38

5 4 0
                                    

Di ruang tengah apartemen, setelah mengembalikan Yudha yang tertidur ke ruang baca, Anggi ikut duduk di sofa bersama Bayu dan Aarifa. Dia agak terkejut sewaktu melihat Bayu tiba-tiba menggunakan kekuatannya. Artifak yang dimiliki oleh bosnya itu adalah sebuah buku hitam tipis. Kekuatan yang ia lihat adalah membuat orang lain tertidur dan yang baru saja terjadi, yakni menghilangkan benda.     
Tadi setelah Bayu menidurkan Yudha, ia juga menggunakan kekuatannya lagi untuk menghilangkan rantai borgol di leher remaja itu yang tampak mencolok. Setelah selesai barulah Bayu memanggil kembali buku hitamnya lalu menyuruh Anggi menyeret tubuh Yudha ke ruang baca.     

Anggi menoleh ke dua orang di sampingnya, Bayu tampak sedang berpikir sambil mengetukkan jari pada lengan sofa. Aarifa, setelah mengambil gelas dan es batu, kini ia sedang menuangkan bir dari kalengnya. Aarifa yang merasakan tatapan Anggi menoleh balik, ia tersenyum lalu mengambil sekaleng bir lain dari tas kellynya. Aarifa serahkan kaleng bir itu ke tangan Anggi.     

Anggi tersenyum kaku ketika mendapati kaleng bir di tangannya. Ia menggeleng, lalu membuka dan meneguknya. Kemudian ia menoleh ke Bayu yang seperti masih berpikir.     

"Bos, apa tadi artifak milikmu? Kekuatan untuk membuat orang lain tidur, lumayan, tapi apa itu juga bisa dipakai untuk kelas platinum?"     

Bayu tidak menjawab, ia seperti seseorang yang sedang sibuk dengan dunianya sendiri. Aarifa yang mendengar perkataan Anggi, setelah meneguk segelas bir ia melihat Anggi dengan tatapan heran. Wajahnya mengerut dengan pipi yang mulai memerah muda.     

"Ah!" Aarifa baru tersadar, "Kamu tidak tahu! Hehehe, Guildmaster kita, hebat loh~"     

"???" Anggi tidak mengerti apa yang Aarifa maksud dengan tidak tahu. Anggi belum lama ini bertemu dengan Bayu, jadi tentu banyak hal yang belum ia ketahui. Tetapi nada Aarifa membuat Anggi merasa kalau dia mengindikasikan sesuatu yang penting.     

"Hey~ Guildmaster~, apa kamu juga tidak akan memberitahu pada anggota guild nantinya?"     

Bayu yang tampak selesai dengan pikirannya mendengar pertanyaan dari Aarifa, ia menoleh agak bingung, lalu sadar apa yang dimaksud oleh dokter wanita itu.     

"Tentang Panji? Entahlah, aku belum memikirkannya."     

"Tunggu sebentar," Anggi memotong.     

"Apa maksudmu dengan Panji, apa dia juga bagian dari guild atau…" Anggi merasakan sekilas realisasi di pikirannya, "Kau—Bos, apa kau Panji?"     

Anggi melihat Bayu yang hanya diam melihat balik dia dengan wajah tanpa ekspresi, di pojok penglihatannya ia merasakan diri Aarifa sedang berseri-seri terhadapnya. Anggi lalu menepuk jidatnya, merasa kalau situasi ini sedikit gila.     

Guild yang akan mereka buat, tidak Anggi sangka bukan hanya memiliki dokter misterius, tapi juga bosnya merupakan si misterius Panji. Ditambah dengan kekuatan yang ia miliki, Guild ini benar-benar akan menjadi sesuatu yang tidak bisa ia bayangkan.     

"Mari kita bicarakan tentang langkah selanjutnya."     

Tiba-tiba Bayu berbicara. Anggi dan Aarifa melihat Bayu dengan serius.     

"Apa yang Bos maksud, tentang pencarian markas baru?"     

"Itu juga, tapi ada agenda baru yang akan kita lakukan."     

Wajah ke dua perempuan seperti bertanya-tanya akan agenda baru itu.     

"Besok, kita akan mencari markas atau kantor, Aarifa tidak ikut pun tidak apa." Aarifa mendengar itu menyetujui, karena dia masih harus bekerja di klinik, "Lusanya, aku dan Anggi akan pergi ke Sentral. Oleh karena itu, masalah renovasi dan tata ruang markas akan aku serahkan padamu dan Yudha."     

master buku mengantukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang