Pada sebuah rumah yang terletak di ujung utara Kota Kembang, seorang lelaki kurus kering sedang jongkok tepat di depan televisi. Matanya tertuju tepat pada reporter wanita yang sedang melaporkan korban baru dari Virgin Killer. Melihat wanita itu di layar, lelaki itu tampak bergairah, nafasnya terdengar cepat dan berat, air liur keluar menetes dari mulutnya, matanya melotot tanpa berkedip. Jarak mata dengan wajah wanita di layar hanya tinggal lima senti.
"Hah.. Hah.. Hah.."
Kedua tanganya gemetar keras, mencoba membelai wajah wanita di layar. Ketika tiba-tiba wajah tiu berubah menjadi sebuah iklan sabun cuci, lelaki tersebut lalu marah, suara geretakan giginya terdengar keras ke seluruh ruangan. Kepala laki-laki itu ia benturkan terus ke lantai hingga berdarah.
"Lagi, lagi, lagi, lagi…LAGI!" teriaknya dengan suara yang nyaring.
***
Terletak pada sebuah taman kota di Kembang. Di satu bangku taman yang terbuat dari kayu, Bayu sedang duduk sambil menatapi proyeksi dari ponselnya, di sampingnya terdapat dua kantong penuh berisikan buku-buku fiksi yang baru saja ia beli. Pada layar proyeksi dari ponselnya, terdapat panggilan video dari seorang wanita paruh baya yang tidak lain adalah ibunya, Olivia Rivertale.
"Bay, sudah dapat kerja? Kalau belum, kenapa gak balik ke Sentral aja? Di Kembang lagi bahaya!" cemasnya.
Bayu memandangi wajah ibunya yang tampak cemas dan panik, lalu pandangannya berpalih ke layar besar tertempel di gedung kantor sebrang taman. Pada layar sedang diberitakan tentang korban baru dari Virgin Killer.
'Tsk! Virgin Killer sialan! Ini kedua kalinya dia membuat mama cemas,'
"Ma, tenang saja. Bayu sudah pernah bilang, kan? Kalau Virgin Killer itu targetnya cewek bukan cowok"
"Hah?! Virgin Killer! Dia juga masih belum ketangkap?! Bayu segera pulang ke Sentral! Gila ini Kembang, bukan cuma Panji! Virgin Killer juga masih dibiarin keluyuran, mau jadi sarang pembunuh apa itu kota!"
'Hm? Panji?'
'Jir! Aku lupa kalau mama buta teknologi!'
Bayu merasa kepalanya sedang ditusuk oleh paku berulang kali, ia memegangi kepalanya dengan tangan kanan.
"Bay! Kenapa? Kamu gak kenapa-kenapa, kan? Atau mulai ngantuk?!"
Melihat ibunya tambah cemas, Bayu mencoba menenangkan dirinya, lalu berpikir keras membuat suatu alasan bagi ibunya. Tidak lama, Bayu teringat akan mimpinya sewaktu ia kecil. Bayu menghela nafas panjang sebelum ia menjelaskan.
"Ma, tenang. Bayu di sini aman kok. Terus masalah kerjaan, Bayu memang belum dapat, tapi sekarang Bayu mau mewujudkan mimpi Bayu aja"
"Mimpi?"
"Iya, Ma. Ingat, kan? Waktu Bayu kecil, Bayu pernah bilang kalau ingin membuat guild sendiri."
Ibunya yang berada di balik proyeksi terdiam sejenak.
"Jadi sekarang kamu mau buat guild? Emang bisa? kamu yakin?"
"Yakin, Ma! Bayu sudah punya rencana sendiri. Paling nanti Bayu mampir ke rumah waktu daftar guild di Sentral"
"Tapi, Bay…"
"Tenang, Ma. Percaya sama Bayu."
Keduanya hanya saling bertatapan, mata mereka berdua seperti sedang meyakinkan satu sama lainnya. Bayu kemudian tersenyum lebar.
"Ma, sudah ya! Bayu lagi di luar apartemen nih, lebih baik pulang sebelum kambuh. Mama sehat selalu ya!"
"Iya, hati-hati Bay, kalau lihat orang pakai topeng panji langsung lari, oke?"
KAMU SEDANG MEMBACA
master buku mengantuk
ActionKetika umurnya beranjak sepuluh tahun, Bayu tiba-tiba mendapati dirinya mengidap narkolepsi. Hidupnya yang dipenuhi tawa pun berubah menjadi kelam. Rasa kantuk selalu manghantui dirinya, membuat masa kecilnya lebih sering ia habiskan di kamar untuk...