Menjelang sore di apartemen, Bayu yang berbaring di sofa sedang melihat-lihat linimasa pada akun LIFE-nya. Setelah terjebak di perpustakaan selama delapan hari, dia terpaksa harus memperbarui informasi yang telah ia lewati. Tidak semua berita dapat ia ketahui melalui kekuatan perpustakaannya, dan bagi dirinya yang berencana membangun guild sendiri, informasi merupakan satu hal penting.
Namun karena kejadian kemarin, yaitu jatuhnya balon udara Hexagone, linimasa miliknya dipenuhi berita-berita tentang Vanessa. Berita-berita penting sebelum kejadian itu telah tenggelam. Bayu hanya bisa pasrah, lalu membaca berita tentang kejadian kemarin yang terkesan baginya menghebohkan.
Setelah membaca beberapa artikel berita, Bayu dapat menyimpulkan beberapa hal penting. Pertama, sampai saat ini jenazah Vanessa masih belum dapat ditemukan oleh pihak kepolisian. Akibat api yang membakar tubuh-tubuh penumpang membuat pengidentifikasian agak sulit. Hingga saat ini hanya 27 dari 53 penumpang balon udara baru dapat diidentifikasi, dan dari ke 27 itu Vanessa tidak termasuk di dalamnya.
Kedua, terdapat seorang penyintas bernama Margareth Sandre, tiga puluh delapan tahun, yang kini sedang dirawat di RSUD Pusat Kota Gurindam. Margareth yang merupakan manajer dari Vanessa Blumunt ditemukan oleh seorang prajurit ketika tubuhnya terlempar keluar dari balon udara. Kini kondisi Margareth sudah stabil setelah operasi, namun masih belum diketahui waktu ia akan sadar dari tidurnya.
Ketiga, tersebar video rekaman ketika balon udara itu jatuh. Dalam video dapat terlihat sekilas sinar laser yang melubangi bagian depan balon. Diperkirakan kalau ada seseorang yang menyerang balon udara dengan sengaja. Polisi belum dapat mengidentifikasi pelaku, namun mereka menganggap kalau ini adalah tindak terorisme.
Keempat, pihak Hexagone akan mengirim delegasi berupa seorang dari perwakilan studio rekaman Vanessa dan seorang diplomat kerajaan mereka. Walau belum diketahui tujuannya, kemungkinan besar mereka akan meminta penjelasan dan pertanggungjawaban. Bayu tertawa dalam hatinya membaca ini, para perwakilan ini dijadwalkan masuk ke Nusa besok tulat, atau paling lama besok tubin. Mereka akan langsung ke Sentral tanpa melihat dulu sisa balon udara dan menjenguk satu-satunya penyintas.
Bayu mengunci ponselnya setelah jenuh dengan semua berita yang hampir sama. Ia lalu melemaskan tubuhnya sambil melihat ke langit-langit. Berpikir akan langkah yang harus ia rencanakan berikutnya. Ada beberapa hal yang ada di pikirannya, pertama tentu saja membentuk guildnya sendiri. Kedua, tentang Hakam Justicien, tapi Bayu hiraukan masalah itu untuk saat ini. Ketiga atau yang terkahir, adalah pembunuh bayaran yang disuruh oleh keluarga Justicien untuk membunuh Panji. Sayangnya, Bayu tidak memiliki informasi tentang pembunuh bayaran yang mereka sewa, jadi ia hanya bisa menunggu. Lagipula, apa mereka bisa menemukan Panji?
Jadi setelah dipikir kembali, Bayu merasa hal yang harus ia lakukan adalah membentuk guild.
"Hal apa yang harus kulakukan?"
Bayu kembali berpikir, hal pertama yang muncul adalah permasalahan biaya. Dia memerlukan uang yang cukup banyak agar ia dapat membuat guildnya bekerja dengan stabil. Bagaimana ia mendapat uang itu? Bayu tidak tahu. Belum lagi, dia juga harus merekrut anggota dan staf agar guildnya dapat berjalan.
'Terlalu banyak hal yang dikerjakan…'
Tatapan Bayu kosong, saat ini pula dalam dirinya dia memutuskan untuk istirahat selama tiga hari sebelum berpikir kembali mengenai pembentukan guildnya. Bayu saat ini sedang tidak ingin memikirkan apapun, namun ketika dia ingin memejamkan mata, suara bel pintu depan berbunyi.
Ding dong
'Hm? Siapa?'
Bayu beranjak bangun, lalu dia teringat seorang dokter yang selalu datang setiap sore untuk mengecek kondisi tubuhnya. Dia berjalan ke arah pintu dan membukanya, Bayu kemudian melihat sosok perempuan yang cukup tinggi dengan rambut dicempol ke atas. Ia memakai kemeja krim dan celana bahan hitam serta sepatu hak tinggi hitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
master buku mengantuk
ActionKetika umurnya beranjak sepuluh tahun, Bayu tiba-tiba mendapati dirinya mengidap narkolepsi. Hidupnya yang dipenuhi tawa pun berubah menjadi kelam. Rasa kantuk selalu manghantui dirinya, membuat masa kecilnya lebih sering ia habiskan di kamar untuk...