6

8 5 0
                                    

Menjelang sore hari, Bayu dan Rizki yang telah turun dari mobil terbang sedang menaiki lift ke lantai lima, letak di mana kamar kosan Lesti berada. Sepanjang jalan keduanya tidak mengucap kata sama sekali.   

Kosan yang ditempati oleh Lesti termasuk kosan elit. Gedungnya hanya memiliki lima lantai, namun fasilitas yang dimiliki melebihi apertemen yang dihuni oleh Bayu.   

Pada parkiran kosan terdapat sepuluh mobil terbang yang bisa langsung disewa oleh penghuni kosan. Tedapat pula kantin di lantai pertama kosan dengan makanan yang disajikan secara prasmanan layaknya sebuah hotel. Gym, kolam renang, taman, hingga bar tersedia dalam gedung kosan.   

Sektor keamanannya pun termasuk bagus dengan menyewa seorang avonturir kelas silver. Untuk kamarnya sendiri, selain dipasang berbagai teknologi canggih, setiap kamar juga dibuat agar kedap suara dan bau, bahkan dinding-dinding kamar sudah memakai campuran serbuk tulang monster rank gold dalam pembuatannya. Hal ini membuat dinding kamar kebal benturan. Dinding kamar kosan di sini tidak akan hancur bahkan jika ditinju oleh avonturir kelas platinum sekalipun.   

Bayu dan Rizki dalam sekejap telah sampai di depan kamar Lesti, yang pintunya tergantung angka 58. Bayu tidak segan langsung memencet bel di samping pintu kamar.   

Ding dong   

Tidak ada jawaban   

Ding dong   

Masih hening.   

"Kayaknya kosannya masih kosong, Bay?"   

Bayu menoleh ke Rizki di dahinya tampak butiran-butiran keringat mengucur. Entah karena panas atau karena cemas. Lalu dia melihat kembali ke pintu bersiap untuk memencet bel. Sebenarnya Bayu sudah tahu kalau Lesti ada di dalam kamar di depannya. Tapi untuk saat ini, ia harus berperan sebagai seorang kakak kelas yang cemas terhadap adik kelasnya.   

Bel kembali ditekan, namun setelah ditunggu dua menit masih tidak ada reaksi dari pemilik kamar. Rizki mengambil ponsel dari sakunya lalu mengirim pesan ke seseorang. Bayu yang melihat tindakannya langsung tahu kalau pesan itu dikirim untuk Adi.   

"Kau tunggu di sini, aku mau ke bawah dulu." Ucap Bayu sembari berjalan kembali ke lift.   

"Eh? Mau ke mana?!" teriak Rizki, namun petanyaannya tidak dijawab. Rizki hanya bisa melihat temannya yang memasuki lift.   

Tidak lebih dari lima belas menit, Bayu kembali ke depan kamar Lesti dengan seorang laki-laki paruh baya yang gemuk. Rambut laki-laki itu disisir rapi ke samping dan memakai gel sehingga tampak berkilau ketika disinari cahaya. Laki-laki itu memakai kaos polo merah dengan celana panjang kuning.   

Laki-laki itu walau dengan pakaian yang tampak ceria mukanya begitu cemberut. Sedangkan Bayu di sampingnya, berdiri dengan senyum tipis di wajahnya.   

"Bay, dia ini?"   

"Pemilik kosan, aku memintanya untuk membukakan pintu." Jawab Bayu dengan santai.   

Pak gus yang mendengar perkataan Bayu raut mukanya berubah jengkel. Sudah tiga hari terakhir ada beberapa orang yang kemari untuk bertemu dengannya. Semuanya memiliki alasan yang sama, yaitu menanyakan penghuni kamar nomor 58.   

Bagi Pak Agus ia tidak terlalu peduli atas kedatangan orang-orang ini. Seorang mahasiswa hilang selama tiga hari bukan menjadi hal yang aneh. Roman! Cinta! Baginya mahasiswa merupakan puncak masa puber manusia. Jadi apa masalahnya? Kalau anaknya tidak pulang selama tiga hari pun dia tidak akan secemas ini.   

Hanya sangat disayangkan sekali, Pak Agus tidak mengetahui kalau penghuni kamarnya ini adalah calon seorang sejarawan mitos. Dan kali ini orang yang datang kepadanya adalah Bayu.   

master buku mengantukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang