🚩🚩🚩21+ | Dark romance, Angst, politic, manipulatif, grumpy, abusive, matured, Guilt Trip, revenge.
Menjadi tawanan, membuat Kaia terjebak di dalam sangkar emas. Tubuhnya dilecehkan sepenuhnya, dipaksa menikmati ketakutan dan penderitaan bertahun...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hola! Mas Tantrum UPDATE!!! Pokoknya, ramaikan chapter ini, ya!
Happy reading!
••••
Kaia selalu memiliki pandangan buruk saat Francis memaksanya keluar dari vila, terlebih, saat pria itu menyebutkan kata pesta, karena sudah dipastikan bahwa Francis akan mendandaninya dengan pakaian serta atribut-atribut aneh. Namun untungnya, sekarang Francis tidak lagi memilihkan pakaian merah, melainkan putih; sesuai warna favorit Kaia. Panjang dan tertutup. Tersimpan rapat. Seolah-olah Francis tidak ingin ada mata yang menari-nari di tiap lekuk tubuh wanitanya tersebut.
Sudah berminggu-minggu, sejak hubungan mereka nampaknya terasa cukup mencerahkan, Francis telah menerbangkan beberapa pelayan yang dibutuhkan untuk membantunya di Oslo, Norwegia. Entah mengapa, Kaia menyadari bahwa pesta kali ini nampaknya akan jauh lebih menegangkan. Dia di Eropa, jauh dari segalanya.
“Jangan pernah lepaskan topeng beserta gelangmu, jangan minum dari gelas yang diberikan orang asing, dan.... Jangan percaya pada siapapun yang kau temui, terutama pria!” Francis berkata. Menyematkan sebuah gelang dengan permata berwarna biru tua yang cukup besar pada pergelangan tangan kanan Kaia. “Kau mendengarku, kan?” tanya Francis. Menarik dagu perempuan itu.
Kaia meneguk saliva. Menekan dada yang mendadak panas. Tenggorokannya begitu kering, dan sedikit pusing. “Ya, Francis. Aku tahu!”
“Be a good girl!”
“Kau harusnya tanya perasaanku, agar aku bisa mengatakan yang sebenarnya.” Kaia mendengkus. Sedikit memohon. Sungguh, korset yang dipakainya sekarang terasa sangat sesak.
“That's not important right now.” Francis berdecak. Menatap bibir Kaia yang lecet akibat ciumannya semalam. Francis tersenyum sedikit. Mengusap bagian favorit nya itu dengan ujung jari. Menekan-nekan sedikit sebelum dia benar-benar menjamah rasa manisnya.
Kaia menghela pasrah, karena selain Francis enggan menerima penolakan. Perempuan itu lebih setuju untuk mengatakan bahwa dia mulai menikmati hubungan tersebut. Mungkin, butuh kesabaran ekstra untuk menjerat Francis.
***
“Ingat pesanku, Kaia. Kau benar-benar harus patuh!” Francis berbisik, tepat di tepi telinga Kaia yang memakai topeng white swan. Wajahnya tertutup dengan rapat, menyisakan bibir mungil mengilap yang sedikit terbuka. Dia mengangguk. Menatap kedua iris milik Francis. Meski Kaia tidak dapat melihat ekspresi pria itu karena topeng yang dipakainya, Kaia tahu Francis berusaha menjaganya.
Francis mengulum bibir. Sempat menghela napas panjang. Perlahan dia melangkah, melewati pintu putih yang sudah terbuka berkat empat penjaga. Di sana gelap, minim cahaya, sementara ada ratusan kain putih tergantung di tengah-tengah ruangan.