58

1 1 0
                                    

Hari menjelang malam, di dalam terowongan bekas monorel.    

Anggi dan avonturir lainnya kini berhadapan dengan pintu masuk yang menuju ke laboratorium milik Zetta Si Alkemis. Anggi membuka pintu besi di depannya. Masuk ke lab, menemukan tempat tersebut tampak rapi dan bersih.    

Di dalamnya terdapat beberapa meja operasi, rak-rak tabung eksperimen, peralatan medis yang tertata rapih. Tidak jauh dari tempat operasi, terdapat sofa dan TV dengan beberapa peralatan rumah tangga. Semuanya tampak normal di mata Anggi, kecuali hal-hal yang tergantung di langit-langit.    

"Apa itu?" Gumam Ratna.    

“Potongan-potongan tubuh dari beberapa mahluk, dan mayat manusia,” Jawab Anggi sambil menunjukkan satu tubuh seorang laki-laki yang tergantung vertikal tidak bernyawa. Ratna menahan nafasnya ketika melihat mayat itu.    

Bagian perut dan dada terbuka lebar sehingga terihat tulang punggung dari depan, tetapi tidak ada organ satu pun di dalamnya. Apalagi Ratna melihat kalau mata mayat itu pun sudah tercongkel.    

Priam berjalan perlahan ke ruang operasi sambil menengadah melihat potongan-potongan tubuh yang tergantung. Beberapa kali dia bahkan melihat potongan tubuh manusia, seperti tangan dan kaki. Ia juga mampu mengetahui beberapa potongan tubuh monster yang sudah familiar, seperti tangan goblin, kaki monster anjing, taring singa jadi-jadian, dan lain sebagainya.    

"Tempat ini seperti setting film horor."    

"Iya begitu?" Priam melihat Anggi dengan senyum tipis menyyahutinya, Ia melihat perempuan itu menengadah menyemangati seluruh tubuh di atas dengan penuh perhatian, "Aku rasa ini lebih seperti toko daging."    

"Itu tidak lucu, Nona Anggi."    

"Aku tida lucu."  

'Itu jauh lebih buruk,' Priam menjauh dari Anggi, berjalan menuju meja kerja Alkemis yang tidak jauh dari meja operasi.    

Pandu dan Intan menelusuri sekeliling ruangan, Pandu lalu menemukan beberapa layar menempel di dinding. Ia sadar kalau layar itu menampilkan gambar yang terekam oleh video pengawas. Pandu melihat jalan yang mereka lewati untuk ke tempat ini, terekam di salah satu layar.    

"Kak Anggi!" panggil Pandu.    

Anggi mendekati tampilan monitor-monitor itu yang masih merekam. Dari rekaman monitor, Anggi tahu kalau ada ruangan lain selain ruang operasi, dan ruang tengah. Anggi berpendapat kalau ruangan lain itu berada di terowongan yang lebih dalam lagi. Wajah Anggi mengerutkan kening, dari sekian tampilan gambar di monitor ia sama sekali tidak menemukan sosok Vanessa mau pun Dimitri.    

"Hei! Lihat ini!" Priam dari arah ruang operasi memanggil yang lainnya.    

Di sana Priam menunjukkan beberapa lembar kertas dokumen yang berisi laporan tentang proyek modifikasi dan mutasi Vanessa Blumunt. Bukan itu saja, Priam juga menampilkan komputer milik Alkemis yang terkunci.    

"Adakah dari kalian yang bisa membobol sandi komputer ini?"    

Anggi maju ke depan komputer, ia lalu mengeluarkan sebuah minidisk yang bisa menyimpan banyak data. Di dalam minidisk tersebut tersimpan salah satu aplikasi yang memudahkannya untuk membobol komputer orang lain. Hal ini sudah menjadi kemampuan wajib yang harus dikuasai olehnya ketika ia baru masuk agen PIN dulu.    

Dengan lihai, setelah memasukkan minidisk, jari-jemari Anggi mengetikkan beberapa perintah pada sistem operasi yang kemudian dapat membuka kunci komputer. Anggi lalu mencari dokumen-dokumen penting di dalamnya, dan menyalinnya ke minidisk miliknya dengan sangat cepat.    

master buku mengantukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang