Chapter 12 - Escape

218K 8.3K 4.6K
                                    

Hi! Maaf telat wkwk. 
Soalnya chapter ini panjang banget.

♦️♦️♦️

MARK'S POV: 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MARK'S POV: 

Lara seperti ingin menatapku tajam seperti biasanya, tapi kali ini dia tidak berhasil melakukannya, wajahnya sudah tidak bisa berbohong, matanya sayu, pipinya pink dan mulutnya terbuka sedikit seperti menahan desahannya. 

Dia terlihat sangat menyukai kejantananku. 

And it makes me so fucking happy.

Tapi dia berkata. "Kau tidak berhak mengaturku."

"Aku berhak," jawabku.

Lalu aku mengangkat kedua paha Lara dengan kedua tanganku sehingga kakinya tidak berpijak lagi ke tanah. Kedua tangan Lara pun reflek melingkari leherku untuk berpegangan. Punggung Lara sudah menekan tembok.

Aku menekan lebih dalam kejantananku, membuat Lara mendesah begitu manis, dan aku mengerang rendah merasakan vaginanya begitu ketat mencengkram kejantananku sangat kencang.

Fuck. 

Lara benar-benar terasa seperti perawan dan aku merobek vaginanya. Aku bahkan belum menggerakkan kejantananku karena vaginanya begitu sempit.

Wajah kami begitu dekat, matanya yang sayu dan pipinya yang pink terlihat begitu cantik.

"Baby, your pussy is so damn tight, you drive me crazy," erangku, terdengar begitu rendah.

"Kau... yang terlalu besar, Mark," desah Lara, sambil memeluk leherku begitu manja.

Mendengar itu, membuatku kejantananku sangat bersemangat. 

Fuck, aku sudah tidak tahan lagi.

Aku pun mulai menggerakkan bokongku sehingga kejantananku mulai keluar masuk vaginanya. Lara terlihat sekuat tenaga untuk menahan desahannya. 

Sial, kejantananku seperti terhisap blackhole sekarang. Aku mengerang.

"Apa yang terlalu besar?" tanyaku, sambil menggerakkan bokongku dan menatap mata cerahnya.

Payudara besarnya terlihat naik turun karena dia menahan desahannya. Matanya menatapku dengan begitu sayu.

She's so fucking beautiful.

Tapi Lara tidak menjawabku, dia menahan desahannya. Akhirnya aku mencium rahang Lara, sambil menggerakkan bokongku dengan tempo pelan.

"Katakan padaku, apa yang terlalu besar, baby?" bisikku, suaraku terdengar sangat rendah. 

"Kau sudah tahu apa," desah Lara, suaranya terdengar sangat sensual di telingaku.

Kali ini aku menarik kejantananku hampir keluar dari vagina Lara, sebelum aku menghentakkan kejantananku sangat kasar dan sangat dalam dengan satu hentakkan, membuat Lara menjerit keras.

Becoming Mafia's PetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang