🚩🚩🚩21+ | Dark romance, Angst, politic, manipulatif, grumpy, abusive, matured, Guilt Trip, revenge.
Menjadi tawanan, membuat Kaia terjebak di dalam sangkar emas. Tubuhnya dilecehkan sepenuhnya, dipaksa menikmati ketakutan dan penderitaan bertahun...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hola! KaiaFrancis update lagi nih, buat minggu ceria kalian!
Happy reading, yaa! Komen yang banyak untuk chapter ini.
••••
Dengan singkat, Kaia melirik pada Hunter. Dia menggaruk pelipis kirinya, serta menelan ludah canggung. Berkat undangan Atlas, pria tersebut sudah ada di apartemen nya sejak tadi pagi. Hunter akan menginap malam ini.
"Kaia bisa pinjam charger mu? Milikku rusak," kata Atlas. Membuat Kaia secepatnya menoleh.
"Ada, dikamarku, ambil saja!" ucap Kaia sambil menyeka tengkuknya yang basah. Dia terkejut, karena terlalu banyak memikirkan Hunter di sana. Dia masih menyimpan perasaan yang sangat mendalam pada pria tersebut.
"Okay. Thanks." Atlas tersenyum. Segera berputar untuk memberi jarak. Bergerak pergi menjauh, setelah menilai Hunter yang tengah mengutak-atik ponselnya. Dia sengaja, untuk melakukan pengalihan.
Kaia melirik pada pria itu lagi. Menyelidiki perubahan yang cukup signifikan padanya. Otot-ototnya terlihat dua kali lipat lebih besar. Hunter pun tidak lagi memelihara cambang seperti biasa, hingga rahangnya yang sangat tegas itu dapat terlihat dengan jelas.
"Kaia..." sebut Hunter, yang kini terlihat berdiri dengan tegapnya dibelakang perempuan itu.
Kaia segera menoleh. Menahan napas. Dia tidak ingin ketahuan gugup oleh Hunter. "What? Kau butuh sesuatu?"
"Hanya ingin memeriksa mu. Kau baik-baik saja? Karena terakhir kali melihatmu. Kau terlihat sangat cemas." Hunter membuka percakapan dengan serius. Matanya yang berwarna abu-abu itu hanya memutuskan untuk menemani Kaia yang kini berdiri dengan wajah kemerahan.
"Ya. Jangan khawatir. Itu hanya sedikit masalah. Pria itu memang agak aneh." Kaia membicarakan Francis.
"Aneh?" Hunter mengerutkan alis. Membuat Kaia hampir kehilangan napas. Pria itu mendekat. Seolah-olah ingin mengapitnya dengan badan yang besar dan kekar itu.
"Hunter, please!" ucap Kaia gugup. Takut jika Atlas atau seseorang di rumah ini akan melihatnya.
"Kau memiliki hubungan dengan pria itu?" tanya Hunter.
"Tidak. Tidak ada yang serius. Itu hanya sementara," kata Kaia gugup.
"Oh. Syukurlah. Mungkin, aku masih punya kesempatan," goda Hunter. Membuat Kaia tersenyum.
"Kesempatan?" Kaia menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.
"Ya. Aku masih memikirkan jawabanmu," kata Hunter pelan. Membuat Kaia terdiam sesaat untuk memikirkan kacaunya pertemuan terakhir mereka karena Francis.
Kaia melirik, meremas-remas pakaiannya. "Aku tidak tahu."
"Kenapa? Apa kau benar-benar kecewa padaku?" tanya Hunter.