47. Kesal 2

175 34 49
                                    

Taufan seketika meringis malu, dia langsung mengunyah puding di atas meja agar tak mengucapkan kata-kata kasar lagi.

"Oke, kita sekarang bahas cara mendekati Solar," ujar Ice, dia mulai bicara setelah Taufan tenang.

"Gue tetep mau nyuruh Taufan deketin Solar terus kalian wajib berteman," tuntut Blaze pada Taufan.

"Ogah!" seru Taufan sambil mendengkus kasar.

"Heh. Lo mau tahu nggak makanan kesukaannya Gempa?" tanya Blaze, tuh kan pemuda satu ini selalu punya cara untuk membujuk kakak kelasnya itu.

"KOK LO BISA TAHU? GUE KAGAK TAHU SEDIKITPUN," teriak Taufan, dia segera mendengarkan semua bisikan dari Blaze.

"Tahu lah, sejak SD gue kenal Gempa. Lo mah baru kenal Gempa dan baru tahu kalau Gempa kembaran lo yang hilang aja pas SMA," ujar Blaze setelah berbisik.

"Oke makasih, gue bakal coba lagi deketin tuh orang nyebelin," kata Taufan pada akhirnya.

Ice terdiam, padahal dia belum mengatakan apapun, ternyata keberadaannya di sini tak terlalu berguna. Pemuda bernetra aquamarine itu jadi sedih, Ice mengalihkan pandangannya ke ponsel dan memutuskan untuk main game saja.

Sepulangnya mereka berdua dari rumah Taufan, Ice terlihat fokus pada pemandangan dari atas motor.

"Ice, itu bukannya Solar sama Duri, kenapa mereka bisa nyampe daerah sini?" tanya Blaze, dia menghentikan laju motornya di pinggiran jalan.

"Nggak tahu."

Solar mengepalkan tangannya, urat-urat di lengannya menonjol. Napasnya memburu, fokusnya hanya tertuju pada wajah kembarannya yang berdiri di depannya.

Marah dan frustasi bercampur aduk. Tangannya melayang, didorong oleh dorongan kuat untuk melampiaskan semua kekesalannya.

Namun, sebelum tinjunya menyentuh pipi Duri, tangan Duri dengan cepat menangkis serangan itu. Sentuhan itu menyadarkan Solar dari kegilaan sesaatnya, Solar mundur beberapa langkah.

Ice dan Blaze melihat Duri yang menepis tangan Solar yang terangkat padanya, mereka hampir berteriak karena panik, tetapi mereka urungkan karena Duri bisa menepisnya.

Duh, ini Solar tak bermaksud memukul kakak kembarnya ya! Dia hanya tak sengaja hampir memukul kakak kembarnya, untung Duri bisa menepis tangan Solar dengan cepat.

Solar menghela napas kasar, dadanya naik turun dengan cepat. Teriakan yang hampir meluncur dari bibirnya tertahan di tenggorokan, berubah menjadi suara dengkusan marah yang rendah. Hampir saja dia melukai kembarannya hanya karena emosi.

"Maaf, gue gak mau pulang ke rumah. Gue udah nyaman tinggal mandiri di kos sendirian," kata Solar dengan nada rendah.

Duri hanya bisa memalingkan wajah, menghindari tatapan tajam Solar. Dengan langkah pelan, Duri menjauh, matanya terus melirik ke arah Solar, berharap adik kembarnya bisa segera berubah pikiran.

Blaze yang melihat itu merasa kasihan, dia segera melajukan motornya mendekat ke Duri setelah merasa Solar tak menyadari keberadaan mereka.

"Hei, rumah lo nggak jauh dari sini, Duri?" sapa Blaze, di belakangnya ada Ice yang melambaikan tangan pada Duri.

"Hai, iya. Dekat banget kok, kami sebenernya baru aja pindah beberapa minggu yang lalu, tapi Solar mendadak ngekos tanpa izin," balas Duri dengan sejujur-jujurnya.

"Kok bisa ngekos tanpa izin? Solar kabur dari rumah gitu?" Blaze bertanya sambil menaikkan sebelah alisnya.

Sedangkan Ice hanya diam mendengarkan.

Behind the Mask of a Bully (Boboiboy Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang