Bab 5

695 58 2
                                    

Pharita kembali memasuki kamarnya, merenungkan setiap kata yang diucapkan ruka. Pikiran tentang sosok asli ruka terus berputar di kepalanya. Jika ruka benar-benar kejam, seharusnya dia tidak bersikap dan berkata semanis itu padanya.

Pharita menyadari bahwa tugas kali ini jauh lebih menantang daripada tugas-tugas sebelumnya. Ia harus berusaha ekstra keras untuk melemahkan ruka, meskipun ia tahu ini akan menjadi tantangan besar.

Pharita mengaktifkan ponselnya untuk memeriksa waktu dan pesan-pesan yang masuk.

09.50PM

Notifikasi

B. Arnold : Aku harap kau bisa menyelesaikan misi ini dengan cepat.

“Melepaskan diri dari Arnold mungkin akan membuatku merasa lebih tenang,entah kenapa pesan2 yang dia berikan sangat mengganggu” gumam pharita.

Ia menonaktifkan ponselnya kembali, fokus pada misinya. Pharita tidak ingin segala sesuatunya berantakan hanya karena kelalaiannya.

Pharita berbaring di tempat tidurnya dengan selimut hangat menutupi tubuhnya, merenungkan cara terbaik untuk menyelesaikan misinya. Ia memiliki waktu satu bulan untuk memenuhi janjinya kepada Arnold.

Secara kebetulan, pharita melihat ke luar dan memperhatikan ruka di antara pepohonan. Wanita itu tampaknya sedang mengejar seseorang.

“Apa yang sedang ruka lakukan?” pikir pharita, segera menyingkirkan selimut dan turun dari tempat tidur.

Ruka masih berada di lokasi yang sama, dikelilingi oleh beberapa pria berpakaian hitam yang tampaknya sedang berdiskusi dengannya.

Pharita memutuskan untuk keluar dari kamarnya dan meninggalkan Forest House untuk mendekati ruka. Meskipun mereka baru saling mengenal, pharita bisa merasakan ketegangan dan kekhawatiran yang dirasakan ruka. Mungkin ini hanya perasaannya atau mungkin karena melihat ekspresi wajah ruka yang terlihat jelas menunjukkan kecemasan.

"Ada apa ruka?" Mendengar suara itu ruka melihat pharita yang tiba-tiba berada tak jauh darinya, tatapan orang-orang di sekitar ruka tak lepas dari sosok pharita, ia adalah satu-satunya wanita di sini dan mereka tak dapat memungkiri jika pharita begitu cantik meski sedang berkeringat.

"Kalian bisa pergi dan mencarinya" Ucap ruka pada pria-pria yang tengah memperhatikan pharita. Mereka patuh dengan ucapan ruka lalu berlari pergi memasuki hutan yang dipenuhi oleh pohon-pohon besar.

"Apa yang membuatmu kemari?" Ruka bertanya, ia menatap pharita.

"Aku tidak sengaja melihatmu" Jawab pharita, tanpa seizin ruka ia duduk diantara rerumputan.

"Bukan berarti kau harus menghampiriku" Ucap ruka, nampaknya wanita ini marah karena kehadiran pharita.

"Aku bekerja padamu, kurasa itu wajar" Balas pharita dengan sengaja ia menatap ruka tanpa rasa bersalah, biarkan saja jika wanita itu marah, lagi pula pharita hanya menghampiri nya
tanpa menggangunya, apa itu salah?. Tentunya tidak.

"Kau mudah marah" Ujar pharita, ia kembali berdiri

"Dan tugasku adalah menjagamu" Ucap pharita.

:

:

"Pharita sudah bersama ruka, jadi kita hanya perlu menunggu waktu yang tepat untuk melancarkan misi ini."

Arnold tersenyum tipis saat mendengar keputusan tersebut. Semakin cepat misi ini selesai, semakin cepat pula ia akan mendapatkan jawaban atas pernyataan cintanya kepada pharita.

"Pada hari ke berapa kita akan melakukan pengepungan terhadap ruka?" tanya Arnold. Seketika, semua orang di ruangan menatapnya, tersenyum mendengar pertanyaan tersebut yang mewakili arnold.

ASSASIN (Rupha) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang