37

4 4 0
                                    

Di ruang tengah kamar apartemen Bayu. Anggi sedang selonjoran di sofa sambil menonton televisi. Pada layar lagi ditayangkan sebuah film komedi, yang membuat Anggi mengeluarkan gelak tawa.     

Yudha kini tertidur di ruang baca memakai sleeping bag milik Bayu, yang hanya pernah ia pakai sekali, sewaktu masih menjadi mahasiswa baru. Bayu memakainya ketika ospek lapangan, dan setelah itu sampat saat ini, ia simpan barang itu di bawah kasurnya.     

Bayu duduk di sofa lainnya, sedang membaca buku tentang Yudha. Ia hanya membaca bagian ketika penyerangan Laut Selatan terjadi. Jadi ketika hari menjelang malam, ia sudah selesai membaca. Bayu tutup bukunya.     

Bayu merenungi pengalaman kelam yang dialami oleh Yudha. Apa ia merasa simpati? Mungkin. Entah sejak kapan, namun Bayu merasa kalau dirinya semakin kehilangan emosi. Awalnya Bayu tidak terlalu peduli, apa yang dia pedulikan adalah kehidupan keluarganya. Orang lain? Dia tidak tahu.     

Tetapi sekarang, Bayu berpikir lagi tentang dirinya yang mewarisi kekuatan perpustakaan. Dia mulai bertanya akan alasan kekuatan ini hadir pada dirinya. Kebetulan? Atau memang rencana Tuhan. Jika iya, apa yang diinginkan-Nya?     

Bayu mengingat kejadian di Geplak berdasarkan pengalaman Yudha. Ia membaca kekejaman manusia kadal menyiksa warga Geplak. Ia membaca betapa arogannya para jin. Dia tahu semua ini karena kekuatannya, tapi dia tetap merasa kalau dia tidak mau melakukan sesuatu walaupun ia tahu.     

Bayu selalu merasa kalau dirinya bukan pahlawan. Ia sudah mendapatkan kekuatan, tapi dia tetap bukan pahlawan. Dia tidak mampu untuk menyelamatkan semua orang. Dia selalu merasa demikian, namun kini seperti ada sesuatu yang menarik hatinya.     

Bayu lalu melihat televisi yang sedang menayangkan berita kilat, dikabarkan kalau Margareth Sandre, manajer dari Vanessa Blumunt, akan terbang ke Sentral besok. Hal ini merupakan keinginan dari Margareth sendiri. Reporter mengatakan kalau Margareth ingin menemui Ketua Federasi Guild di Nusa.     

"Fuu~ ironi sekali, manajernya ke sentral untuk bertemu dengan orang lain. Padahal delegasi Hexagone masih ada di Sentral." Timpal Anggi sambil menghisap rokok.     

"Apa yang bisa dikata—dari tindakan delegasi itu ketika datang, hingga sikapnya saat ini bisa dibilang mereka saling membenci."     

Anggi hanya tertawa, lalu melanjutkan menonton film setelah berita selesai. Bayu memejamkan matanya, mencoba merangkai kembali semua informasi yang dia miliki setelah mendapat sedikit info dari pengalaman Yudha.     
Setelah selesai, matanya terbuka, ia lalu bergumam, "Akan ada perang."     

"Hm? Apa kau mengatakan sesuatu, Bos?"     

Bayu hiraukan Anggi, ia lalu mengambil ponselnya di meja, ada seseorang yang baru saja ia ingat.     

'Ayu, di mana Fara sekarang?'     

'Sudah kuduga.'     

Bayu lalu mengirim pesan ke gadis jurnalis itu.     
(Akan ada perang besar di sana, lebih baik kau pulang ke Sentral secepatnya. Ada hal lain di Sentral yang sama pentingnya.)     

Tidak lama sebuah pesan balasan muncul.     

(Maka akan lebih penting lagi saya ada di sini. Jika memang ada perang, nyawa ribuan orang adalah taruhannya. Situasi di sini *pesan terhapus*….)     

Bayu melihat setengah isi pesan itu terhapus. Lalu dia menerima pesan lagi.     

(Shit! Masih aja terblokir, informasi tentang *pesan terhapus* masih belum bisa keluar dari Akademi!)     

Sejak Anggi mengiriminya pesan kemarin dulu, Bayu mengerti, alasan berita dari Geplak dan Akademi jarang muncul. Tampaknya pesan yang berisi informasi akan otomatis terblokir. Ada seseorang yang mengintervensi, seseorang yang sengaja memblokir semua informasi dari Akademi. Bayu menyeringai.     

master buku mengantukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang