Bab 68

226 27 0
                                    

San Antonio. Italy

Pharita membeku melihat pemandangan di hadapannya.

Puluhan orang terpenjara di penjara bawah tanah, yang di bangun di tempat tinggal utama milik suaminya.

Puluhan orang itu nampak menderita di tempat ini, pakaian lusuh, tubuh yang kian kurus dan beberapa luka di bagian tubuh menjadi bukti kekejaman ruka terhadap mereka.

"Kau benar-benar tidak memiliki hati" Ucap pharita kepada ruka yang berdiri di belakangnya.

"Apa salahnya?" Tanya ruka.

"Aku hanya melakukan tugas ku" Ucap ruka. Pharita menatapnya, di balik beberapa sikap manisnya rupanya ruka adalah sosok kejam yang tak berperasaan.

"35 orang telah meninggal terbunuh Di tangan ku" Ucap ruka.

"Aku tidak pernah bertemu sosok yang lebih kejam dari mu ruka" Ucap pharita,

ia memandangi satu-persatu orang di tempat ia berdiri sekarang. Mereka nampak memohon pada Tuhan dan Tuan untuk lepas dari tempat ini atas. kesalahan yang mereka lakukan sebelum berada di tempat ini.

"Kau terlalu kejam untuk menjadi manusia" Ucap pharita, matanya tertuju pada tahanan yang nampak kehausan namun tak ada yang dilakukan oleh para penjaga.

"Aku melakukan ini dengan alasan yang kuat dan masuk akal. " Ucap ruka.

Ya! Pharita ingat, beberapa kejahatan
yang ruka lakukan memiliki alasan kuat dan masuk akal, saat pharita menjalankan misinya hingga kini pharita menjadi istrinya.

"Kau terlalu berlebihan ruka" Balas
Pharita.

"Tidak ada yang berlebihan di dunia, manusia yang selalu merasa kekurangan" Ucap ruka.

"Rasa kurang dan tidak puas yang membuat mereka masuk ke dalam
penderitaan."

Ucapan-ucapan bijak itu pharita dengar dari seorang manusia, yang di kuasai iblis dalam hidupnya, pharita percaya bahwa memang ada manusia yang ditakdirkan kejam, untuk membalas kekejaman manusia lain, tetapi pharita rasa semua ini terlalu kejam.

"Aku pikir, pergi darimu adalah satu-satunya jalan yang bisa menyelamatkan ku." Ucap pharita,

hanya pergi dan jauh dari ruka yang ada dipikiran pharita saat melihat penjara ini.

"Kau selamat dariku tapi tidak selamat dari musuh ku" Ucap ruka.

Tatapan pharita hanya tertuju kepada ruka. Detak jantungnya kian kencang saat sedikit demi sedikit ruka bercerita
tentang hidupnya dan kekejamannya.

"Latar belakang mu mengerikan!" Ujar pharita.

"Ya, kau tahu itu." Jawab ruka. Di ruangan yang penuh permohonan
agar terlepas dari jeratan ruka, ruka menceritakannya kepada pharita.

"Aku kehilangan perasaan sejak orang tua ku membuang ku" Ucap ruka.

Pharita menelan ludah kasar, ketika mulai mendengar cerita ruka. Bukanlah ruka pernah bercerita sedikit tentang
orang tuanya yang selalu membuatnya kagum, lantas mengapa mereka membuang ruka.

Ruka menarik tangan pharita untuk menjauh dari tempat itu, ruka tak ingin mendengar suara tangisan yang bisa saja mengganggunya.

Pharita di bawa duduk dalam ruangan gelap, dengan cahaya minim dari api di perapian di setiap sudut yang membuat
ruangan ini terasa lebih hangat dan
mengerikan.

"Tenangkan dirimu"Ucap ruka, datar dan terkesan memerintah.

Pharita membuang napas panjang. meski tak siap dengan cerita ruka. Ia harus siap dengan semua yang akan ruka ceritakan, bagaimanapun itu adalah kenyataan.

"Di umur 5 tahun, aku melihat
perselingkuhan orang tua ku" Ucap
Ruka, wajah dan nadanya begitu tenang
ketika ia membicarakan hal yang bersifat emosional.

"Setiap hari aku juga melihat kekerasan
yang di lakukan ayah ku kepada ibu ku"

"Setiap dua hari ayah ku membawa
wanita simpanannya"

Pharita masih menatap ruka, rupanya
di balik kejamnya seseorang, terdapat masa kecil yang menyedihkan, lebih sedih daripada kisah pharita yang sangat singkat.

"Aku membenci ayah ku untuk hal itu, tapi, rupanya ibu ku yang melakukannya lebih dulu"

"Aku masih mengingatnya saat aku
melihat ibu ku bercinta bersama seorang pria bukan ayah ku"

Tatapan ruka tertuju pada salah satu perapian yang nyala apinya lebih besar dari pada perapian lain di ruangan itu.

Rasanya ada kebahagiaan tersendiri
melihat orang-orang yang membuangnya kini menderita terbakar di dalam Neraka.

"Aku membenci mereka setelah kejadian itu"

"Apa sekarang kau masih membenci
mereka?" Pharita bertanya.

"Ya, masih"

"Aku bukan orang bodoh yang mau
memaafkan kesalahan orang" Ucap
Ruka. Ia telah memiliki pilihan dalam hidupnya, lebih baik menyakiti
orang dari pada memaafkan orang.

"Apa dulu mereka juga membencimu?"
Pharita bertanya lagi.

"Tentu saja " Ucap ruka.

"Mereka menyalahkan ku dan membuang ku" Ucap ruka.

"Aku hidup beberapa bulan bersama ayah ku dan dia serta istri nya lebih fokus mengurus anak mereka"

"Mereka menjadikan aku pembantu di
Rumah mereka"

"Aku masih ingat saat mereka mengusir
ku" Ucap ruka, kali ini penjelasannya
terjeda.

Tatapan marah dan bahagia ruka
tunjukkan, saat ia menatap perapian yang sama seperti sebelumnya.

"Jumat malam, pria itu mengusir ku
agar aku tinggal bersama wanita
sialan yang saat itu sedang hamil anak.
selingkuhannya" Jelas ruka,

setiap kata di beri penegasan, mengisyaratkan bahwa amarah sedang menguasai dirinya.

Untuk pertama kalinya, pharita tahu
tentang masa lalu ruka yang selama
ini lama tersembunyi. Pharita tak
mengira bahwa begitu menyedihkan
nya hidup ruka di masa itu.

Melihat kekerasan yang orang tuanya lakukan, perselingkuhan, perpisahan sampai mereka membuang ruka yang kini tumbuh menjadi manusia tanpa perasaan.

"Wanita itu mengusirku dan meminta
agar aku menerima apa yang sedang
terjadi" Ucap ruka.

"Wanita yang hampir mati mengatakan
pada anak yang belum genap berusia
6 tahun untuk menerima kenyataan
hidup seperti itu"

Pharita dapat melihat emosi yang ruka tunjukkan, dapat Pharita simpulkan bahwa ruka tumbuh seperti ini karena kesalahan orang tuanya, ruka tumbuh menjadi orang tak berperasaan karena ulah orang terdekat di hidupnya.

Terkadang pencipta masalah terbesar
adalah orang yang paling dekat dengan
dirimu. Mungkin kalimat itu dapat
mewakili kehidupan ruka yang sampai
kini masih misteri, berantakan dan penuh kegelapan.

Tak bisa pharita bayangkan berapa
korban ruka dari dulu hingga kini.
Namun yang pharita ketahui, ruka
memiliki banyak alasan masuk alasan
untuk melakukannya.

Rasanya tak sia-sia usaha ruka
membawa pharita ke San Antonio karena dengan datang kemari pharita bisa tahu tentang masa lalu ruka yang begitu buruk karena keluarganya.

"Malam itu aku pergi di tengah hujan dan petir, aku berjalan sendiri"

Pharita merasa tak asing dengan bagian
itu, Ah ia kira itu adalah bagian dari
mimpi yang pernah ia alami, tentang anak kecil yang sendirian di tengah derasnya hujan. Ia baru memahami mimpi itu, mungkin anak di mimpi itu adalah sosok ruka kecil.

"Karena hal itu aku cukup trauma dengan hujan dan petir" Ucap ruka.

"Tak ada yang berhasil mengobati trauma itu bahkan Dokter kepercayaan keluarga ku"

"Keluarga mu?" Pharita bertanya, di saat itu pula ia sadar bahwa keluarga ruka bukan hanya orang yang mengusirnya.

"Aku sendirian dan ketakutan sampai
seorang pria datang kepada ku" Ucap
Ruka.

ASSASIN (Rupha) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang