Di langit Laut Natuna, perbatasan antara Nusa dan Merlion. Seekor burung elang raksasa sedang terbang bebas. Di belakangnya duduk seorang lelaki yang mengenakan baju militer angkatan udara Nusa. Di dadanya terdapat atribut yang mengisyaratkan namanya, Aji.
Aji beserta pasangannya seekor elang yang telah berevolusi menjadi monster, kini sedang berpatroli di langit sekitaran Kota Gurindam. Orang seperti Aji biasa disebut sebagai beastmaster. Profesi ini merupakan profesi seseorang yang memilih mengontrak monster daripada artefak sebagai senjata mereka dalam bertarung. Untuk mengontrak seekor monster, seorang calon beastmaster dapat menjinakkan monster itu sendiri lalu mengontraknya atau bisa dengan cara meminta bantuan pada ahli monsterologi untuk menjinakkan monster dan membuatkan kontrak bagi keduanya.
Cara yang paling sering dipakai biasanya para calon beastmaster pergi ke ahli monsterologi, karena tingkat kesuksesan para ahli lebih tinggi daripada mereka yang mengontraknya sendiri. Begitu pula dengan Aji, ketika dia berhasil menjalani pelatihan militernya, dia memilih beastmaster sebagai profesinya, kemudian negara memberinya seorang Raja Elang Jawa sebagai monster kontraknya.
Selain Beasmaster, sebenarnya ada profesi yang cukup mirip. Berbeda dari Beastmaster yang mengontrak mahluk hidup berupa monster, dukun atau di luar Nusa biasa disebut sebagai shaman, mengontrak mahluk-mahluk supranatural.
Aji yang sedang mengudara bersama elang kesayangannya yang bernama Popo, dengan santai memandangi birunya Laut Natuna. Aji lalu menekan tombol di jam tangannya, layar proyeksi pun muncul. Aji memeriksa koordinat yang seharusnya ia lalui hari ini dan melaporkan situasi di koordinat yang dilukis oleh prajurit lainnya.
"Kaw!""Hmm?"
Tiba-tiba elangnya, Popo, bersuara mengingatkan. Aji melihat pandangan Popo terfokus jauh ke arah tertentu. Merasa ada yang tak beres, Aji langsung mengeluarkan teropong dari ransel ia gendong. Terkejutlah ketika mendapati sebuah balon terbang jatuh perlahan sekitar tiga hingga lima ratus meter jauhnya darinya.
"Popo!"
Dengan sigap ia langsung memerintahkan Popo untuk cepat mendekati balon udara. Aji lalu memasang kacamata terbang yang biasanya hanya tergantung di leher. Setelah dipakai di bingkai kacamata terdapat beberapa tombol, Aji menekan tombol yang terdapat simbol lingkaran agar kacamatanya dapat merekam apa yang ia lihat. Aji kemudian menekan tombol pada earphone nirkabel yang ia pakai.
"Markas, Markas, masuk!"
"HQ menerima, ada apa Elang 3?"
"Terlihat sebuah balon udara jatuh di utara Gurindam, sekitar perbatasan Merlion."
"Balon udara? Identitasnya?"
"Harus terlihat jelas, sekitar tiga menit sebelum dapat diidentifikasi."
"Oke. Lanjutkan ke penyelamatan darurat, utamakan penumpang, mengerti?"
"Mengerti, siap laksanakan!"
"Bantuan akan segera dikerahkan, semoga Tuhan melindungi."
Aji lalu menutup komunikasi, ia kemudian kembali meneropong balon udara. Dari penglihatan teropongnya ia melihat sebuah sinar laser tiba-tiba muncul melubangi bagian depan balon. Seketika balon udara itu pun menukik jatuh dengan cepat.
"Popo!" Teriak Aji, elang itu mengerti dan mempercepat lagi kecepatannya yang telah maksimum, 'Laser? Apa balon itu diserang?'
Akibat lubang yang baru, balon itu kini tinggal sedikit lagi membentur daratan. Aji yang sudah hampir sampai seakan diberikan harapan kosong, dia merasa tidak melakukan apa-apa. Namun, tiba-tiba tubuh seorang perempuan terhempas ke luar ke arah yang berlawanan dari jatuhnya balon. Aji berpikir sejenak, memandangi balon udara jatuh yang telah melebihi kemampuannya, lalu ia menoleh ke tubuh perempuan yang kini mulai jatuh ke daratan. Aji menggertakkan giginya, lalu menekan sayap kanan elang dengat kaki kanannya. Seketika Popo merubah lajurnya ke arah kanan, menuju tubuh perempuan itu melayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
master buku mengantuk
ActionKetika umurnya beranjak sepuluh tahun, Bayu tiba-tiba mendapati dirinya mengidap narkolepsi. Hidupnya yang dipenuhi tawa pun berubah menjadi kelam. Rasa kantuk selalu manghantui dirinya, membuat masa kecilnya lebih sering ia habiskan di kamar untuk...