12

6 4 0
                                    

Malam hari, waktu menunjukkan pukul 07.16 pm.    

Di depan rumahnya, Bayu melihat seorang perempuan yang tersenyum begitu lebar hingga gigi-giginya terlihat. Bayu sudah dikabari oleh Ayu kalau Fara akan datang kembali. Namun kali ini Bayu merasakan kalau matanya begitu berat. Tidak lama lagi ia yakin narkolepsinya akan menyerang.    

"He-ya! Mengganggu?"    

Bayu mengerutkan dahinya.    

"Ya! Sangat"    

"!" Fara agak terkejut, dia merasa kalau Bayu sedang kesal.    

"Masuk dulu, duduk dan tunggu!"    

Fara menaati perintah Bayu, dia masuk lalu membuka sepatu gladiator boots hitamnya. Sampai ke ruang tengah dia melihat Bayu sudah duduk di sofa dengan posisi kedua kaki ditekuk dan dipeluknya di atas sofa. Dagu kepala Bayu bertumpu pada dua lutut yang dijadikan bantalan. Kedua mata Bayu tertutup dan suara nafas yang beraturan samar terdengar oleh Fara.    

'Dia tidur!'    

Barulah sekarang Fara mengerti maksud dari kata duduk dan tunggu yang dikatakan Bayu tadi. Fara duduk di sofa, melihat ke sekelilingnya lalu menghela nafas panjang. Sewaktu dia pertama kali bertemu Bayu, dia tahu kalau Bayu mengidap narkolepsi dari orang bernama Rizki saat itu. Ini kali kedua Fara harus menunggu Bayu terbangun.    

'Berapa lama biasanya dia tidur?' pikir Fara sejenak. Lalu mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan ke Maya.    

  - May, adikmu kalau narkolepsinya kambuh berapa lama dia tidur?    

Tidak begitu lama, suara dering terdengar dari ponsel Fara. Maya tidak membalas pesan dari Fara tapi dia langsung memanggil Fara dengan panggilan video. Fara menyetujui panggilan itu, lalu sebuah benda bulat kecil seukuran kacang polong keluar dari bagian atas ponsel. Benda bulat itu melayang dan berhenti tidak jauh di depan muka Fara. Benda itu merupakan kamera dan proyektor yang ada dihampir semua ponsel saat ini.    

Tidak lama proyeksi layar muncul dan wajah Maya yang serius itu menatap tajam pada diri Fara.    

"Ada di mana kamu?"    

"…" Fara menyesal telah mengirim pesan tanpa pikir panjang, dia lupa sifat Maya yang over protective.    

"Jawab!"    

"Di-di-di apertemen adikmu"    

"Darimana kamu tahu alamatnya?"    

"Dari kampusnya"    

Maya di proyeksi terlihat mengangguk    

"Oke, arahkan kamera ke adikku"    

Fara lalu melambaikan tangannya ke arah Bayu berada, bulatan kecil yang melayang mengikuti lambaian tangan Fara, lalu menyoroti Bayu yang sedang tertidur sambil duduk. Mata tajam Maya yang sedari tadi Fara lihat kini berubah menjadi lembut penuh kasih sayang. Lalu suara tegas Maya kembali terdengar.    

"Fara, kamu duduk dan tunggu di situ! Jangan kemana-mana dan jangan lakukan hal bodoh! Kalau serangan biasa Bayu mungkin tidur sekitar satu hingga dua jam. Tunggu dan diam, oke?!"    

"Siap, May! Aku akan duduk manis di sini"    

"Good! Sekarang aku ada urusan dengan seorang dekan yang tidak bertanggung jawab! Bye!"    

Panggilan ditutup begitu saja. Kamera kecil sudah kembali ke dalam ponsel. Fara yang hanya tinggal menunggu terbengong di sofa. Sepi tanpa suara. Merasa gusar ia lalu mengambil tablet dan memulai menyusun artikel yang ingin dia tulis.    

master buku mengantukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang