55 | Sorry, Hunter

694 169 130
                                    

Mas Tantrum UPDATE! Jangan lupa komen yang banyak dan vote, yaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mas Tantrum UPDATE!
Jangan lupa komen yang banyak dan vote, yaa.
Karena komen dari kalian itu yang bikin aku semangat.

Happy reading!

•••

Sambil menaruh langkah kakinya, Kaia melihat keadaan sekitar. Persinggahan barunya sudah siap, berada ditengah-tengah desa yang terisolasi. Conrad, tampak berencana untuk menyembunyikan keluarganya dalam-dalam. Tak terjamah ataupun terdistraksi oleh orang-orang asing.

Kaia melangkah sedikit, mengatur napas sedemikian rupa. Tempat itu sangat indah, dengan pohon-pohon besar yang tertata. Ada jembatan besar, yang menghubungkan aliran sungai pada ujung bangunan, dilengkapi pagar lebar yang tingginya hampir sepuluh kaki. Kaia yakin, dia akan membeku di sepanjang musim dingin nanti.

"Kaia..." terdengar rendah. Suara panggilan Treena di ujung pintu mobil.

"Aku ingin berjalan-jalan," ucap perempuan itu tenang.

"Kau akan melihat danau yang luas setelah melewati jembatan. Pergilah! Kau pasti menyukai tempat ini." Conrad memperingati. Tersenyum halus, dan Kaia hanya mengangguk tanpa suara. "Masuklah ke dalam! Di sini aman. Tidak akan terjadi apapun padanya." Conrad mengulum bibir. Meraih Treena. Dia tidak ingin bertengkar lagi. Sementara bersusah payah menyiapkan kejutan terbaiknya di tahun ini.

Kaia menghela napas. Perlahan-lahan meletakkan kakinya melewati rumput hijau yang meluas sempurna, lalu menjamah jalan setapak bebatuan untuk sampai pada danau yang diceritakan Conrad sebelumnya. Di sini teduh, sunyi sepi. Hanya ada pepohonan yang akar-akarnya saling berpelukan di tanah, ada juga bunga-bunga liar yang menjuntai ke tepian. Itu mengangumkan.

Kaia menunduk, menjatuhkan pandangan ke arah cincin yang melingkar pada jari manisnya. Namun, ia tiba-tiba tersentak. Memperhatikan cincin titanium di sisi tangan lainnya: asing, Kaia bahkan tidak ingat, sejak kapan benda itu terikat di sana. Dia berdecak, ingin melepaskan nya, tapi, benda tersebut seakan-akan sudah menyatu. Hingga Kaia kesulitan untuk membukanya.

"Ini pasti Francis." Kaia langsung menebak, karena tidak ada orang lain yang bersamanya seminggu terakhir ini kecuali Francis. Hanya saja, kapan pria itu menyelipkannya? Francis tidak mengatakan apapun, seakan berharap dia bisa mengetahuinya sendiri. Bisa-bisanya, Kaia tidak menyadari hal sepenting itu, saking sibuknya melakukan kegiatan panas bersama pria tersebut.

Kaia mendesah. Mengembuskan napas dengan pasrah, tidak melakukan usaha lebih untuk melepaskan benda itu. Entahlah- dia hanya tidak ingin. Kaia berjinjit, melangkahi sebuah akar pohon untuk turun sedikit, duduk di tepi jembatan yang menjorok menuju tengah danau. Di sana terlihat jauh lebih tenang. Seketika, pikirannya melayang, mengingat-ingat dengan jelas ekspresi terakhir Francis. Sungguh, itu sangat mengganggu. Kaia masih tidak percaya, bahwa pria itu akan mengatakan nya lebih dulu.

Kaia berdebar hebat. Tiap kali dia mengingat Francis. Rasanya, bahkan jauh lebih kuat daripada perasaannya terhadap Hunter. "Apa aku jatuh cinta padanya?" Gemuruh hati Kaia bertanya-tanya sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Overdose Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang