Pharita terbangun setelah tidur 4 jam penuh di samping ruka, menandakan bahwa aktivitas mereka baru berakhir sekitar pukul 4 pagi. Saat pharita membuka mata, ruka adalah sosok pertama yang ia lihat.
Meskipun tubuhnya masih terasa lelah akibat kegiatan semalam, pharita berusaha bangkit. Ia menyadari bahwa tangan ruka melingkari pinggangnya.
Pharita tersenyum mengingat momen-momen yang telah mereka lalui bersama, namun segera tersadar bahwa mereka mungkin tidak akan mengalami hal serupa lagi di masa depan.
Dengan lembut, pharita melepaskan tangan ruka dan bangkit dari tempat tidur. Ia memastikan untuk menyelimuti ruka dengan selimut dan mengenakan kembali pakaiannya sebelum meninggalkan kamar.
Pharita melangkah keluar untuk mengambil kopernya. Sambil mencari ponselnya yang sedang berdering, ia menduga itu adalah panggilan dari rekan-rekannya.
"Ada keadaan darurat," gumam pharita saat ia segera menjawab telepon.
"Pharita, situasinya semakin mendesak."
"Ada apa?" tanya pharita dengan nada khawatir.
"Segera datang ke tempat Arnold untuk menemui kami."
"Baik, tapi apa yang terjadi?" Pharita bertanya lagi.
"Kita akan menangkap ruka sekarang juga"
Pharita menelan ludah kasar, baru saja pharita mengalami ketenangan namun sekarang ia lagi-lagi harus menerima kenyataan yang memang harus terjadi.
"Sekarang??" Pharita menghela napas dalam bersiap menerima kenyataan, sekuat apapun pharita menahan semua, yang akan terjadi tetaplah akan terjadi.
"Ya kita akan mendapatkan ruka sekarang"
"Baik..
"Pharita!"
Pharita mulai berkeringat saat suara berat dari wanita yang sangat pharita kenal itu terdengar dari belakang tubuhnya.
"Baik, bisakah pegawai kalian mengirim makanan yang ku pesan?" Pharita membuat pembicaraan dengan rekannya seakan ia tengah memesan makanan cepat saji, pharita harap tak ada yang bisa dicurigai dari hal ini.
"Dia di sana pharita?"
"Ya, kalian bisa mengirimnya di rumahku seperti alamat yang tadi ku sebut" Ujar pharita, ia mengubah posisinya dan benar ruka berdiri tak jauh dari tempat pharita.
"Tenangkan dirimu pharita, kami akan datang"
Telepon di tutup, pharita memperhatikan ruka yang nampak tenang.
"Apa yang kau lakukan?" Ruka bertanya.
"Hanya memesan makanan cepat saji untuk kita" Jawab pharita dengan senyum di bibirnya.
"Itu tidak sehat" Balas ruka.
Pharita melangkah mendekati ruka, di antara dua pilihan pharita harus memiliki satu pilihan, misi selesai atau hubungan dengan ruka yang selesai, pharita bukan orang yang sulit memilih sebelumnya namun saat ini pharita sungguh sungguh di hadapkan dengan dua pilihan sulit.
"Aku harus pergi" Ucap ruka. Pharita menatap ruka, ada sedikit titik terang dalam masalah ini jika ruka akan pergi mungkin takkan ada yang menemukannya, tak ada pilihan lagi untuk pharita selain membiarkan ruka pergi.
"Baiklah" Balas pharita.
"Rapikan barang-barang milik mu" Ucap ruka.
Pharita mengangguk, ia kembali membelakangi ruka, akan tetapi langkah pharita berhenti saat merasakan sensasi sakit dari jarum suntik, mengerikan karena pharita salah satu orang yang memiliki ketakutan kepada jarum kecil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASSASIN (Rupha) END
RomansaWanita itu benar-benar membebani pikiran ku" Pharita beranjak dari tempatnya semula, ia melangkah mendekati jendela. Warning :GXG FUTA SHIP: RUPHA(Ruka and Pharita)