49

25 6 0
                                        

Bagian barat Sentral, terdapat sebuah kediaman dengan bentuk segitiga. Rumah ini hanya dihuni oleh seorang perempuan yang namanya disegani banyak orang. Dia adalah Arvi Bellova, Si Puteri Bulan dari Nusa.    

Arvi sudah tidak memiliki keluarga sejak kecil. Ia seorang yatim piatu yang dibesarkan di sebuah panti asuhan di Bali.    

Di bawah terang bulang, Arvi sedang bermeditasi, sekalian memproses semua arwah monster yang sudah ia kumpulkan seminggu terakhir. Pikirannya tenang seperti air di danau yang tentram, mencerminkan langit di atasnya tanpa ada gelombang. Hingga suatu benda terlempar ke dalamnya, membuat riak di permukaan danau.    

Mata Arvi terbuka, ia salurkan aura ke matanya, lalu menoleh ke sumber benda yang menganggu konsentrasinya. Di satu sudut tembok halaman rumah, terdapat sebuah siluet yang berdiri tenang sambil menyilangkan tangan di dada.    

Arvi tahu sosok siluet tersebut, tapi ia tidak mengenal namanya.    

"Kamu yang kemarin... ada yang bisa saya bantu di larut malam seperti ini?"    

Siluet itu berjalan mendekat, setelah terkena cahaya bulan, barulah tampak seorang perempuan berambut pendek dengan kacamata hitam, tersenyum menyeringai. Sosok itu merupakan Anggi, yang datang ke tempat Anggi atas perintah dari Bayu.    

"Kau tidak berpikir aku ini pembunuh bayaran?"    

Arvi memandangi konsisten diri Anggi, hati dan pikirannya sangat tenang. Dia tidak merasa kalau Anggi datang untuk melawannya. Arvi menutup mata sambil menggeleng pelan.    

"Apa yang kamu inginkan?"    

"Kau mau ke Akademi, kan?"    

Arvi tidak langsung menjawab, memiringkan kepalanya lalu mengiyakan pertanyaan Anggi.    

"Aku membawa pesan dari bosku—e, maksudnya guildmaster… dia berpesan kalau sebaiknya kau berada di Sentral."    

"Kenapa?"    

Anggi menyeringai kembali, berbalik berjalan menuju pintu keluar.    

"Akan ada perang juga di Sentral, kau tidak mau membiarkan rakyat di sini mati, kan?"    

"!... apa maksudmu dengan perang di Sentral?"  

Tanya Arvi sedikit terkejut, tapi sosok Anggi telah menghilang. Halaman rumahnya kembali sepi seperti danau tanpa riak. Alis Arvi berkernyit, ia bertanya-tanya akan peryataan sosok perempuan itu.    

'Guildmasternya? Apa dia lelaki di kursi terbang kemarin?'    

Banyak hal yang mulai berkecamuk di pikirannya. Padahal antara besok atau lusa ia sudah akan pergi ke Akademi, tapi dengan peringatan barusan, Arvi mulai bimbang. Dia tidak mengenal Bayu maupun Anggi, dia bahkan masih belum tahu nama mereka.    

Tetapi Arvi mengingat kejadian saat ia bertemu dengan Bayu. Semua insting dalam tubuhnya memperingati sosok lelaki itu padanya. Bagi Arvi, Bayu adalah sosok yang tidak bisa ia pahami. Tapi karena itu jugalah, peringatan dari orang itu tidak bisa ia anggap remeh.    

Arvi kembali mencoba menenangkan pikirannya, memandangi rembulan yang bersinar cantik di angkasa. Ia mencoba mengatur napasnya kembali ke mode meditasi. Memejamkan mata, dan membuang pikirannya saat ini. Pikiran itu akan ia bicarakan besok dengan Selina.    

***    

Di lain tempat, kediaman keluarga Rivertale.    

Maya yang baru saja pulang dari rumah sakit, mendapati perempuan asing baru, duduk di samping adiknya yang sedang menyantap makan malam.    

master buku mengantukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang