LARA'S POV:
Ketika melihat gagang pintu itu turun, dengan gesit, aku menuju pintu yang sepertinya akan dibuka dari luar, untuk menahannya.
Tapi sebelum aku sampai di pintu itu, lampu kamar mandiku mati, membuat semuanya menjadi gelap gulita. Tepat saat itu juga, pintu kamar mandi pun terbuka dari luar.
Tubuhku langsung menabrak sosok tinggi yang muncul dibalik pintu itu.
Lampu kamarku masih menyala, sehingga masih ada pencahayaan dari kamar tidur. Aku membelakkan mataku, sebelum aku sempat bereaksi, tangan pria itu sudah melingkari tubuh telanjangku.
Aku mengangkat pandanganku, di situ mataku bertemu dengan pria kemarin, hari ini dia juga memakai topeng tengkorak yang sama dengan kemarin. Dan dia menatapku.
Seluruh tubuhku langsung merinding, jantungku berdebar sangat cepat. Karena saat ini, aku telanjang bulat di depan bajingan gila yang aku tidak kenal, dan aku tidak bersenjata sedikit pun.
Dilihat dari sisi mana pun, posisiku sangat tidak diuntungkan sekarang ini. Kemarahan pun mulai memenuhi diriku.
Bajingan gila ini!
"Kau lagi—" sebelum aku dapat menyelesaikan kalimat, pria itu sudah menutup mulutku dengan telapak tangannya. Tubuhku pun terkunci dengan tangan kuatnya. Aku membelakkan mataku.
Detik selanjutnya, dia akhirnya mengeluarkan suaranya.
"Kenapa kau membuang hadiahku yang kemarin?" tanya pria itu, suaranya seperti menahan amarahnya.
Napasku tertahan setelah mendengar itu. Walaupun suaranya tertutup maskernya, entah kenapa, suaranya terdengar tidak asing? Aku seperti pernah mendengarnya, tapi otakku tidak bisa mengingatnya.
Suara yang sangat rendah, dalam, dan seksi— dengan cepat, aku langsung menyadarkan diriku, tidak parcaya hampir salah fokus disaat-saat seperti ini.
Hadiah? Apa maksudnya collar dan leash itu?
Setelah membuka kado itu tadi pagi, aku memang langsung membuangnya.
Apa bajingan ini pikir, aku akan menyimpan benda menjijikan seperti itu? Batinku dengan amarah mulai memenuhiku.
Tapi aku tidak menjawab pertanyaannya. Well, bukan seperti aku bisa menjawabnya, mengingat tangannya menutupi mulutku.
Lalu dia kembali bersuara. "Dan biasanya kau bermesraan dengan Tyler itu hari sabtu saja. Hari ini belum hari sabtu. Apa kau suka pria sepertinya?" tanya pria itu dengan nada lebih rendah, terdengar lebih marah dari sebelumnya.
Tepat setelah dia mengatakan itu, sebuah kesadaran menghantamku...
Dia bukan hanya secret admirer. Dia.... seorang stalker? Batinku tidak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Becoming Mafia's Pet
RomanceDARK ROMANCE! BACA TRIGGER WARNING DULU SEBELUM BACA INI! Lara selalu merasa diawasi. Ke mana pun dia pergi, dia selalu merasa ada mata yang mengawasinya. Awalnya dia pikir semua ini hanyalah bayangannya saja. Sampai suatu hari. Dia menyadari, kalau...