29

10 4 0
                                    

Apartemen Bayu, di ruang tengah Anggi melihat lelaki di depannya mengangkat tangan, sambil menyuruhnya untuk mendapatkan uang. Nada yang dipakai oleh Bayu terdengar datar disertai wajahnya yang tak bereskpresi malah membuat Anggi sedikit canggung.     

"…"     

"Ehem! Apa kau yakin bisa menghadapi orang itu?"     

Anggi menghela nafas panjang sebelum menjawab "Bisa, walau belum diketahui kekuatan dan artifak yang dia pakai. Selama perkiraan bahwa dia adalah kelas emas, aku yakin bisa menangkapnya."     

Bayu memandangi Anggi dengan seksama, dia cukup terkejut dengan kepercayaan diri Anggi. Pernyataannya seakan mengatakan kalau dia memiliki kekuatan yang melebihi kelas emas. Platinum? Bayu sedikit tidak percaya. Selama ini di Nusa hanya ada dua orang yang memiliki kekuatan platinum. Kalau Anggi memang setara dengan mereka, Bayu merasa sangat diberkati.     

Guildnya yang belum ia bentuk, bahkan belum ia pikirkan (Karena dia baru mau memikirkannya besok) kini sudah memiliki dua anggota. Aarifa sebagai dokter, dan Anggi sebagai avonturir. Bayu merasa senang sekali di hatinya.     

"Kalau begitu pergilah ke sana. Tapi sebelum kau pergi, kirimkan dulu biodata lengkapmu dan juga keluargamu yang hilang. Selama kau pergi, aku akan mencari informasi tentang hilangnya keluargamu."     

Anggi tertegun, dia tidak mengira kalau Bayu akan langsung mencarikannya informasi. Anggi sebelumnya berpikir kalau dia harus bekerja dulu, dan membuktikan kegunaan dirinya sebelum ia mendapatkan keinginannya. Setidaknya, seperti itulah yang ia rasakan di PIN. Dia tidak mengerti apakah Bayu ini seorang yang naïf atau bukan? Karena selama yang ia lihat, reaksi di mukanya tidak pernah berubah. Anggi hanya bisa tersenyum tipis.     

"Itu mudah, akan kukirim sekarang juga" Anggi lalu membuka ponselnya, lalu mengetikkan biodata dirinya dan keluarganya, "Apa kau butuh dokumen lain? Aku bawa beberapa dokumen di mobil tentang kasus mereka. Walaupun di dalamnya tidak ada petunjuk sama sekali. Kebanyakan beritanya seperti dibuat fiksi dan mengada-ngada. Dan coba tebak? Bahkan ada artikel yang mengatakan kalau keluargaku ditelan lorong waktu dan dikirim ke masa lalu. Teori gila."     

"Kau tidak akan pernah tahu. Dunia sekarang lebih fiksi dari yang kita kira. Untuk dokumen-dokumen yang kau katakan, aku tidak membutuhkannya. Biodata lengkap saja sudah cukup. Selanjutnya kau tinggal menunggu" Yup, menunggunya selesai baca, ujar Bayu dalam hati.     

"Seriusan?"     

Bayu mengangguk, ponsel di tangannya bergetar, ia melihat sebuah pesan dari Anggi telah masuk. Anggi setelah mengirim biodatanya beranjak dari sofa. Ia kenakan lagi sweater krimnya.     

"Baiklah kalau begitu, aku akan langsung ke Kota Akademi, alamat ini… apa dia benar ada di sana?"     

"Ya, kalau sekiranya nanti berubah, akan kukabari lagi."     

Anggi tersenyum, lalu berjalan ke pintu depan memakai kembali boots hitamnya.     
"Kau akan ke sana pakai apa? Balon udara? Atau kereta bawah tanah?"     

Anggi senyum menyeringai, "Bukan keduanya, aku akan memakai mobilku sendiri."     

'Eh? Apa kau serius?'     

Bayu sedikit terkejut. Dia melihat heran kepada Anggi, "Tidakkah itu berbahaya? Lagipula balon dan kereta lebih mudah, cepat dan aman? Kenapa harus memberanikan diri melewati kawanan monster?"     

"Hahaha, sudah lama tubuh ini tidak bergerak. Anggap saja aku butuh pemanasan sebelum bertemu dengan target."     

Bayu tidak dapat berkata-apa, dia bahkan tidak mau memikirkannya lagi. Pemanasan? Tidak-tidak, sebelum itu, apa dia tahu jalan dari Kembang ke Kota Akademi? Sepertinya ini bukan pertama kalinya perempuan di depannya bepergian dengan mobil di luar tembok.     

master buku mengantukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang