20 - Luapan Kerinduan

19.8K 1.1K 447
                                    

Sebagai bentuk perayaan rumah baru, Amareia membuat pesta kecil-kecilan dengan kedua anaknya juga Leo. Di halaman belakang, taman sudah di sulap menjadi tempat bakar-bakar, bahkan banyak koki yang ingin membantu namun Amareia lebih memilih turun sendiri membakar daging, sosis, bakso, dan lain sebagainya untuk anak-anak.

"Mommy! Aku mau sosis!"

"Aku mau bakso!"

"Leo mau ayam!"

Ketiga bocah itu tiada lelah berteriak bahkan tidak juga kenyang setelah menghabiskan banyak sate, ketiganya tak peduli pada Amareia yang sudah bau asap, tak hanya Amareia, Dexter pun sama. Pria itu tadi memakai kemeja rapi, kini kemejanya sudah terlepas hingga bertelanjang dada. Alasannya, tentu saja karena Dexter gerah membakar sate untuk anak-anaknya yang tidak kenyang-kenyang.

"DADDY! SUAP AKU! SUAP AKU!"

Dexter hendak menyuap sosis ukuran besar, namun Aysele berteriak, dia tidak jadi menyuap dan malah menyuapi Aysele, bergantian Aillard, dan terakhir Leo. Melihat itu, Amareia terkekeh sembari menggeleng pelan. Dia kasihan melihat Dexter yang dari tadi tidak ada kesempatan mencicipi padahal dia yang sibuk membakar semuanya sejak tadi.

"Aaa," Amareia mengulurkan sepotong bakso ke depan mulut Dexter. Dexter yang tiba-tiba di suapi terdiam sebentar sebelum tersadar dan langsung membuka mulut menerima suapan, "Terima kasih."

Amareia mengangguk kecil, dia membawa piring berisi sate-sate yang sudah matang untuk anak-anak. "Makannya pelan-pelan ya! Hati-hati panas,"

"Siap, Mom!"

"Siap, Aunty!"

Sementara anak-anak menikmati sate mereka, Amareia duduk di samping Dexter yang tengah meminum minuman kaleng. "Mau?" Amareia menggeleng, dia lebih Memilih meminum jus mangga di atas meja.

"Dex,"

"Ya?"

"Kau betah sekali di sini, kau tidak lupa kan jika punya istri di rumah?"

"Istriku di sini,"

Amareia melipat bibirnya ke dalam, dia mengalihkan pandangan agar tak bersitatap dengan Dexter. "Oh, apakah Shamaira akan menyusul ke sini?"

"Siapa Shamaira?"

"Istrimu,"

"Dia bukan istriku, dia pelacur."

Amareia kembali melipat bibirnya ke dalam, kaget mendengar jawaban gegabah Dexter. "Kau secara tidak langsung, menunjukkan aib rumah tanggamu yang tidak sehat padaku, Dex."

"Bahkan jauh lebih buruk dari sekedar aib,"

"Dex, mau bagaimana pun, dia wanita yang kau nikahi."

"Aku tidak pernah menikahinya,"

Amareia terkekeh, "Iya, iya percaya. Kau tidak pernah menikahinya tapi status kalian resmi sebagai pasangan suami istri,"

"Aku bukan suaminya,"

"Iya deh, bukan."

Amareia tak ingin memperpanjang perdebatan dengan Dexter, wanita itu berdiri hendak pergi namun Dexter menahan pinggangnya, bahkan menarik lembut pinggangnya hingga dia jatuh terduduk di pangkuan pria tampan itu. "Dex! Di sini ada anak-anak! Lepaskan aku!"

"Sst, selagi kamu tidak teriak, mereka tidak akan menghiraukan kita." Dexter menumpukkan dagunya di bahu Amareia, dia menghirup dalam-dalam aroma tubuh yang selalu di rindukannya. "Kenapa enam tahun rasanya seperti enam puluh tahun?"

"Apa maksudmu?"

"Aku merindukanmu," Dexter mengecup bahu Amareia dari luar gaun wanita itu. Dia bahkan tak segan memeluk erat perut Amareia yang membatu, Amareia sesekali melirik ke arah anak-anak yang memang sibuk berebut sate.

Jerat Takdir Dua MasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang