Malam hari di kediaman keluarga Rivertale.
Bayu telah pulang dari kunjungannya ke markas Federasi dan rumah sakit. Kini ia sedang di meja makan, memeriksa linimasa pada akun LIFE-nya, sambil menunggu ibunya dan Anggi mempersiapkan alat-alat makan.
Sebelum pergi dari Cafe, Bayu berpesan kepada kakaknya untuk tidak memperlihatkan kalau dia tahu bahwa Gerald adalah alkemis. Bersifat normal dan kalau bisa mengambil sampel darah darinya, tapi tidak perlu dipaksakan. Bayu juga menjelaskan kalau darah itu dipakai untuk membuat buku tentang Si Alkemis di perpustakaannya.
Maya menyetujuinya, walau dalam pikirannya ia sudah memikirkan cara untuk mendapatkan darah Gerald. Maya tentu ingin membantu adiknya, tapi ia juga melakukan ini karena ingin belajar lebih tentang ilmu alkemi itu sendiri. Mereka pun berpamitan, sebelum pergi Maya berpesan kalau dia akan pulang besok, dan hari ini ia akan menyelasaikan semua tugas yang ada.
Bayu tidak mempermasalahkan tindakan Maya nantinya, kakaknya merupakan seseorang yang berpikir rasional. Ia tidak akan nekat mengambil darah Gerald kalau itu akan membahayakan dirinya.
Hidangan dan persiapan makan telah sedia di meja. Olivia duduk di sisi meja bersebrangan dengan Bayu, ia lalu menyilahkan Anggi untuk duduk bersama mereka.
Waktu makan malam berjalan dengan santai, Bayu menyantap tongseng buatan ibunya dengan lahap. Begitu juga Anggi yang sudah lama tidak memakan masakan rumah. Olivia senang melihat ke dua orang itu menikmati masakannya.
Sesekali Olivia menanyakan keadaan Bayu di Kembang dan mencoba mengingatkan kalau Kembang sedang dalam kondisi bahaya saat ini, karena banyaknya kriminal. Bayu hanya bisa mengangguk setuju dengan semua yang ibunya katakan. Ia belum siap untuk mengatakan kalau dia ini adalah Panji. Bayu merasa kalau waktunya belum tepat.
Olivia juga sesekali bertanya tentang diri Anggi. Mala lalunya, pekerjaannya, dan bagaimana Bayu dan Anggi bertemu. Anggi hanya menjawab seadanya, berkata tidak terlalu jujur namun tidak juga bohong. Olivia bahkan menanyakan tentang kacamata hitam yang tidak pernah ia lepas. Anggi menjawab kalau itu kutukan. Olivia tentu menjadi cemas, oleh karenanya Bayu menambahkan.
"Tidak apa-apa, Ma. Walau kutukan, mata Anggi malah menjadi senjata untuk mempertahankan diri."
"Tapi, apa dia tidak apa-apa? Gak gelap gitu lihatnya?"
"Tidak apa-apa tante, saya sudah biasa"
"Hmm…kalau kamu tidur gimana? Kamu tetap pakai?"
"Enggak tante, saya lepas, tapi saya pakai penutup mata buat mata kanan saya."
"Ooo… terus kenapa gak pake penutup mata aja sekarang?"
"Hahaha, untuk jaga-jaga tante, kalau ada serangan dadakan, kehilangan satu penglihatan akan berpengaruh besar ketika bertarung."
Waktu berlalu, setelah selesai makan Olivia dibantu Anggi membereskan meja makan. Bayu ingin membantu tapi diusir oleh ibunya. Pada akhirnya ia hanya bisa berjalan ke ruang tengah, menyalakan televisi dan berbaring di sofa sambil menonton acara Nasional Monsterologi. Sebuah acara TV yang mengenalkan habitat dan kebiasaan monster di alam liar. Namun tidak sampai lima belas menit, Bayu tertidur lelap.
Larut malam, sekitar jam dua dini hari, Bayu terbangun. Mendapati dirinya masih di sofa yang kini berselimut tebal, yang diberikan oleh ibunya. Bayu beranjak dari sofa, melihat ke arah TV yang masih menyala.
Pada TV, seorang reporter sedang memperlihatkan persiapan perang di Kota Akademi. Para avonturir dan pasukan militer tampak berjajar rapi di atas tembok kota. Kini informasi dari Akademi sudah dapat keluar dari lingkungannya. Bayu mengira kalau fokus si pemblokir sudah berubah ke Sentral, yang berarti perang akan segera terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
master buku mengantuk
ActionKetika umurnya beranjak sepuluh tahun, Bayu tiba-tiba mendapati dirinya mengidap narkolepsi. Hidupnya yang dipenuhi tawa pun berubah menjadi kelam. Rasa kantuk selalu manghantui dirinya, membuat masa kecilnya lebih sering ia habiskan di kamar untuk...