9

10 4 0
                                    

Jalan Restu Kencana, Kota Kembang.    

Depan rumah Adi Hamerfid, berdiri seorang lelaki bertopeng yang mengenakan setelan rapi serta topi bowler di atas kepalanya. Bayu yang sedang mencermati pekarangan rumah Adi menggelengkan kepalanya. Dua hari sudah berlalu sejak kepergian kedua orang tua Lesti ke kota asal mereka.    

Bayu memandangi halaman rumah Adi yang sudah rapi seperti taman kota. Selama menetap di rumah Adi, Ibu Nastion dengan rasa syukur, menawarkan diri untuk membersihkan halaman rumah ini. Hasilnya? Rumah yang tadinya tampak berantakan pun berubah drastis.    

'Ayu, pantau aktifitas Adi.'    

Saat ini Adi sedang menghadiri sebuah studio dari seorang streamer LIFE. Adi didatangkan sebagai tamu narasumber dalam menyinggapi kesehariannya sebagai avonturir baru.    

Bayu berjalan ke depan pintu rumah, mengambil suatu selotip yang sudah tertempel oleh sidik jari Adi. Sidik jari yang ia dapatkan dari gelas plastik yang dibawa oleh Najia. Bayu tempelkan selotip itu ke mesin pemindai di samping pintu, setelah mesin mengkonfirmasi, alat itu meminta Bayu untuk memasukkan nomor sandi. Bayu sudah mengetahui sandi rumah dari buku yang ia baca, pintu rumah di depannya pun bergeser terbuka.    

'Tidak apa-apa, aku malah ingin kamera itu merekamku,'    

Bayu kemudian melihat kamera yang terpasang di langit-langit teras. Wajahnya yang memakai topeng terekam dengan jelas oleh kamera. Di balik topengnya sudut mulut Bayu terangkat. Bayu lalu masuk dan mengunci kembali pintu rumah.    

Dalam rumah, Bayu menjelajahi setiap sudut rumah lalu berhenti di sebuah lorong yang menghubungkan garasi dengan dapur. Bayu melihat langit-langit lorong yang terdapat pintu mengarah ke loteng. Bayu kemudian pergi ke garasi mengambil tangga lalu menyimpan tangga di bawah pintu loteng.    

Bayu membuka pintu loteng dan dia melihat sebuah kain seprai kuning dan sepasang baju terbaring di pojok loteng. Melihat ini Bayu menyeringai.    

'Orang bodoh ini beneran lupa untuk menghilangkan barang bukti,'    

Bayu mengambil seprai dan baju itu lalu berjalan ke dapur mencari kantong. Setelah menemukan satu eco bag dia menyimpan barang-barang bukti untuk nanti ia bawa pergi.    

Setelah merasa bosan mengelilingi rumah, Bayu berjalan ke rak buku yang ada ruang tengah. Mengambil sebuah buku lalu duduk dan membaca buku itu di sofa ruang tengah.    

Sekitar satu jam berlalu, matahari sudah mulai terbenam, Bayu yang sedang membaca tiba-tiba mendengar suara Ayu di pikirannya.    

'Hmmm…'    

Bayu lalu menutup buku yang sedang dibacanya. Tubuhnya ia sandarkan di sofa, lalu memejamkan matanya dengan kepalanya yang mengarah ke langit-langit. Tidak lama, Bayu menghebuskan nafas panjang dan beranjak dari sofa.    

Bayu berjalan kembali ke garasi, mengambil sebuah kotak yang berisikan alat-alat perkakas seperti palu dan paku. Setelah itu Bayu pergi ke kamar Adi dan menemukan sebuah kursi yang terbuat dari kayu. Bayu menarik kursi itu, menggesernya hingga ke depan pintu rumah. Bayu lalu memaku bagian bawah kursi dengan paku-paku yang memiliki panjang minimal sepuluh sentimeter.    

Merasa telah cukup, Bayu lalu melihat bagian kursi yang biasa diduduki telah dihiasi oleh puluhan ujung paku. Bayu menunduk puas. Lalu meletakkan kursi itu tidak jauh dari pintu depan. Bayu lalu menilik kembali kotak perkakas yang ia bawa, dan menemukan sebuah gulungan tali pancing.    

Bayu lalu mengikatkan tali pancing itu ke sebuah kabinet yang berada pojok samping kanan sejajar dengan pintu depan berada, lalu Bayu menggeser sofa yang tadi ia duduki dan meletekkannya di pojok samping kiri ruangan sejajar dengan pintu. Tali yang sudah terikat dengan kabinet dia tarik lalu ikatkan ke sofa yang tela ia bawa. Setelah beres, Bayu menyentil tali pancing yang sudah terentang dari pojok ke pojok di depan pintu, merasa rentangannya sudah cukup kuat, Bayu menunduk puas.    

master buku mengantukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang