65

1 1 0
                                    

Di langit Kota Akademi, seekor ular naga besar terbang dengan angkuh. Tubuhnya dipenuhi oleh sisik yang berwarna merah kecokelatan, terlihat keras dan tajam. Kumis naga itu panjang menari di udara. Naga itu kembali meraung.    

"Roooarrr!!"    

Membuat para manusia yang telah mematung kini bertekuk lutut karena tenaga dari kaki mereka seperti terambil oleh rasa takut. Hanya avonturir kelas emas atau tentara dengan kemampuan setara masih mampu berdiri, walau tubuh bergetar. Sedangkan platinum, mereka melihat naga itu dengan takjub. Keringat mengalir dari tengkuk mereka, merasakan bahwa perang terasa semakin sulit seiring berjalannya waktu.    

Para prajurit manusia kadal, melihat naga terbang di langit, mereka langsung bersujud. Menyembah mahluk itu seakan tuhan mereka.    

Naga itu lalu membuka mulutnya, memperlihatkan taring-taring besar menyeramkan. Di dalam mulutnya, tampak terlihat perkumpulan aura berwarna merah yang semakin lama semakin besar, menutupi mulut naga.    

Setelah dirasa cukup besar, naga itu lalu memuntahkan bola energi dari aura yang ia kumpulkan ke tembok Kota Akademi.    

DUARRRR!!!    

Seketikan ledakan yang sangat besar terjadi ketika bola energi itu membentur lapisan pelindung kota. Para pasukan Nusa dan avonturir yang tidak jauh dari ledakan, tewas seketika tanpa meninggalkan seonggok daging tubuh mereka.    

Renata yang sebenarnya tidak terlalu jauh dari ledakan, berdiri tegap melihat serangan naga itu dengan mulut terbuka. Ia lalu melihat gelombang kejut yang dihasilkan oleh benturan itu mulai menghampiri posisinya dengan cepat.    

Renata langsung berbalik lari, namun hanya sekejap, langkahnya terhenti ketika mendapati banyak orang yang terdiam seperti patung.    

"Brengsek!"    

Renata langsung mengeluarkan aura platinum dirinya ke sekitar, membuat orang-orang yang mematung itu seketika terkejut, lalu tubuh mereka bergidik karena inten aura yang Renata kerahkan.    

Renata mencoba menyebar tekanan auranya sejauh mungkin, namun apa dikata, gelombang kejut sudah semakin dekat.    

"Lari dan berlindung!!!"    

Teriak Renata yang seketika menghilangkan tekanan auranya. Dengan cepat ia menarik dua tentara di dekatnya, berlari menjauh. Dan gelombang kejut pun menghampiri, membuat semua orang yang lari langsung merunduk berlindung.    

Bwooooshhhh!    

Renata yang sudah lari cukup jauh tubuhnya tetap terpental, sebelum bisa akhirnya mendarat dengan baju yang compang-camping. Renata berdiri, melihat ke dua tentara yang dibawanya kini terbaring tidak sadarkan diri. Ia menilik tubuh mereka, memerika kalau nyawa ke dua tentara masih berdetak. Renata mengangguk.    

Renata lalu memandang ke kejauhan, melihat hasil serangan naga barusan, berhasil memecah lapisan pelindung kota. Lapisan di depan tembok, hancur berkeping-keping seperti kaca.    

Sialnya, tidak sampai di situ saja, tembok selatan Kota Akademi itu sebagian hancur rata dengan tanah. Renata tidak mau berpikir apa yang terjadi pada personil di atas tembok itu. Ia hanya bisa memanjat doa.    

Renata menengadah, melihat sosok naga yang memandangi manusia di bawahnya seperti sebongkah mainan. Renata menggigit ujung bibirnya hingga berdarah, merasa agak frustasi.    

***    

Di dalam kota, tepatnya di gedung pemerintahan Kota Akademi. Sultan Hilmi yang sejak perang dimulai telah berdiri di balkon memandangi langit yang ramai oleh cahaya laser. Kini tubuhnya bergidik ketakutan.   

master buku mengantukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang