Chapter 49 - In Three Days

97.5K 6.7K 6.5K
                                    

TOLONG BACA!
Hi! Sebelum baca chapter ini, aku ingatkan sekali lagi, bagi yang belum baca trigger warning di prolog. Ku sarankan baca dulu deh. Itu aja wkwkw. Happy reading guys 
🖤

♦️♦️♦️

Total kata : 3.900 kata!

MARK'S POV:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MARK'S POV:

"Aku mencintaimu," ucap Lara.

Tepat setelah mendengar kalimatnya itu, fokusku langsung hilang dalam sekejap. Bahkan aku lupa mau melakukan apa sebelumnya. Jantungku berdetak lebih cepat. Aku bukan tipe orang yang mudah berdebar-debar seperti ini. 

Tapi mendengar kalimat itu keluar dari mulut Lara mampu membuatku berdebar-debar seperti gadis perawan yang sedang jatuh cinta. 

Apa aku tidak salah dengar? Batinku.

Mataku menatap Lara, aku tidak mampu mengalihkan padanganku darinya. Tapi dia tidak mau menatap mataku, aku bisa melihat pipinya menjadi lebih pink. Lalu dia menambahkan.

"Aku mencintaimu... Da—dan kalau kau benar mencintaiku, jangan pergi, Mark," ucapnya.

Tepat setelah mendengar itu lagi, aku bisa merasakan kejantananku langsung mengeras di balik celanaku. Gairah yang sebelumnya tertidur langsung terbangun dan berkobar sampai membakar seluruh tubuhku.  

Fuck.

Dia masih belum mau menatapku, tapi beberapa detik kemudian, dia mengangkat kepalanya. Ketika mata kami bertemu, aku bisa melihat dia tersentak sedikit, seolah kaget dengan tatapanku.

Entah bagaimana mataku saat ini. Tapi sepertinya aku tidak bisa menyembunyikan lagi kalau aku menginginkan Lara. Aku sangat menginginkannya sampai kejantananku semakin sesak. 

Aku merasa begitu senang. Tidak, bahkan kata senang tidak cukup untuk mendeskripsikan perasaanku saat ini. Euforia yang sangat hebat mengguyur tubuhku yang bergairah ini. 

Aku yakin kalau aku tidak salah dengar kali ini. Lara mencintaiku. 

Tiba-tiba, dia menambahkan. "Aku merindukanmu, Master. Kasurku dingin tanpamu." 

Dia mengucapkan itu sambil duduk di kasur, hanya mengenakan kaus putihku yang kebesaran dan tipis. Dia menatapku dari bawah dengan pipinya yang pink. Aku bisa melihat payudaranya yang besar tanpa bra itu. Dia mulai besikap seperti peliharaan patuh yang sangat submissive.

Fuck.

Saat itu juga, kejantananku semakin keras dan berdiri tegak. Setiap Lara memanggilku Master, aku selalu menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Because I fucking love it. Itu menandakan Lara percaya padaku, menandakan kalau dia mengakui kalau dia adalah milikku.

Becoming Mafia's PetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang