44

6 4 1
                                    

Ruang dokter Maya Rivertale.

Di dalam ruangan terdapat tiga orang, yaitu Maya dan sepasang suami istri, yang di mana si istri didiagnosis oleh Maya menderita penyakit parkinson. Maya menuliskan resep obat untuk istri tersebut dan juga berpesan kepada sang istri agar berolahraga dan mengosumsi makanan berantioksidan tinggi. Setelah itu rutin cek ke rumah sakit untuk melihat perkembangannya.    

Setelah semua selesai, Maya menyilahkan ke duanya untuk pergi dan menyuruh mereka mengambil obat di apotek rumah sakit yang berada di lantai satu.    

Maya yang telah ditinggal pasiennya, menyandarkan diri di kursi. Belakangan hari ini, dia begitu sibuk dengan mayat Bardolf sehingga membuatnya kurang tidur. Maya menutup matanya sekejap, merileksasi semua otot di tubuh, melemaskan ke dua kakinya, lalu membayangkan dirinya sedang mengapung di sebuah danau biru yang damai.    

Maya seketika itu tertidur lelap, namun hanya dalam tiga menit matanya terbuka kembali. Ia bangun dari tidur lelapnya, ke dua matanya kini sedikit lebih cerah dibandingkan tiga menit sebelumnya.    

Tok tok    

"Masuk!"    

Seorang asisten dokter perempuan masuk dengan sopan lalu memberikan setumpukan berkas pada Maya. Asisten itu bernama Ida, yang telah menjadi asisten Maya selama dua tahun terakhir.    

"Dokter, ada dua orang yang ingin bertemu dengan anda?"    

"Hm? Pasien?"    

Ida menggeleng, "Bukan, mereka bilang kalau mereka adalah kerabat dekat. Nama mereka adalah Bayu dan Anggi."    

Brak!    

Maya seketika berdiri sembari menjatuhkna tumpukan berkas di mejanya.    

"Apa dia itu cowok yang gak punya ekspresi?"    

"Eh? Eee…" Ida mengingat rupa lelaki yang duduk di kursi terbang, wajah lelaki itu cukup tampan, tapi kulitnya yang pucat dan rautnya yang tanpa ekspresi itu membuatnya tampak penyakitan, Ida lalu mengangguk setelah mengingat wajah Bayu, "Iya, betul."    

"Sekarang mereka di mana?"    

"Sepertinya mereka menunggu di lobi…"    

Mendengar itu Maya segera bergegas keluar ruangan, berjalan cepat ke arah lobi, meninggalkan Ida yang berdiri kebingungan.    

Setelah keluar dari lift di lantai satu, ia langsung ke lobi mencari adiknya dari sekumpulan orang yang duduk di ruang tunggu lobi. Pandangannya memindai dari kiri ke kanan, mencari sosok adiknya, namun tidak juga ia temukan. Kepala Maya tampak miring kebingungan, memindai kembali tapi tidak juga menemukan Bayu di sekumpulan orang itu. Ia lalu melihat sekelilingnya, ke setiap sudut ruang lobi.    

Maya lalu melihat seorang perempuan berkacamata hitam melambai padanya di satu sudut ruangan yang sepi, di depan perempuan itu terdapat seorang lelaki yang membaca buku sambil duduk di kursi terbang.    

Maya langsung tahu kalau lelaki itu adalah adiknya, Bayu, tapi dia bertanya-tanya, apa yang dilakukan adiknya di kursi terbang? Dan siapa perempuan yang menemaninya? Maya berjalan mendekat dengan senyum tipis.    

Bayu melihat kakaknya mendekat, menutup bukunya, lalu berdiri menerima pelukan dari kakaknya.    

"Kamu ini… kenapa gak bilang-bilang kalau ke Sentral?"    

"Aku sudah pernah bilang kemarin-kemarin, kan?"    

"Wuuh, kapan itu? Seharusnya kamu bilang sebelum sampai Sentral, jadi bisa kakak jemput."    

master buku mengantukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang