11

28 8 0
                                    

Apertemen Bayu, Jalan Subur, di timur Kota Kembang.    

Sehari setelah penemuan jasad Adi Hamerfid. Bayu masih bermalas-malasan duduk di sofa ruang tengah dengan buku di tangan. Di meja yang tidak jauh didepannya terdapat segelas kopi dingin dan sepiring bakwan. Waktu sekitar jam sembilan pagi, hawa dingin masih terasa walau matahari sudah bersinar terik. Berita di TV masih membicarakan pembunhan Adi serta diskusi tentang Panji The Killer.    

"Ooh…" Bayu menjawab malas, enggan menurunkan buku yang sedang dibacanya, Bayu berpindah tempat ke sofa yang lebih panjang, lalu berbaring di sana.    

Kali ini buku yang dibaca Bayu adalah buku 'Hakam Justicien', seseorang yang saat ini sudah menjadi satu dari dua belas Pilar Union. Hakam yang biasa dijuluki The Goliath oleh khalayak umum, sangat disegani oleh masyarakat dunia. Bahkan pemerintah Nusa sebisa mungkin menghindari konflik dengannya.    

Bayu yang sudah membunuh adik rahasia sekaligus adik kandung Hakam, mengetahui akan bahaya yang timbul dari perbuatannya. Oleh karenanya saat ini Bayu mempelajari dan membuat rencana saat ia menghadapi Hakam di masa depan nanti.    

Sekitar dua jam berlalu.    

"Hm…" Bayu masih agak keberatan menutup bukunya, namun ia tutup dan menghilangkan buku itu di udara. Dengan lesu Bayu beranjak dari sofa lalu berjalan ke kamarnya. Diperjalanan Bayu menguap lebar sambil menggaruk punggungnya yang agak gatal.    

"Semenjak mendapat perpustakaan, aku merasa semakin lelah dan mengantuk walau telah banyak tidur"    

"Eeeeh? Tapi menyusahkan sekali karena aku harus tidur dua kali hanya untuk tidur!"    

Setelah sampai ke kamar, Bayu lalu mengambil satu kantong eco bag yang berada di atas meja belajar. Bayu lalu keluar berjalan ke dapur meminum segelas air putih, sebelum kembali ke ruang tengah dan menyimpan eco bag yang dibawanya ke atas meja.    

Ding dong    

Bayu mendengar suara bel, dia agak kesal karena baru saja duduk dan harus berdiri kembali. Bayu berjalan ke pintu depan, membukanya lalu melihat seorang perempuan yang sudah tidak asing baginya.    

Fara Blairheel, kali ini dia mengenakan kaos hitam ketat yang membuat kedua buah dadanya timbul, lalu di balut dengan kemeja lengan panjang berwarna merah kotak-kotak yang lenganya dilipat sampai sikut. Bagian bawah tubuh Fara memakai celana gaucho biru tua yang dipadu dengan gladiator boots hitam. Seperti biasa Fara tambil dengan senyum lebar di wajahnya.    

"He-ya! Bayu! Lama tak jumpa!"    

'Aku selalu membaca kata 'he-ya' dalam bukunya, ini pertama kalinya aku mendengar nadanya, apa ini kata sapaan spesialnya?'    

Melihat Bayu yang tidak merespon, Fara merasa wajahnya mulai memerah malu. Dalam hatinya dia mengutuk kedua kakak beradik Rivertale. Fara dan Bayu dalam beberapa detik ke depan hanya saling tatap. Fara yang sudah merasa canggung mencoba mencairkan suasana.    

"Setidaknya bisakah kamu membalas sapaan?"    

"Oh… hai, mau masuk?"    

"… baiklah, permisi"    

Fara masuk ke apertemen Bayu, di dalam dia mengamati ruangan yang tertata rapi. Di ruang tengah terdapat dua buah sofa dengan satu ukuran buat satu orang yang satunya lebih panjang diperuntukan untuk dua orang. Depan sofa terdapat satu meja kayu dengan satu buah kantong yang terletak di atasnya, tidak jauh dari meja terdapat televisi lima puluh inci yang tertempel pada dinding.    

Fara lalu melihat Bayu duduk di sofa, lelaki di depannya tidak mengucap satu kata apapun. Fara mengangkat kedua bahunya lalu duduk di sofa yang panjang.    

master buku mengantukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang