okay, Mom!"

***

Kaget, kalian gercep banget ya ternyata tapi aku suka HAHAHA

Aku udah tiga kali up hari ini loh😋

300 komentar untuk selanjutnya yakk!!

Bye seng!

Jerat Takdir Dua MasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang