Ice yang melihat itu hanya bisa tertawa, sekilas Ice menoleh dan melihat ada adik kelas yang dia kenali di ujung lapangan. Itu Sori, ketika Ice ingin melewatinya, dia menghentikan langkah kakinya dengan ekspresi kaget.
Frostfire berdiri di depan Sori sambil mencengkram erat pundak adik sepupunya itu. Sori yang awalnya main ponsel seketika mengalihkan perhatian sepenuhnya pada Frostfire.
Tadi Frostfire disalahkan oleh Supra, Sori, Gentar dan Sopan. Bahkan Glacier tak sedikitpyn berani membelanya.
"Lo puas, Ri?" Frostfire bertanya dengan suara pelan tapi kata-katanya ditekan. "Lo dan yang lain udah nganggap gue pencuri."
Sori menelan ludah, berusaha menahan ketakutan yang tiba-tiba menguasai dirinya. "Bang, bukan gitu maksud kami. Kami cuma khawatir aja. Gak enak kalo ngambil uang Papa sama Mama tanpa izin."
Frostfire semakin mendekat, dan utu membuat Sori merasa terpojok. "Khawatir? Lo pikir gue gak mikirin keluarga? Gue ngambil uang itu buat kita semua, biar kita bisa jalan-jalan bareng, biar lo punya pengalaman yang bisa lo kenang nanti! Tapi, apa yang gue dapat? Disalah-salahin, dipojokin kayak tadi."
Sori mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Tapi, Bang, kalo caranya kayak gitu, cuma bikin semuanya khawatir. Kami cuma takut Bang Frost kebiasaan ngambil tanpa izin. Kami gak pengen lo kena masalah Bang."
Frostfire tertawa sinis. "Kebiasaan? Oh, sekarang gue ini masalah buat keluarga, gitu? Terutama buat lo, Sori?" Tatapannya menusuk, dia berusaha membuat Sori merasa bersalah.
Sori menunduk, tak ingin memandang wajah Frostfire. Dia mulai merasa ragu, Sori tertekan oleh kata-kata Frostfire. "Gue gak bilang Bang Frost itu mas-"
Frostfire memotong ucapan Sori, suaranya semakin pelan. "Lo bahkan kagak percaya sama gue, Sori. Kalau lo sayang sama gue sebagai abang, lo bakal paham kalau gue cuma mau yang terbaik buat kalian semua. Gue berani ngambil uang tanpa izin demi kalian. Tapi lo ... Lo sama aja kayak yang lain, cuma mikir gue tukang bikin masalah, pencuri dan hal buruk lainnya."
"Gue nggak pernah mikir kayak gitu, Bang," bantah Sori, dia menatap wajah abang sepupunya itu, tapi melihat Frostfire menangis membuatnya langsung terdiam.
"Ya, gue ngerti kok. Mungkin ini emang salah gue. Maaf, ya. Mungkin gue emang kagak pantes jadi keluarga kalian," kata Frostfir sebelum berbalik dan berjalan menjauh.
Melihat punggung Frostfire yang perlahan menjauh, Sori merasa bersalah. Perasaan takut kehilangan serta rasa sayang sebagai keluarga membuat Sori tak ingin Frostfire menjauh.
Sori berlari mengejar Frostfire sambil berteriak, "Bang, tunggu! Jangan pergi!"
Napasnya tersengal-sengal saat pemuda itu berhasil mengejar Frostfire dan meraih lengannya.
Frostfire yang masih belum berbalik tersenyum miring, dia bisa merasakan Sori mulai ketakutan.
"Bang, maafin gue. Jangan marah, gue gak pernah mikir yang buruk tentang lo kok," kata Sori, dia hampir menangis karena Frostfire tak berbalik untuk melihatnya.
"Bang! Lihat gue, tolong jangan marah," pinta Sori, sekarang dia benar-benar menangis.
Saat Frostfire berbalik dan langsung memeluk Sori tanpa mengatakan apapun, pemuda yang lebih muda itu terdiam seketika. Sori merasakan pelukan itu cukup erat.
Sori merasa bersalah dan takut menyakiti perasaan abang sepupunya. Perasaan itu membuatnya menunduk dan menangis pelan di pelukan Frostfire yang tetap tidak mengucapkan apapun.
Frostfire tersenyum miring ketika Sori menangis dalam pelukannya, ah senang sekali rasanya dia bisa dengan gampangnya mempengaruhi Sori untuk membelanya suatu saat nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Mask of a Bully (Boboiboy Fanfiction)
FanfictionSetelah Blaze dan Ice sudah akur dan Ice tak dirundung Blaze lagi. Semua masalah telah mereka selesaikan, suatu hari mereka bertemu dengan murid baru yang menjadi adik kelas mereka dengan kepribadian buruk, apakah mereka akan membantu adik kelas mer...