Bab 13

712 68 16
                                        

"Jika kita pergi, tidak ada yang menyelesaikan pekerjaan ku" Balas pharita tentang ajakan ruka untuk menghabiskan waktu sebelum mereka berpisah.

"Kakak mu bisa menyelesaikannya. Jawab ruka, ruka tersenyum singkat kepada pharita, mungkin benar jika Kakak pharita bisa menyelesaikannya tetapi ia sadar jika Sang Kakak belum kembali sejak semalam.

"Dia tidak ada. " Balas pharita.

"Telepon dia dan dia akan datang. " Ucap ruka.

Ia menatap pharita, meski ruka pernah berkata bahwa ia tak akan memaafkan kebohongan yang pharita lakukan akan tetapi ada hal yang menghalangi ruka untuk membencinya.

Pharita mengambil ponsel pintar miliknya, tentu saja untuk menghubungi stave.

Ruka menarik tangan pharita saat sadar jika pharita tengah mencoba menghubungi stave.

"Kakak" Pharita mencoba melepaskan tangan dari ruka saat tersambung dengan stave.

"Apa lagi?"

"Kau tertidur di ruang kerja?"

"Tidak bodoh!" Kesal pharita atas pertanyaan stave.

"Kemari lah aku ada urusan mendadak" Ujar pharita yang tak lepas dari tatapan ruka.

"Jangan bilang kau ingin pulang untuk tidur?"

"Aku benar-benar ada urusan lain Kak, bukan tidur atau apapun itu" Ruka menarik pharita untuk keluar dari ruangan kerjanya.

"Aku harus pergi stave!!" Ujar pharita.

"Kau akan berken-

Pharita menutup telepon begitu saja lalu mengikuti ruka yang menariknya.

"Kau akan membawaku kemana?"

Pharita bertanya sebelumnya lebih jauh lagi pergi bersama ruka.

"Jangan banyak bertanya. " Jawab ruka. Pharita tak lagi bertanya, hal yang
paling benar adalah mengikuti ruka.

"Nona pharita" Seorang wanita menghampiri nya yang baru saja keluar dari ruangan bersama ruka.

"Sekedar informasi, 10 menit lagi Tuan stave akan kemari" Ujar wanita
tersebut.

Pharita mengangguk.

"Sampaikan jika aku pergi bersama teman wanita ku." Ucap pharita, perkataan itu membuat wanita di hadapannya tersenyum.

"Baik Nona" Jawab wanita tersebut.

Ruka menarik pharita pergi, hal itu
kembali membuat tatapan Karyawan tertuju kepada pharita dan juga ruka tentunya, tak sedikit wanita merasa iri kepada pharita saat tangannya di genggam oleh wanita setampan ruka.

"Ruka, tunggu!" Langkah pharita berhenti, ia ingat telepon yang semalam ia terima dari arnold. Pharita begitu
waspada atas keadaan disekitarnya.

"Kau tidak takut seseorang mengawasi mu?" Pharita menatap ruka.

"Tidak, aku terbiasa dengan itu" Jawab
Ruka. Pharita menatap genggaman tangan ruka kemudian melanjutkan
langkahnya.

"Kau terlihat takut" Ujar ruka.

Pharita menggeleng tanpa menjawab, ia mempercepat langkahnya bersama ruka kemudian masuk ke dalam Mobil pribadi milik ruka.

"Kau belum menjawab pertanyaan ku" Ujar ruka. Pharita menatap ruka.

"Aku mengkhawatirkan mu" Lirih
Pharita. Ruka menatapnya.

"Aku tidak tahu itu kebenaran atau
kejujuran" Balas ruka, ia mengendarai Mobilnya dengan kecepatan tinggi.

ASSASIN (Rupha) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang