Siang hari, keesokan harinya.
Bayu berbaring di sofa yang berada di ruang tengah apertemennya. TV di dinding menyala, dalam siaran TV seorang reporter sedang memberitakan tentang penemuan mayat Adi Hamerfid. Diberitakan bahwa mayat ditemukan pagi hari oleh sahabat korban, yang juga merupakan seorang jurnalis dari Vertikal.
Rizki Howen yang baru saja pulang dari Sentral, pagi hari tadi menerima panggilan telpon dari sahabatnya Adi Hamerfid. Rizki mengaku setelah menerima panggilan itu dia tidak mendengar suara apapun dari pemanggilnya. Merasa ada yang tidak beres, Rizki langsung bergegas pergi ke rumah Adi Hemerfid.
Ketika sampai di rumah, Rizki menekan bel berkali-kali namun tidak ada respon dari dalam rumah. Rizki lalu mencoba untuk membuka pintu depan dan tidak ia sangka pintu pun terbuka. Namun sedetik kemudian, Rizki tersentak kaget setelah melihat tubuh Adi tergeletak bermandikan darah di lantai depan pintu. Rizki panik lalu menelpon pihak kepolisian.
Sudah empat jam berlalu sejak mayat Adi ditemukan. Pihak kepolisian akan mengemukakan hasil awal investigasi nanti sore sekitar pukul empat.
"Sejujurnya aku tidak mengira kalau dia masih tetap bekerja di sana"
Setelah kejadian kasus Lesti Nastion, Rizki dipanggil oleh pimpinan redaksi Vertikal ke Sentral. Rizki yang sebenarnya mempunyai tugas untuk mengontrak Bayu untuk bekerja sama dengan Vertikal, gagal dalam menjalani tugasnya. Namun, untuk hal ini pihak Vertikal tidak terlalu ambil pusing, mereka kurang lebih sudah memperkirakan hasilnya. Sayangnya, yang tidak mereka dapat pikirkan adalah Rizki sebagai jurnalis mereka melewatkan kasus yang ia temui didepannya begitu saja.
Berita yang seharusnya jadi milik Vertikal diambil oleh rival mereka yakni Pikiran Masa. Vertikal hanya dapat informasi sisa dari kasus Lesti karena banyaknya hal yang dirahasiakan. Awalnya pihak Vertikal tidak tahu kalau Rizki merupakan salah satu saksi yang dirahasiakan.
Rizki baru masuk kerja dua hari setelah tubuh Lesti ditemukan. Awalnya Vertikal hanya menanyakan bagaimana kelanjutan negosiasi kontrak dengan Bayu, yang langsung dibalas oleh Rizki kalau Bayu menolaknya. Setelah itu pimpinan redaksi Rizki bertanya tentang dirinya yang absen hari kemarin. Rizki dengan polosnya berkata kalau dia cemas kepada temannya Adi setelah menemukan mayat Lesti. Seharian dia menghubungi Adi dan setelah bertemu dengannya hari itu, dia barulah merasa lega.
Pimpinan redaksi yang mendengar alasan Rizki langsung murka. Dia tidak menyangka kalau saksi yang dirahasiakan polisi salah satunya adalah jurnalis dari tempat mereka.
"Apa kau ini bodoh?! Kamu jurnalis! Kamu orang pertama yang menemukan kasus kemarin! Kenapa kamu tidak menulis?! Apa kau bodoh?!"
Selama dua jam kemudian, Rizki hanya bisa mendengar berbagai jenis cacian dari mulut pimpinannya. Setelah penceramahan selesai Rizki lalu dikirim ke Sentral malam itu juga. Rizki disuruh untuk mengulang pelatihan jurnalis Vertikal di pusat.
Seminggu berlalu Rizki pun pulang ke Kembang. Tidak pernah ia sangka sehari setelah kepulangannya, Rizki kembali mendapati dirinya menemukan mayat, yang kali tubuh yang ia temukan berupa mayat temannya sendiri. Awalnya Rizki panik lalu seketika menelpon polisi. Namun pelatihan seminggu di Sentral agak merubah mentalnya.
Rizki menenangkan dirinya, lalu memerhatikan tubuh Adi yang telah kaku. Rizki memfoto TKP, lalu pandangannya tertuju pada kamera pengintai yang terletak di langit-langit. Sebelum polisi datang, Rizki dengan segera menyalin hasil rekaman dari kamera lalu menunggu kedatangan polisi sambil memikirkan artikel yang akan dia tulis.
"Hoo… aku pikir dia bakal nangis seharian melihat temannya mati, sepertinya pelatihan seminggunya tidak sia-sia,"
"… aku agak penasaran, buku siapa saja yang kau baca saat ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
master buku mengantuk
ActionKetika umurnya beranjak sepuluh tahun, Bayu tiba-tiba mendapati dirinya mengidap narkolepsi. Hidupnya yang dipenuhi tawa pun berubah menjadi kelam. Rasa kantuk selalu manghantui dirinya, membuat masa kecilnya lebih sering ia habiskan di kamar untuk...