DARK ROMANCE! BACA TRIGGER WARNING DULU SEBELUM BACA INI!
Lara selalu merasa diawasi. Ke mana pun dia pergi, dia selalu merasa ada mata yang mengawasinya. Awalnya dia pikir semua ini hanyalah bayangannya saja. Sampai suatu hari. Dia menyadari, kalau...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LARA'S POV:
Tanpa menunggu jawabanku, dia mengocok jarinya di dalam vaginaku membuat napasku tercekat. Tanganku mencengkram pergelangan tangannya.
"Mark, jangan di sini," bisikku memohon, sekuat tenaga menahan desahanku. Takut Jasper mendengarnya.
Tapi dia tidak mendengarkanku, dia keluar masukan jarinya. "Apa jarinya juga memainkan vaginamu seperti ini?" tanyanya marah. Tapi aku tidak membalasnya karena aku sibuk menahan desahanku.
Dan lama-lama, gerakannya semakin kasar dan kencang pada vaginaku, membuat kepalaku mendongkak dan mengigit bibirku menahan desahan.
"Tatap aku," perintahnya dengan nada rendah.
Mataku yang sejak tadi tertutup, akhirnya terbuka. Di situ, mata sayuku bertemu dengan matanya yang sangat marah. Dia masih menggerakan jarinya kasar pada vaginaku membuatku bisa gila.
"Mark, jangan," bisikku.
"Jangan? Tapi vaginamu mencengkram jariku sangat kencang, seperti tidak ingin melepaskanku," bisiknya, masih menggerakan jarinya kasar.
Tangannya yang satunya melepaskan piyamaku dengan paksa sehingga kancingnya terlepas, dan menampakkan payudaraku yang tidak mengenakan bra. Nipple-ku sudah sekeras batu. Napasku memberat sambil menatapnya.
"Fuck," erangnya pelan ketika piyamaku terlepas. Akhirnya dia pun melepaskan topeng tengkoraknya, sehingga aku bisa melihat wajahnya.
Mataku mengerjap melihat rambut Mark lebih panjang dari biasanya, jenggotnya pun sudah memanjang, sepertinya dia belum bercukur. Aku bisa melihat kantung mata di bawah matanya yang terlihat sangat lelah, tapi alisnya marah. Tapi itu tidak mengurangi ketampanannya sedikit pun. Dia malah terlihat lebih liar... lebih jantan dan perkasa.
Detik selanjutnya, dia mengisap nipple-ku kuat dengan tidak sabaran membuat kepalaku mendongkak. Jarinya masih memainkan vaginaku kasar. Dia mengigit nipple-ku kencang, aku terkesiap.
Lalu dia mengisap-isap nipple-ku secara bergantian membuatku semakin gila. Dia mengisap, menjilati dan mengigiti nipple-ku seperti seseorang yang kelaparan. Seperti dia belum makan selama satu bulan.
Rasanya begitu nikmat, semua ini. Dua minggu ini aku masturbasi sendirian karena begitu merindukannya.
Aku memang kesal karena dia menemukanku. Tapi disaat bersamaan, aku juga lega dia menemukanku, karena aku merindukan semua ini. Merindukannya.