"Alkemis—apa dia masih seorang manusia?"
Pertanyaan Priam tergiang dalam pikiran semua yang melihat pemandangan di depan mereka. Hampir semua pemikiran kalau Alkemis bukanlah manusia lagi, hanya Anggi yang membalas pertanyaan Priam dengan pendapat lain.
"Dia masihlah manusia. Sama seperti kita yang mengamati anjing, mau baik atau buruk kelakuan anjing itu, masih tetap anjing. Kita juga, di mata hewan, monster, arwah, atau bahkan mungkin Tuhan, sebaik atau seburuk apa pun perbuatan kita, kita masihlah manusia. Mahluk yang sama dengan mahluk yang melakukan ini, jangan tolak tapi hadapi! Kita semua tahu, manusia adalah mahluk terkejam di Bumi, tapi manusia juga merupakan mahluk terbaik di Bumi.
"Aku melihat banyak jenis manusia dalam misi, ada seseorang yang sangat kejam namun melakukan hal mulia di akhir hayatnya. Ada yang sangat baik tapi melakukan hal keji di akhir hayatnya. Jadi bagaimana dengan Alkemis? Dia bisa saja baik di masa mudanya, sekarang dia kejam tak terampuni, masa depan? Kita tidak tahu, hanya Tuhan yang tahu takdir dia nanti.
Semua mendengarkan kata Anggi dengan penuh perhatian. Ratna menggigit bibir bawahnya tidak mau mengakui bahwa Alkemis masih berwujud manusia. Ia menunduk, tidak mampu melihat mahluk-mahluk di depan matanya.
Ratusan mahluk yang dikurung di kandang besi layaknya hewan pembohong. Mahluk yang tidak memiliki bentuk pasti dengan suara ringkihan manusia.
Ada satu mahluk yang berbadan manusia, namun kepalanya berupa buaya dengan tangan kaki kambing. Ada mahluk dengan kepala pria dengan badan berupa ikan hiu dengan kaki monster serangga.
Semua mahluk di sana aneh bentuknya, tapi semuanya memiliki satu bagian mahluk yang sama, yaitu manusia. Dari setiap mulut mahluk-mahluk itu, Ratna dan yang lain dapat mendengar suara rintihan mereka yang berulang-ulang.
Ada yang minta tolong, ada yang tertawa terkikik, ada yang menangis, ada yang selalu menyatakan cinta entah kepada siapa, ada yang memanggil-manggil ibunya, ada yang berdoa kepada Tuhan, semua jenis rintihan yang tidak terbayang oleh Ratna ada di sana.
Ratna menggenggam tangannya, gemetar karena tidak tega membayangkan nasib semua korban di sana. Lalu sepasang tangan kecil yang menarik celananya, ia diserahkan ke tangan mungil yang keluar dari satu kandang di dekatnya. Ratna berjongkok melihat ke dalam kandang.
Mata membelalak ketika melihat satu gadis mahluk dengan kepala dan badan seorang kecil yang disatukan dengan seekor larva besar. Ratna melihat mata mahluk itu yang tampak berkilau melihat dirinya. Mahluk itu tersenyum padanya…
“Kakak… hom pim ah…” Ucap mahluk itu sambil menjulurkan tangan.
Ratna melangkah mundur dengan tangan menutupi mulutnya, air mata mengalir dari matanya. Mahluk itu terus mengulangi katanya, memanggil Ratna dengan senyum.
Ratna mulai mengisak tangis, lalu ia merasakan sentuhan tangan di pundaknya. Ratna diperbaiki dan melihat Anggi yang memandang serius mahluk di dalam kandang itu. Anggi berjalan mendekati kandang, ia mengamati kandang yang ternyata hanyalah kandang besi biasa.
Anggi menghancurkan gembok di kandang, membukakan kandang itu. Mahluk mungil itu keluar perlahan sambil tertawa melihat Anggi.
Anggi balik tersenyum padanya, tanpa sadar ia bertanya pada yang lain, "Ada yang bisa berdoa dan menenangkan arwah?"
Semuanya terkejut mendengar kata Anggi. Intan lalu maju sambil berkata kalau dia tahu caranya karena berasal dari keluarga yang religius. Anggi mengangguk sambil bernapas lega. Ia lalu berjongkok, mensejajarkan pemutarannya dengan si mahluk kecil.

KAMU SEDANG MEMBACA
master buku mengantuk
ActionKetika umurnya beranjak sepuluh tahun, Bayu tiba-tiba mendapati dirinya mengidap narkolepsi. Hidupnya yang dipenuhi tawa pun berubah menjadi kelam. Rasa kantuk selalu manghantui dirinya, membuat masa kecilnya lebih sering ia habiskan di kamar untuk...