Pemukiman luar Kota Akademi, di tanah yang basah oleh hujan dan darah, ribuan mayat dari ke dua kubu berceceran. Mayoritas tubuh tak bernyawa itu berasal dari pasukan Kerajaan Laut Selatan yang tewas akibat hantaman petir dari Gahar. Pada pihak Nusa, walau terlihat mayat mereka di sana-sini, namun semua itu hanya seperempat dari jumlah keseluruhan.
Kalau dilihat dari situasi perang sebelum Nyi Roro tiba, Nusa memiliki peluang menang walau kecil. Tapi, setelah Nyi Roro dan Raga muncul di arena perang. Ke dua kubu kini seperti saling mengunci satu sama lain.
Ujung tombak pasukan Nusa yang ada pada diri Hans, kini terkunci akibat pertarungannya dengan Raga. Hal ini membuat lebih banyak pasukan musuh yang menyerang pertahanan Nusa. Renata walau sesama kelas platinum tidak bisa melakukan hal yang sama seperti Hans, dapat membunuh puluhan hingga ratusan musuh dalam waktu sekejap.
Sekarang dengan makin banyaknya musuh yang berhasil menjebol pertahanan garda depan Nusa, Renata semakin kewalahan untuk melakukan tugasnya. Dia merasa kalau antara Hans atau Gahar tidak menyelesaikan pertarungannya dengan cepat, nasib tentara Nusa hanya tinggal menunggu waktu.
Di udara sana, Gahar dengan [Tishtrya's Mace] sedang bertarung habis-habisan melawan sosok legendaris Laut Selatan. Hantaman gada yang teraliri petir darinya terus menyerang ular air dari Nyi Roro.
Gahar melihat Nyi Roro dari kejauhan, dia terengah-engah karena semua serangannya dapat dengan mudah dinetralisir oleh Nyi Roro, atau mungkin lebih tepatnya oleh ular air yang selalu mengitari tubuhnya.
Nyi Roro seperti seseorang yang tanpa upaya bertarung dengan Gahar, seorang Jenderal dari sebuah negara. Gahar dari kejauhan dapat melihat sosok wanita cantik itu hanya mengayunkan tangan dan melenggokkan tubuhnya seperti menari. Namun seketika tangan itu terayun, petir dari langit, air yang tiba-tiba menusuk seperti jarum atau ular air yang mengelilingya akan menerjang menyerang Gahar.
Gahar dengan segala upaya menghindari serangan-serangan yang dikerahkan oleh Nyi Roro. Sedangkan serangan petir dan topan miliknya dapat dengan mudah dihentikan oleh ular air di samping Nyi Roro. Gahar menggertakkan giginya, merasa kalau dia seperti seorang anak yang berkelahi dengan orang dewasa. Dia pandangi Nyi Roro yang wajahnya masih cantik bersih tanpa keringat sedikit pun, dengan senyum tipis selalu terpampang. Gahar frustasi.
"Menyerah?"
Suara rendah merdu Nyi Roro terdengar bertanya pada Gahar.
Gahar menyeringai, "Kalau aku menyerah, apa yang akan anda lakukan pada kota di bawah?"
"Tentu saja meratakannya dengan tanah~"
"Kalau begitu, tidak mungkin aku bakal nyerah! AAAAA!!!"
Gahar menerjang kembali ke arah Nyi Roro, kini gadanya terselimuti oleh angin yang berputar kencang dan dapat mencabik-cabik tubuh musuh jika tersentuh.
"Hehe~"
Nyi Roro hanya mengayunkan pelan tangannya ke depan, membuat ular air di sampingnya menyemburkan meriam air yang kekuatannya dapat menghancurkan satu gedung hotel.
Gahar melihat serangan itu, menghindar di udara, lalu mengayunkan gada ke kepala Nyi Roro sebelum ekor dari ular air kembali menangkis serangan Gahar. Jenderal tua itu terpental jauh, sebelum berputar di udara dan berhenti. Ia merasakan tangannya bergetar akibat benturan tadi.
Di pihak lain, ekor ular air tampak pecah menjadi rintik hujan yang turun ke tanah. Ular air itu seperti murka kepada Gahar yang telah menghancurkan ekornya, namun sekejap kemudian Nyi Roro dengan mudahnya, menumbuhkan kembali ekor yang telah hilang itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/372399580-288-k456169.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
master buku mengantuk
AcciónKetika umurnya beranjak sepuluh tahun, Bayu tiba-tiba mendapati dirinya mengidap narkolepsi. Hidupnya yang dipenuhi tawa pun berubah menjadi kelam. Rasa kantuk selalu manghantui dirinya, membuat masa kecilnya lebih sering ia habiskan di kamar untuk...