Tiba-tiba, ponselnya berdering. Blaze mengambil ponselnya dan melihat nama Ice tertera di layar.
"Apa-apaan sih dia?" gumam Blaze kesal.
Dengan ragu-ragu, Blaze mengangkat panggilan itu.
"Halo," sapa Ice.
"Apa?" tanya Blaze ketus.
"Buku tugasmu ketinggalan di rumahku," kata Ice, pemuda itu menyentuh tumpukan buku milik teman sebangkunya.
Blaze mendengkus kasar, pemuda bernetra jingga ini tak peduli dengan buku tugasnya.
"Gue nggak mau bawa tuh buku, bawain ajalah besok. Jangan lupa kerjain semua PR punya gue!"
"Kenapa?"
"Karena lo-" Blaze menghentikan ucapannya.
"Karena aku?" tanya Ice bingung.
"Iya, karena lo!"
"Karena aku apa?"
"Karena lo babu gue!"
Blaze mematikan panggilan telepon. Ia melemparkan ponselnya ke kasur dengan keras.
"Aish, pusing," gumam Blaze, dia menutup matanya rapat-rapat, mencoba untuk menenangkan diri.
Ice di sisi lainnya menatap layar ponselnya dengan bingung, astaga mendadak dia ingin tantrum di rumahnya karena tugasnya sendiri saja belum selesai. Sayang sekali Ice adalah cowok yang kalem, jadi dia tak bisa mengamuk di rumahnya.
Blaze menggeliat kesal di atas kasur. Perutnya keroncongan minta diisi, tapi Halilintar belum juga pulang. Sejak tadi sore, Blaze sudah kelaparan dan bosan sendirian di kamar kos yang sempit ini.
"Ah, kenapa sih gue harus ngerasain hidup kayak gini?" gerutu Blaze.
Ia bangkit dari tempat tidur dan berjalan mondar-mandir di dalam kamar. Matanya melirik ke arah kulkas mini yang kosong melompong.
"Nggak ada makanan sama sekali," gumam Blaze sambil menendang kaleng minuman kosong yang berserakan di lantai.
Blaze mengacak-acak rambutnya frustasi. Ia merasa sangat kesal.
"Bang Hali, mana sih lo?" teriak Blaze sambil memukul-mukul dinding kamar.
Beberapa menit kemudian, ponselnya berdering. Blaze langsung meraih ponselnya dan melihat nama Halilintar tertera di layar.
"Halo?" sahut Blaze dengan nada ketus.
"Halo, Blaze. Maaf ya gue telat. Kerjaannya numpuk banget," kata Halilintar.
"Nggak usah banyak alesan! Gue udah laper banget nih!" bentak Blaze.
"Sabar dong, bentar lagi gue pulang kok. Udah gue beliin makanan buat lo," kata Halilintar.
"Beneran?" tanya Blaze dengan nada tidak percaya.
"Iya, beneran. Udah deh jangan ngambek," kata Halilintar.
Blaze menghela napas panjang. "Yaudah, cepetan pulang!"
"Iya, iya. Sebentar lagi sampai," jawab Halilintar.
Setelah menutup telepon, Blaze kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ia menunggu kedatangan Halilintar dengan perasaan yang campur aduk. Di satu sisi, ia sangat lapar dan tidak sabar ingin segera makan. Di sisi lain, ia merasa kesal karena harus menunggu terlalu lama.
Beberapa menit kemudian, terdengar suara kunci pintu dibuka. Halilintar masuk ke kamar dengan membawa beberapa bungkus makanan.
"Nih, buat lo," kata Halilintar sambil menyerahkan bungkusan makanan kepada Blaze.
![](https://img.wattpad.com/cover/369585053-288-k754168.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Mask of a Bully (Boboiboy Fanfiction)
FanfictionStart 24 Mei 2024. End 20 November 2024. Setelah Blaze dan Ice sudah akur dan Ice tak dirundung Blaze lagi. Semua masalah telah mereka selesaikan, suatu hari mereka bertemu dengan murid baru yang menjadi adik kelas mereka dengan kepribadian buruk, a...