Kota Sentral, hari menjelang sore.
Pemerintah setempat sudah memberikan pesan darurat pada setiap penduduk Sentral untuk evakuasi diri ke bunker masing-masing atau yang telah disediakan pemerintah.
Pada awalnya para penduduk yang masih ramai dengan berita perang di Akademi, tidak mengerti ketika mendapati pesan darurat tersebut. Bahkan ada beberapa yang menganggap pesan tersebut hanyalah percobaan simulasi darurat dari pemerintah.
Namun ketika mereka menonton setiap saluran berita lokal. Penduduk Sentral sadar, kalau pesan itu bukanlah omong kosong. Monster festival, peristiwa yang biasa mereka lihat di layar atau buku saja, kini akan datang menghampiri mereka dalam hitungan jam.
Pemerintah sudah mengatakan untuk tidak panik ketika evakuasi. Tetapi, bagaimana orang-orang bisa tenang ketika mengetahui kalau bencana segera menimpa mereka? Jadi—apa yang terjadi? Kepanikan massal. Seluruh penduduk histeris, mereka baru saja menonton dan mengomentari kejadian perang di Akademi. Bahkan banyak pula yang berkomentar negatif, mengatakan kalau Akademi tidak becus dan lemah karena membiarkan musuh pulang begitu saja.
Sekarang, mereka, para penduduk tidak mengira kalau kejadian yang tidak jauh beda dengan Akademi akan menimpa mereka sendiri. Dan bisa dikatakan lebih parah, karena Akademi hanya perang antar ribuan orang. Sedangkan monster yang diperkirakan menyerang Sentral, bisa mencapai jutaan.
Kerusuhan di mana-mana terlihat. Bagi orang-orang kalangan atas dan sebagian kalangan menengah, mereka langsung dapat bersembunyi ke bunker di rumah sendiri. Bahkan ada beberapa konglomerat yang langsung kabur menggunakan balon udara pribadi.
Bagi mereka kalangan bawah, mereka berlomba-lomba pergi ke bunker terdekat yang disediakan pemerintah. Berlomba-lomba … tanpa aturan, sehingga membuat kerusuhan dan kemacetan di jalan.
Beberapa masyarakat kabur ke stasiun dan bandara, mencoba melarikan diri ke luar kota. Namun naas, tentara Sentral telah memblokade tempat-tempat transportasi umum. Militer melarang warga untu pergi ke luar kota dengan alasan tingkat bahaya yang tinggi di luar sana.
Besar kemungkinan, setelah jarinngan Sentral diblokir oleh pihak musuh. Mereka juga pastinya memblokir akses jalan keluar Sentral. Sama seperti Kota Akademi yang terkurung seperti dalam sangkar sebelum perang terjadi.
Walau masyarakat menedengar ini, mereka tetap tidak percaya. Sambil menunjuk ke arah langit, di mana sebuah titik yang berupa balon udara sedang mengudara, mereka marah. Menuduh pemerintah hanya peduli pada mereka si kalangan kaya. Militer di sana menjelaskan kalau balon udara itu milik pribadi, dan orang-orang di dalamnya terbang secara ilegal.
"Bohong! Kalian semua bohong! Apa pikir kami ini bodoh?! Aku yakin pemerintah berencana membiarkan kita menjadi tumbal di sini, membiarkan orang-orang berdasi itu kabur di atas mayat kita!"
Salah satu penduduk tiba-tiba berteriak, menolak menerima penjelasan yang telah diberikan oleh pihak pemerintah.
Prajurit miiliter di sana terus menyanggah perkataan penduduk itu, namun semua orang seperti sudah terpengaruh akan cuitan satu orang tadi. Semuanya tiba-tiba lebih percaya ke pikiran orang tadi daripada ke aturan pemerintah yang sudah diperhitungkan sebelumnya.
Pasukan militer tidak tahu harus berbuat dan berkata apa lagi. Mereka hanya bisa terus memblokade setiap jalan keluar dari kota agar tidak ada yang bisa kabur berlari ke kematian.
Sayangnya, ketika seseorang tadi menyatakan pendapat tentang teorinya yang asal-asalan itu, seorang rakyat lain tenyata merekam kejadian perkataan orang itu dengan gambaran balon udara terbang dan militer yang memblokade bandara.

KAMU SEDANG MEMBACA
master buku mengantuk
ActionKetika umurnya beranjak sepuluh tahun, Bayu tiba-tiba mendapati dirinya mengidap narkolepsi. Hidupnya yang dipenuhi tawa pun berubah menjadi kelam. Rasa kantuk selalu manghantui dirinya, membuat masa kecilnya lebih sering ia habiskan di kamar untuk...