Bab 53

249 30 0
                                    

Pharita masih berada di kamar ruka
yang berada di lantai dua, kamar ini terkesan lebih mewah dari kamar yang berada di lantai utama, kamar ini juga terkesan lebih damai dari apapun ruangan yang berada di Mansion ini.

"Kau membutuhkan sesuatu?" Tanya ruka yang pada saat itu sedang berdiri tepat di pintu keluar dan masuk.
kamarnya.

"Tidak"

"Tapi, ku rasa kita harus keluar" Pharita memperhatikan ruka sepersekian detik.

"Aku sedang tak ingin terus berada di
dalam ruangan" Ucap pharita.

Ruka memikirkan itu, berada di dalam ruangan juga tak baik untuk istrinya, ia memperbolehkan pharita berada di luar ruangan selama satu jam, tak ada salahnya, selagi penjagaan di tempat ini ketat.

"Aku akan membiarkanmu terkena sinar matahari" Ucap ruka.

Pharita segera melangkah mendekati
Ruka. Rasanya tak sabar untuk menghabiskan waktu satu hari penuh bersama orang yang ia cintai.

"1 jam"

"Terlalu lama juga tidak baik" Ucap ruka.

"Baiklah, Dokter" Pharita memberi sebuah senyuman kepada ruka sebelum ia melangkah lebih dulu dari suaminya.

Melihat halaman Mansion yang luas dengan rumput hijau yang menghiasinya, membuat pharita ingin segera duduk di sana tanpa alas.

"Tidak tidak, kau tidak boleh duduk di rumput itu" Tentu saja ucapan itu berasal dari ruka yang berada tepat di belakang pharita.

"Why?" Pharita menatap ruka, beberapa hari ini sangat sering ruka mengatur semua yang ia lalukan, sebuah hal baik yang belum bisa pharita terima.

Tak menjawab pertanyaan pharita, justru ruka duduk di atas rerumputan tanpa alas, kemudian menepuk diantara kedua kakinya untuk memberi isyarat agar istrinya duduk di pangkuannya.

Pharita tak lagi memberi penolakan, la duduk di pangkuan ruka. Sinar matahari yang menerpa mereka memberi kesan kehangatan. Cukup lama pharita tak merasakan aktivitas ini semenjak ia bersama ruka kecuali hari ini.

"Dokter akan datang untuk memeriksa
mu" Ucap ruka dengan kedua tangan yang ia letakkan di atas perut istrinya.

"Ya, aku juga memiliki banyak pertanyaan untuk Dokter yang akan kemari" Jawab pharita, ia menatap ruka sebentar.

"Salah satunya mengapa aku tidak seperti wanita hamil lainnya" Ucap pharita yang membuat ruka menatapnya penuh tanya.

"Aku lebih banyak makan daripada
mual" Ucap pharita,

entah itu keanehan atau tidak, pharita tak pernah hamil sebelumnya, itu penyebab utama ia tak mengerti tentang keadaannya.

"Bukan hal yang aneh" Jawab ruka.

"Jangan terlalu memikirkan sesuatu secara berlebihan"

"Aku tidak suka itu" Ucap ruka,

terdengar serius di telinga pharita. Ia yakin bahwa ruka ingin menjadi pengatur yang baik untuk pharita namun ia menunjukkan dengan perkataan yang selalu terdengar tegas.

"Baiklah, aku tak akan melakukannya"
Jawab pharita patuh. Ruka menyukai orang yang patuh dengannya.

Pharita memejamkan mata membiarkan sinar matahari menghangatkan tubuhnya, sedangkan ruka masih meletakkan tangannya di atas perut pharita.

Dua pelayan mengantar beberapa buah
apel yang telah disiapkan untuk Tuan dan Nyonya di Mansion ini.

"Kau tertidur?" Pharita membuka mata saat ketika mendengar suara berat milik ruka, hampir saja pharita masuk ke
dalam dunia mimpi jika ruka tidak
mengeluarkan suara.

:

:

Sepotong buah apel masuk ke dalam
mulut pharita karena ruka menyuapkannya. Tak hanya itu, sesekali pharita membalas dengan menyuapi ruka dengan salah satu buah favorit nya itu.

Setidaknya mereka bisa menikmati waktu seperti ini sebelum akhirnya berpisah untuk keselamatan hidup mereka.

"Berapa lama kau pergi?" Pharita bertanya di tengah aktivitas mereka. Tak ada salahnya jika pharita tahu jangka waktu kepergian ruka.

"Aku berjanji

"Aku tidak suka janji" Jawab pharita,

la menatap intens ruka, jika ada hal yang pharita benci di dunia ini selain seekor kucing adalah sebuah janji, pharita sangat membenci janji, ia lebih suka kebohongan dari pada sebuah janji. Kebohongan tak ada bedanya dengan sebuah janji.

"Dua sampai 3 minggu" Ucap ruka.

Pharita bisa sedikit lega dengan jawaban itu, jawaban yang terdengar meyakinkan karena ruka mengucapkan tanpa keraguan.

"Sudah beberapa kali Agent mendatangi
tempat yang menjadi lokasi pernikahan"
Ucap ruka.

"Ku rasa itu hal yang bagus untuk mempercepat semuanya" Ucap ruka,

Pharita memperhatikan ruka.
la tak bisa menahan ruka yang benar-benar yakin dengan dirinya untuk menyelesaikan semua sendirian.

"Dengar, aku tak bisa menahan mu" Ucap Pharita.

"Kau selalu ingin melakukan apapun sendiri" Lanjut pharita

"Ayahku mengajarkan itu,"

"Jika menginginkan sesuatu, kau harus
melakukan sendiri" Jawab ruka,

ia menatap langit yang begitu cerah hari ini. Dalam hidupnya, ruka selalu yakin bahwa ia bisa menyelesaikan apapun sendirian tanpa bantuan siapapun.

Kekejaman dan kegelapan dalam dirinya sudah sangat cukup untuk menyelesaikan semua yang terjadi, ruka memiliki keyakinan dalam dirinya.

"Bagaimana dengan keselamatan mu?"
Tanya pharita.

"I'm fuckin' great at it. "Jawab ruka.

Pharita tak memiliki pilihan lain selain membiarkan ruka, pharita pikir ruka telah lama hal-hal seperti ini.

Pharita harus meyakinkan diri tentang
Ruka.

"Aku tidak bisa memaksa mu untuk hal
ini" Ujar pharita seraya menatap ruka.

"Silakan lakukan semuanya, sendirian"
Ucap pharita.

"Kau tak perlu khawatir, kau hanya
perlu terbiasa" Balas ruka atas setiap
perkataan yang pharita ucapkan.

"Aku sedang berusaha membiasakan diri" Jawab pharita,

Pharita menghirup napas dalam-dalam,
la mencoba tenang atas semua yang akan terjadi. Ia harus terbiasa dengan kehidupan bersama ruka, yang terkadang menyenangkan namun,
terkadang juga sangat menyedihkan.

Pharita beranjak dari duduknya lalu,
melangkah berdiri di bawah pohon untuk menghindar terik matahari yang lebih hangat dari sebelumnya.

"Terlalu panas di sana" Ucap pharita
kepada ruka yang memperhatikannya.

Ruka mengambil satu buah apel
kemudian menggigitnya sebelum ia
menghampiri pharita yang sepertinya
benar-benar terganggu dengan sinar
matahari.

"Tenanglah, aku yakin bahwa aku akan
kembali" Ucap ruka.

Pharita memberikan sebuah senyuman
singkat kepada ruka atas perkataan itu.

"Entah sudah berapa kali aku mencoba.
meyakinkan diriku atas itu" Ucap
Pharita.

Ruka memberikan apel di tangannya kepada istrinya, ia tak mengatakan apapun yang ruka lakukan hanyalah
menempelkan hidungnya dengan hidung Pharita.

Seperti itu adalah awal ciumannya dengan Pharita, bibir mereka saling bertemu sebelum lidah ruka masuk ke dalam mulut pharita, mengabsen tiap isi mulut istrinya lalu mengigit pelan bibir merona milik pharita.

Ruka cukup menderita karena ia tak bisa membawa istrinya ke ranjangnya untuk bisa melalukan lebih dari sebuah ciuman. Ruka akan berusaha sabar menunggu sampai bisa bisa membawa pharita kembali ke ranjang miliknya.

Ruka selalu menantikan saat mereka melakukan sesuatu, tanpa menyakiti calon anak yang sedang ada di dalam tubuh istrinya.

"Trust me" Ucap ruka setelah ciuman itu
berakhir.

ASSASIN (Rupha) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang