Bab 9

464 51 6
                                    

"Arnold, berapa lama pharita pergi?" Clear menepuk pundak Arnold yang tengah fokus pada beberapa laporan hari ini.

"Aku tidak tahu," jawab Arnold tanpa mengalihkan pandangan dari dokumen di tangannya.

"Kau tampaknya terlalu sibuk untuk membahas ini," celetuk clear.

"Ya, seperti yang kau lihat," balas Arnold, yang dikenal sebagai pekerja keras. Tak heran jika pharita sempat menyukainya bukan cinta hanya menyukai cara kerja nya sebagai rekan kerja.

"Ada berita terbaru tentang ruka," ujar clear. Arnold langsung menatapnya dengan tajam.

"Apa?" tanyanya dengan nada penuh perhatian, ingin tahu tentang wanita yang baru-baru ini bersama pharita.

"Seorang agen melaporkan bahwa adik perempuannya terlihat bersama seorang wanita dan ruka," jelas clear.

"Mereka di bandara?" tanya Arnold, menatap clear sejenak.

"Ya, tetapi tujuan mereka belum diketahui," jawab clear.

Arnold kembali menatap laporan-laporan di mejanya. Masalah ruka bisa dipikirkan nanti, tetapi firasat buruk tentang pharita terus mengganggu pikirannya.

🕵‍♀️🕵‍♀️

Milan . Italy

Pharita turun dari sebuah mobil yang dikhususkan untuk mengantar dirinya mendatangi Mansion pribadi milik Sang Kakak.Pharita tersenyum melihat tempat tinggal, terlihat begitu nyaman dan mengesankan.

Ia menghela napas panjang, pharita harap ia bisa menenangkan diri di tempat ini untuk beberapa waktu pharita bisa menghabiskan waktu untuk berbelanja bersama Ibu atau Kakaknya, dirinya memerlukan hal seperti itu di saat-saat menyedihkan seperti ini.

Pharita mulai melangkah untuk segera menemui keluarganya yang tengah menunggunya.

"Rita.."

"Mom.. "Pharita memeluk wanita yang menyambut kedatangannya, wanita itu adalah Diana zefani Florentia, Ibu kandung pharita dan Kakaknya.

"Aku merindukanmu, kenapa kau tidak datang ke Hawaii?" Daiana mengusap punggung pharita, ia rasa anak perempuannya sedang tidak baik-baik saja.

"Aku juga merindukan mu sampai kau datang ke mimpi ku" Balas pharita.

"Benarkah?"

"Iya, saat aku di Rumah Sakit" Jawab pharita. Diana melepas pelukannya pada anaknya.

"Kau sakit?" Diana menatap pharita intens, wanita yang telah memasuki usia 50 tahun itu nampak khawatir dengan keadaan Sang anak perempuan.

"Hanya tak sadarkan diri" Pharita tersenyum singkat.

"Kenapa kau tidak menghubungi ku dan Kakak mu?" Daiana bertanya.

"Hanya sakit biasa, aku sering mengalami hal seperti itu ma" Jawab pharita.

"Rita, apa tidak bisa kau mengundurkan diri dan fokus pada Perusahaan mu?" Ujar Diana, terdengar memaksa akan tetapi ia lakukan ini untuk keselamatan anak bungsu nya.

"Aku mencintai pekerjaan ku dan berkat pekerjaan ini aku bisa menggunakan pistol dengan benar dan...

"Itu membahayakan mu!!" Pharita tersenyum kepada Sang Ibu.

"Aku baik-baik saja Mom" Jawab pharita.

"Kau tahu rita?"

"Mommy selalu berdoa agar ada orang yang membuat mu ingin keluar dari pekerjaan mu" Ucap Diana. Senyuman di wajah pharita memudar seketika.

"Doa mu terkabul Mom" Batin pharita

"Aku sudah membuat makanan favorit mu" Diana menggandeng tangan pharita untuk menuju ruang makan.

ASSASIN (Rupha) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang