Bab 51

3K 287 78
                                    

Suasana pagi di hari libur kali ini nampak sangat cerah, cahaya kuning keemasan seolah menjadi penghias langit yang biru penuh kesejukan. Semarak angin saling berhembus saling dayu-mendayu menerpa ringan nya daun-daun yang terbang ke segala arah. Kicauan merdu burung-burung indah seakan menjadi pengalun irama pemberi ketenangan.

Disini, di tempat yang tak terlalu ramai dengan hiruk pikuk kehidupan, gadis cantik pemilik mata karamel mendudukkan diri nya. Ia menghirup segarnya udara pagi yang berhembus dari berbagai penjuru. Pandangan nya terfokus pada satu keluarga harmonis yang tengah asyik melempar canda gurau bersama. Tak terasa buliran air mata meluruh membasahi kedua pipi nya, gadis ini seakan teringat momen indah sewaktu masih bersama dengan kedua orang tua nya dulu. Masa sebelum takdir kelam menghampiri nya, kehidupan masa kecil yang indah seakan berputar seperti kaset rusak di pikiran nya, jika saja ia memiliki kuasa untuk memutar waktu, tentu sedari dulu akan ia lakukan. Masa indah saat sebelum tragedi buruk menimpa nya, kehidupan harmonis dan bahagia yang sangat amat di damba-damba kan semua orang semua sirna dalam satu tragedi naas.

Di hadapan nya saat ini gadis kecil nan imut tengah asyik bergurau bersama kedua orang tua nya. Tawa gadis itu seakan lepas dan tak ada beban, bahagia yang amat terpampang nyata mereka tunjukkan.

" Pah? Mah? Gadis kecil yang berada di hadapan ku saat ini, seperti aku dulu ya? Tawa nya lepas, gurat ceria seolah terpampang nyata di wajah nya. " Celetuk mala dengan buliran air mata yang terus menetes.

" Andai waktu bisa di putar, mala ingin kembali menjadi anak kecil yang polos dan tak mengerti apa-apa saja, ternyata menjadi dewasa tak seindah yang di bayangkan. Rasa nya sangat berat, apalagi harus hidup tanpa kalian. " Sambung mala.

" Pah, mah, ternyata takdir tak berpihak pada kita ya? Bukti nya mala sekarang harus hidup mandiri tanpa kalian. Jujur saja mala ingin kembali ke masa kecil yang indah itu, masa dimana kehidupan kita sangat bahagia. Masa dimana mala tak kekurangan kasih sayang dari kalian. Dulu kalian janji untuk selalu menjaga dan merawat mala kan? Tapi kenapa kalian ingkar? Mala di tinggal sendiri disini." Ucap mala terkekeh.

" Papa sama mama ingat gak? Dulu mala selalu nangis kalau mala gak mendapat mainan yang mala mau. Tapi sekarang beda, sekarang mala menangis karena tak bisa merasakan kasih sayang kalian lebih lama." Ucap mala di tengah isakan nya.

" Ayah, ela ingin sekali cepat-cepat menjadi besal sepelti kalian, ela tidak cabal ingin memakai selagam sekolah." Celetuk gadis kecil yang dia sebut nama nya sendiri sebagai ela.

" Kamu harus bersabar ya ela? Akan ada masa nya kamu tumbuh menjadi gadis dewasa. Ayah harap, ayah bisa selalu menemani kamu sampai kamu menemukan sosok pria yang bisa menyanyangi ela selain ayah." Ujar sang ayah seraya mengelus lembut rambut anak tersebut.

" Maksud ayah apa? Ela gak ngelti?" Tanya nya penatap penuh penasaran.

" Nanti juga ela akan tau sendiri jika sudah waktu nya." Jawab bunda ela.

" Ih jadi gak sabal untuk tumbuh jadi dewasa." Ucap nya polos dengan senyum sumringah tak ada beban.

Mala menatap dan mendengar kan setiap obrolan yang mereka lontarkan. Senyum di bibir gadis ini terpancar jelas, ia seolah merasakan kebahagiaan yang di rasakan keluarga kecil itu.

" Ela? Nama yang lucu, hampir mirip dengan panggilan ku dulu. Tapi semoga keberuntungan dan takdir indah selalu menghampiri mu ela." Ucap mala ikut senang.

" Jangan terburu-buru ingin jadi dewasa ela, karena menjadi dewasa tak semudah yang kamu bayangkan sekarang. Ucapan mu saat ini sama seperti ucapan ku dulu, yang ingin cepat tumbuh dewasa padahal kenyataan nya tak seindah yang aku angan-angan kan. Ku harap kebahagiaan selalu menyertai mu anak manis." Ucap mala dengan bibir sedikit bergetar.

Gadis Kesayangan Bos MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang