71

1 1 0
                                    

Pada ruang aula di markas Federasi.    

Salah satu delegasi pemerintah Nusa baru saja mendapatkan kabar dari bawahannya yang mengawasi keadaan di sekitaran tembok kota bagian timur. Dilaporkan bahwa Arvi dari Ishvara tiba-tiba masuk ke kota dengan meloncati tembok. Arvi yang merupakan avonturir kelas platinum satu-satunya, merupakan ujung tombak yang dipercayakan pemerintah untuk menghancurkan formasi musuh.    

Sekarang petualangan itu tiba-tiba saja meninggalkan medan pertempuran. Apakah avonturir lainnya bisa diandalkan? Delegasi Nusa itu menelan ludahnya, merasa keraguan dalam diri terus bertambah.    

Semakin cemas, delegasi Nusa itu langsung melabrak Selina sebagai guildmaster Ishvara.    

"Tuan Selina! Bisakah anda menyuruh Arvi untuk kembali ke garis depan?"    

Selina agak bingung dengan pertanyaan yang tiba-tiba dilabraknya. Karena seingatnya, posisi Arvi memang sudah berada di garis depan. Jadi, kenapa orang ini malah bertanya, seolah-olah Arvi berada di tempat lain.    

Pertanyaan ini juga membuat fokus orang satu ruangan pada mereka berdua. Bayu pun sama, namun ia lebih cepat mendapatkan informasi tentang situasi yang terjadi setelah bertanya langsung pada Ayu. Ia tidak menyangka kalau Arvi akan masuk ke kota dengan niat untuk menyelamatkan semua warga yang menari.    

"Maaf, tapi bukankah Arvi memang sudah ada di sana?"    

"Awalnya, tapi sekarang dia kembali ke dalam kota!"    

Selina terkejut. Namun ia langsung sadar, kalau Arvi mungkin melakukan tindakannya karena informasi baru yang ia berikan. Selina lalu mengangkat tanganya ke depan wajah delegasi untuk berhenti bicara. Ia ingin berbicara dulu dengan Arvi tentang keputusannya yang tiba-tiba ini.    

Selina menghubungi nomor Arvi. Dia mendengar nada panggilan tersambung. Selina menunggu, hingga tidak sampai tiga puluh detik, suara merdu Arvi terdengar di telinga yang memakai earphone.    

"Arvi, apa yang kamu lakukan?"    

“Menyelamatkan nyawa sebanyak mungkin.”    

"Tapi apa jadinya perang di tembok tanpamu?"    

Hening. Suara pergesekan udara sangat jelas terdengar di kuping Selina. Sebagai guildmaster dia tahu, apa yang sedang dilakukan Arvi.    

"Arvi… kamu memakai [Nawang Wulan]?"    

"…tenang saja, guildmaster. Saya akan menyelamatkan semua orang di sini secepatnya, dan kembali mengikuti perang."    

Selina menjawab. Dia tahu kalau Arvi memang seorang yang kuat, tapi pada situasi di mana jutaan monster harus dilawan, apa mungkin Arvi bisa melakukannya setelah menghabiskan banyak aura untuk menyelamatkan orang?    

"Apa kamu yakin? Apa yang terjadi kalau kamu kehabisan tenaga nanti?"    

Kini Arvi teringat, hanya suara angin yang berhembus di sekeliling perempuan itu yang dapat didengar oleh Selina.    

"Saya tidak tahu, guildmaster. Tapi—mereka saat ini membutuhkan bantuan, dan saya tahu, hanya saya yang bisa melakukan ini. Untuk perang di tembok nanti, saya akan ikut juga. Saya akan melindungi Sentral dengan segala kemampuanku."    

Selina kembali. Dia tidak tahu harus berkata apa. Dia tahu kalau menyelamatkan orang itu penting, tapi dia tahu pula kalau perang itu mengerikan. Perang dengan kekuatan setengah sama saja dengan orang lomba lari dengan kaki pincang.    

Menyelamatkan nyawa sekarang tapi kalah dalam perang, atau mengorbankan nyawa saat ini tapi memenangkan perang. Secara logika Selina akan memilih opsi kedua. Tapi untuk Arvi, dia akan memilih ke duanya. Dia akan menyelamatkan nyawa dan memenangkan perang.    

master buku mengantukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang