Chapter 14 - Wine

110K 6.6K 3.9K
                                    

Baca chapter 13 dulu!!

INI DOUBLE UPDATE! 
Jangan salah urut bacanya.

♦️♦️♦️

LARA'S POV: 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

LARA'S POV: 

Aku bisa melihat Victor menelan ludahnya dengan gugup. Padahal tubuhnya kekar. Entah karena dia tidak berani karena aku adalah 'peliharaan' Boss-nya, atau dia memang pengecut.

"Miss, mohon tenanglah. Kalau aku ketahuan membuatmu marah, aku bisa dihukum," ucap Victor. 

Alisku terangkat. Oh, jadi sepertinya Mark memang memiliki hobi menghukum orang. Akhirnya aku melepaskan tanganku dari kerah Victor, membuat Victor sangat lega. 

Tidak lama kemudian, sebuah suara feminim mengganggu kami. "Victor?" 

Aku dan Victor menoleh, mendapati seorang wanita paruh baya yang beberapa rambutnya terlihat memutih muncul memakai celemek. Tebakkanku dia adalah Mrs. Morgan.

"Mrs. Morgan, ini Miss Lara De Jonge, saya titipkan dia dulu, permisi," ucap Victor terlihat terburu-buru. Lalu dengan secepat kilat dia kabur dari situ juga.

Seolah dia sangat takut dengan sesuatu. Atau dengan Boss-nya. 

Apa Mark semenyeramkan itu? Pikirku.

"Miss De Jonge, senang bisa melayanimu. Tuan muda sudah memberitahuku kau akan datang," ucap Mrs. Morgan dengan senyuman hangat. 

Aku memperhatikan Mrs. Morgan dengan skeptis. Walaupun dia terlihat hangat, aku tidak boleh lengah. Bagaimana pun juga dia adalah seorang pelayan dari Boss Mafia. Tidak mungkin dia yang memiliki latar belakang biasa bisa dipekerjakan di sini. 

Tapi aku juga harus menyembunyikan kewaspadaanku. Aku tersenyum, berharap aktingku yang buruk ini tidak terlihat. 

"Salam kenal, Mrs. Morgan," jawabku mencoba terlihat santai. 

Setelah itu Mrs. Morgan langsung menunjukkan kamarku. Sebuah kamar yang terlalu megah untuk dijadikan kamar tamu dan terlalu maskulin untukku. Oh well, sepertinya semua yang ada di penthouse ini seperti itu.

Setelah membawaku tour singkat penthouse ini, dan memberitahu ada hiburan apa saja yang bisa aku lakukan di sini, Mrs. Morgan pun meninggalkanku sendirian.

Intinya di sini ada home theater, rooftop pool, game room, gym, spa dan library.

Singkatnya, penthouse ini memiliki segala hiburan kecuali telpon, komputer atau laptop, yang aku sangat butuhkan saat ini untuk menghubungi orang. 

Mataku berkedut kesal. Seolah Mark sengaja sudah menyingkirkan itu semua sehingga aku tidak bisa kabur. 

Aku sedikit menyesal tidak mengadukan ini kepada Dante saat itu. Harusnya aku langsung adukan aja, aku yakin Dante bisa melakukan sesuatu. 

Becoming Mafia's PetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang