Bab 63

270 32 4
                                        

"Kau mengalami kecelakaan 4 bulan lalu Wanita itu menelan ludah kasar setelah mendengar perkataan seorang Dokter wanita yang masuk ke ruangannya setelah ia sadar dari koma yang ia alami.

"Kau mengalami cedera di kepala mu, atas kecelakaan itu kau harus kehilangan calon anakmu"

Wanita itu menatap Dokter yang telah menjelaskan apa yang ia alami hingga membuatnya terbaring koma di Rumah Sakit. Ah! Sial, hatinya begitu sakir mendengar jika anaknya tak lagi bisa di selamatkan.

"Ba-Bagaimana bisa?" Suaranya bergetar hebat, saat pertama kali ia berbicara setelah empat bulan hanya terbaring lemah.

"Kau mengalami pendarahan hebat saat kau dilarikan ke Rumah Sakit,"

"Apa separah itu kecelakaan yang terjadi?"

la memotong perkataan Dokter tentang keadaannya. Cukup singkat memori tentang kecelakaan yang menimpanya. Mungkin separah itu sampai ia harus
kehilangan calon anaknya dan koma selama empat bulan.

"Menurut saksi, iya"

la terdiam, matanya terpejam untuk berusaha tenang dari semua yang telah terjadi. Kehilangan calon anak dan sekarang harus berpikir memulai hidup baru, ia sedikit takut menghadapi
kenyataan sialan ini.

"Kau harus tenang Nona"

"Kami akan memberimu obat penenang"

"Aku harus pergi ke toilet" Ucapnya.

"Suster akan membantu mu" Wanita itu
mengangguk, satu suster membantunya
untuk beranjak dari tempatnya.

:

:

:

Wanita itu menatap pantulan dirinya di cermin, tak ada perubahan di wajahnya kecuali raut kesedihan yang ia lihat.

"Fuck!" Tangannya mengepal kuat sebelum memukul dinding di depannya.

Tak pernah ia pikirkan bahwa harus seperti ini kehidupannya. Sungguh, tak ada kesiapan dalam menghadapi
kenyataan yang telah menimpanya.

Napasnya berhembus tak teratur, tak ada hal lain yang ia rasakan kecuali sakit dan basah. Dua rasa itu seperti luka dan obat baginya disaat ia tak lagi bisa menghadapi kesialan ini.

Pharita, sejak tengah malam ia terjaga, mungkin karena telah puas tertidur selama empat bulan atau kemungkinan besarnya adalah karena mimpi-mimpi liar yang ia alami setiap kali menutup mata.

Pharita terdiam dengan mata terpejam, pikirannya tak lagi terkendali kan, ia sama seperti orang yang kehausan. Salah satu yang ia ingat dari kejadian ini, adalah manusia sialan yang bisa di panggil dengan nama ruka.

Empat bulan lamanya ia terlepas dari orang itu, meski sakit setidaknya ia tak lagi masuk dalam permainannya.

Pharita menghela napas panjang dengan mata berair, kedua tangannya bergerak mengusap perutnya yang tak lagi mengandung calon anaknya..

Sangat menyakitkan karena dirinya telah mengharapkan anak itu, namun setelah kecelakaan itu, semua yang ada di sampingnya telah pergi.

Pharita kembali turun dari tempatnya, kali ini ia menuju sebuah sofa yang
berada tepat di depan jendela besar.

Pharita duduk di sofa itu sembari membuka tirai jendela dan memperlihatkan langit malam. Sudah satu jam pharita terjaga, tak ada tanda jika ia ingin kembali tertidur.

"Aku kembali memikirkan orang itu"

Pharita berkata lirih. Untuk beberapa saat ia terdiam menikmati rasa sakit yang ia rasakan. Ia ingat betul bahwa ia pergi dan meminta perpisahan dengan ruka, tak ia lupakan saat ia membuat cincin pernikahan mereka.

ASSASIN (Rupha) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang