Total kata: 3.300 kata!
LARA'S POV:
Mataku langsung berubah marah. Dia pikir dia bisa membunuhku semudah ini? Dengan sisa tenaga yang aku punya, tanganku mencari pistol yang aku letakkan di tumpukan bantal di belakangku.
Sejak Mark meninggalkanku beberapa hari untuk mencari Logan, Mark menyuruhku meletakkan pistol di dekatku.
"Kau pikir aku akan membiarkanmu menikahi pria lain selain aku?" tanya Logan sangat marah masih sambil mencekikku.
Aku semakin sulit bernapas. Tapi tanganku tetap mencari pistol di balik bantal, aku belum menemukannya.
Fuck. Di mana pistolku? Batinku.
Tidak lama setelah aku menekan tombol darurat, ponselku berdering kencang di nakas. Apa itu Mark? Tapi aku tidak bisa menggapai ponselku sekarang. Aku harus menemukan pistolku dulu.
Tapi aku harus membiarkan Mark tahu aku masih hidup dan sadar. Kakiku menendang-nendang dengan liar kepada Logan, seperti memberontak.
"You bitch, kenapa kau menjadi seliar ini?" tanya Logan kesal karena kakiku menendang-nendang ketika dia mencekikku.
Sepertinya itu cukup membuat Mark tahu aku masih bergerak. Pasti Mark mendengarkanku dari penyadap suara. Deringan ponselku pun berhenti.
Tidak lama kemudian, aku mendengar suara aneh dari collar-ku, seperti suara mesin kecil yang bergerak di dalamnya. Entah apa itu, tapi tiba-tiba, Logan berteriak sangat kencang, sampai dia melepaskan tangannya dari leherku membuat aku bisa mengambil napas.
Tepat saat itu juga, tanganku menemukan pistolku di balik bantalku, aku langsung mengambilnya dan menembak ke arah Logan dalam hitungan detik. Aku mendengar suara ringisan dia diikuti umpatan kasarnya.
Sepertinya peluruku mengenainya, tapi aku tidak tahu mengenai apa, kamarku begitu gelap. Dengan cepat, aku menyalakan lampu di sebelah kasur, sehingga aku bisa melihat Logan sekarang. Tanganku masih menodong pistol ke arahnya.
Di situ aku bisa melihat tangan Logan berdarah-darah, tapi rasanya itu bukan karena peluruku. Karena bahunya pun juga berdarah.
Aku masih terengah-engah dan berusaha mengambil napas sebanyak mungkin ke paru-paruku. Tenggorokanku terasa nyeri, tubuhku gemetar, dan masih lemah. Tapi perlahan, energiku mulai kembali saat oksigen menyebar ke seluruh tubuhku, memulihkan kekuatanku sedikit demi sedikit.
"Shit," ucapnya.
Aku kembali menarik pelatukku ke arahnya, tapi dengan cepat dia menghindar, dan segera menuju pintu balkon yang entah sejak kapan terbuka.
Dia mau kabur. Batinku langsung menyadarinya. Mataku berubah menjadi sangat tajam. Tidak akan aku biarkan!
Aku melompat turun dari kasur untuk mengejarnya, tetapi aku terkejut ketika kehilangan keseimbangan dan terjatuh kembali ke kasur. Rasanya seolah dunia berputar, dan kepalaku berdenyut-denyut akibat kekurangan oksigen yang baru saja kudapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Becoming Mafia's Pet
RomanceDARK ROMANCE! BACA TRIGGER WARNING DULU SEBELUM BACA INI! Lara selalu merasa diawasi. Ke mana pun dia pergi, dia selalu merasa ada mata yang mengawasinya. Awalnya dia pikir semua ini hanyalah bayangannya saja. Sampai suatu hari. Dia menyadari, kalau...