Markas Federasi Guild cabang Nusa, terletak di Sentral pusat. Federasi ini memiliki tugas untuk mengatur segala permasalahan guild yang ada di Nusa. Mulai dari pendaftaran hingga hukuman, pembubaran dan lain sebagainya.
Kali ini Bayu dan Anggi telah tiba di gedung besar yang dijadikan sebagai pusat dari para guild ini. Ketika masuk mereka berdua dapat melihat ruang lobi yang ramai. Dari orang biasa, staf, agen pemerintah hingga avonturir bisa ditemukan di sini.
Ketika Bayu masuk, walau tidak banyak tapi ada beberapa orang melirik mereka. Dari pandangan orang, sosok Bayu yang duduk di kursi terbang bersama Anggi yang mendorongnya agak unik di sekeliling orang yang berjalan lalu lalang. Bayu dan Anggi tampak mencolok.
Bayu tidak menggubris tatapan mereka, dengan santai ia hanya duduk di kursi sambil membaca buku. Anggi pun hanya mendorong dengan senyum di wajahnya yang memakai kacamata hitam itu. Orang-orang pun sekilas melihat mereka dan berjalan mengurusi urusan mereka masing-masing.
Pada awalnya, Bayu tidak mengindahkan keinginan Anggi yang menyuruhnya duduk di kursi terbang. Namun, ketika ia coba, kursi itu terasa sangat nyaman. Pada bagian lengan kursi ia bisa menarik sebuah meja lipat, di bagian depan lengan terdapat tempat menyimpan gelas. Di bagian lengan kiri ia bisa menarik tongkat untuk menunjang ponsel atau tabletnya.
Di samping kanan dan kiri kursi, terdapat kantung yang membuat Bayu senang, karena ia dapat menyimpan bukunya. Di bagian bawah kursi terdapat sebuah bagasi yang bisa dibuka lewat bagian belakang kursi terbang. Dan hal yang paling penting, Anggi sudah memodifikasi kursi sehingga terdapat sabuk pengaman, dengan tujuan agar Bayu tidak jatuh ketika ia tidur nanti.
Kursi itu sendiri dapat digerakkan melalui berbagai tombol dan tuas yang terletak di bagian lengan kanan kursi. Walau kursi itu dinamai kursi terbang, namun kursi itu hanya dapat melayang hingga setinggi setengah meter dari tanah.
Setelah sampai di depan meja resepsionis, Bayu dan Anggi memilih antrian yang tidak cukup panjang, tapi Anggi memperkirakan akan tetap membutuhkan waktu setengah hingga satu jam sampai mereka sampai ke depan. Mereka hanya bisa menunggu.
"Bos…jangan tidur, oke?"
"Itu sesuatu yang tidak bisa kujanjikan."
"Haa~"
Selagi Bayu dan Anggi menunggu, tidak terlalu jauh dari tempat mereka. Dua perempuan keluar dari lift dan hendak berjalan keluar gedung. Dua perempuan itu berjalan perlahan, namun orang di sekitar yang melihat salah satu perempuan, segera berpindah menghindari jalur mereka. Hal ini membuat ke dua perempuan itu berjalan layaknya Nuh yang membelah laut.
Ketika di tengah lobi, salah satu perempuan, yang disegani oleh orang-orang di sekitar sana tiba-tiba berhenti. Ia lalu memandang ke sepasang lelaki perempuan yang sedang mengantri. Lelaki yang sedang duduk sambil membaca di kursi terbang, dan seorang perempuan tomboi dengan kacamata hitam. Pandangan perempuan itu lalu terpaku pada sosok Bayu.
"Hm?" Satu perempuan lagi, merasa aneh ketika melihat kerabatnya tiba-tiba berhenti, "Ada apa, Arvi?"
Perempuan itu heran, ia lalu melihat wajah serius Arvi yang memandang ke kejauhan. Ia ikuti arah pandangan itu, lalu ia mendapati seorang lelaki di kursi terbang dan perempuan berkacamata hitam di akhir pandangan. Perempuan itu semakin terheran. Ia merasa tidak ada yang aneh, kecuali jarangnya ia melihat orang lumpuh di markas Federasi.
"Arvi, ada apa denganmu?"
Arvi tetap tidak menjawab, pandagannya hanya terpaku pada Bayu. Orang-orang pun tentu menyaksikan ini, mereka bertanya-tanya akan alasan yang dapat membuat Si Putri Bulan berhenti. Mereka semua serentak menoleh pada arah pandangan Arvi, menemukan Bayu dan Anggi di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
master buku mengantuk
ActionKetika umurnya beranjak sepuluh tahun, Bayu tiba-tiba mendapati dirinya mengidap narkolepsi. Hidupnya yang dipenuhi tawa pun berubah menjadi kelam. Rasa kantuk selalu manghantui dirinya, membuat masa kecilnya lebih sering ia habiskan di kamar untuk...