16

8 4 0
                                    

Kota Kembang.    

Di atas kota yang diterangi oleh ribuan lampu, ribuan drone dengan bentuk piringan hitam berterbangan di langit malam kota. Drone-drone ini berterbangan kesana kemari, mata kamera mereka memindai setiap individu yang dilewatinya.    

Dalam kantor Polrestabes Kembang, Kombes Yoga dengan seksama sedang mengamati puluhan layar di ruang pengintaian divisi cyber crime unit. Puluhan layar di ruangan itu menunjukan hasil rekaman langsung dari ribuan drone yang mereka terbangkan. Dalam diri Kombes Yoga, dia masih setengah percaya dengan informasi yang ia terima dari bawahannya. Namun dari identitas narasumber yang disebut oleh bawahannya, ia tahu kalau informasi yang diberikan tidak dapat dianggap remeh.    

"Apa informasi ini dapat dipercaya, pak?"    

"Informasi ini dari Fara Blairheel, sebenci apapun kita kepadanya karena kasus Adi Hamerfid, kita tetap harus akui kalau dia adalah jurnalis yang mumpuni, gadis itu tidak akan memberikan informasi kalau dia sendiri tidak yakin."    

"Terekam visual dengan ciri-ciri yang sama dengan informasi pada drone 138!" teriak seorang pertugas yang sedang mengawasi pergerakan drone di mejanya.    

"Tayangkan rekaman di layar utama!"    

Layar utama dalam ruangan yang memiliki ukuran 4x6 meter seketika memperlihatkan siluet seorang lelaki yang kurus kering sedang berjongkok di pojok bangunan memandangi sebuah rumah sederhana di sebrang jalan.    

Kombes Yoga memerhatikan orang yang ada dalam layar, pikirannya sedang aktif mencocokan informasi yang ia ingat dengan lelaki di layar utama. Kurus kering, wajah kurus dengan bentuk segitiga runcing, matanya kuning bersinar di kegelapan malam, dan rambut hitam pendek acak-acakan. 'Apa mungkin dia?!'    

"Apa yang sedang dia lakukan?" Tanya seorang petugas di dalam ruangan.    

"Sepertinya dia sedang mengawasi rumah di sebrangnya?" Jawab petugas lain.    

"!" Seketika sesuatu hal terlintas dalam kepala Kombes Yoga, "Cek identitas pemilik rumah!"    

Seorang petugas lalu mencari alamat rumah yang ada di layar, setelah menemukannya dia lalu mencari kembali surat kepemilikan rumah tersebut di datebase Polrestabes Kembang. Tidak lama identitas si pemilik sudah dikethui.    

"Ranita Milerose, 25 tahun, single, reporter dari Jurnal TV!"    

Brak!    

"Brengsek! Dia sedang mengawasi korbannya! Inspektur siapkan misi penangkapan! Evakuasi juga masyarakat sekitar! Akan kita tangkap si brengsek ini malam ini juga!"    

Kombes Yoga serta beberapa bawahannya berjalan cepat keluar dari ruangan. Polisi-polisi lain yang bertebaran di Kembang mendapati informasi tentang Virgin Killer dan diperintahkan untuk bersiaga di daerah masing-masing.    

Fara yang berada di sebuah warung makan tidak jauh dari kantor Polrestabes melihat belasan mobil polisi keluar dari kantor dengan cepat. Fara yang melihat ini matanya bersinar seperti ada bintang di dalam kelopak matanya. Fara lalu segera memesan mobil terbang untuk membuntuti polisi. Setelah di dalam mobil, Fara mengeluarkan barang dari tas slendangnya, barang itu berupa satu kantong kain berukuran setengah telapak tangan yang berisikan butiran-butiran batu [Merah Delima], ia lalum nyimpan kantong itu di saku dada kemejanya.    

Di tempat lain, selagi Kombes Yoga dan Fara masih berada di jalan menuju ke tempat Virgin Killer ditemukan, petugas polsek daerah itu sudah mulai mengevakuasi dan mengepung tersangka. Namun hal yang tidak mereka kira terjadi. Tersangka mengetahui tindakan mereka dan mengamuk. Virgin Killer berlari sangat cepat ke seorang petugas lalu menusukkan tangannya ke jantung pertugas tersebut yang dengan seketika mencabut nyawanya.    

master buku mengantukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang