"Solar, kamu hati-hati sama Bang Hali ya nanti, kayaknya dia marah gara-gara kamu gak sengaja nabrak dia pas lari terus nginjak buku tugasnya dia," bisik Gempa sambil menepuk pundak Solar.
Solar tak menunjukkan ekspresi apapun meskipun dia agak menyesal tadi. "Iya," balasnya.
Solar berusaha mengabaikan rasa bersalahnya dan kembali fokus pada pelajaran. Namun, rasa tidak nyaman itu terus menghantuinya hingga bel istirahat kedua berbunyi.
Solar berniat kembali ke rooftop untuk mencari ketenangan, tetapi niatnya itu terhalang oleh sosok yang tiba-tiba berdiri di hadapannya.
"Heh, lo!" seru Halilintar dengan nada marah. "Lo berani-beraninya nabrak gue tadi!"
Solar tersentak kaget ketika kakak kelas sekaligus tetangga satu kosnya itu mencegatnya.
"Maaf, Bang. Gue gak sengaja. Gue buru-buru soalnya."
"Buru-buru? Buru-buru mau ngapain lo?" potong Halilintar, nada suaranya semakin meninggi. "Lo pikir gue gak punya kerjaan lain selain ngurusin buku tugas gue yang berantakan gara-gara lo?"
Solar terdiam karena tahu bahwa Halilintar sedang dalam keadaan marah.
"Lo pikir cuma buku tugas doang yang berantakan? Pikiran gue juga jadi berantakan gara-gara ulah lo," lanjut Halilintar. "Lo pikir gue gak capek ngerjain tugas? Lo pikir gue gak punya masalah lain selain tugas sekolah doang?"
Solar terdiam, dia mendengkus pelan. "Bang, udah, nanti ada orang yang denger," ujarnya.
"Lo pikir gue bakal berhenti marah sama lo? Jangan harap!" bentak Halilintar.
"Bang?"
Suara Ice dan Blaze yang memanggil Halilintar membuat pemuda bernetra ruby itu mengalihkan pandangannya dari Solar.
Ketika Halilintar menyadari dua adik kandungnya melihat Halilintar marah-marah pada adik kelas. Halilintar langsung beranjak pergi karena tak ingin menunjukkan sisi kasarnya pada adik-adiknya.
Solar menghela napas panjang, dia tersenyum tipis pada Ice dan Blaze. Jujur saja Solar berterima kasih dalam hati pada teman sekelas sekaligus satu kosnya itu karena datang pada saat yang tepat.
"Aku baru lihat Bang Hali marah sama orang lain, biasanya marahnya ke kamu doang kan, Blaze," kata Ice pada kakak kembarnya.
"Nah itu, biasanya kalau marah sama orang lain, Bang Hali selalu dipendam aja marahnya sampai hilang, ini tumben dikeluarin marahnya," balas Blaze.
Dua kembaran itu memandang punggung Solar yang naik ke rooftop. Setelah itu mereka berdua pergi ke arah lain, niatnya mereka tadi memang ingin nonton kakak kelas main basket.
Namun, mendengar suara Halilintar dari ujung tangga membuat mereka mendatangi Halilintar.
Solar menaiki anak tangga, langkahnya pelan. Ia mencari sudut sepi dan duduk di pinggiran bangunan, matanya menatap kosong ke arah langit. Di telinganya earphone terpasang, musik mengalun pelan, seakan menemani lamunannya yang tak berujung.
Solar bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pembatas rooftop. Ia menatap ke bawah, lalu perlahan-lahan memanjat pembatas itu.
Angin semakin kencang menerpa wajahnya, membuat rambutnya berkibar. Solar memejamkan matanya sejenak, merasakan angin yang menerpa kulitnya.
Solar membuka matanya, dia semakin memanjat pembatas itu lebih tinggi, suara orang yang memanggil namanya berkali-kali tak terdengar karena Solar masih mendengarkan musik.
Mendadak tubuh Solar terhuyung ke belakang ketika ada tangan yang menariknya kembali ke rooftop.
"Lo udah gila!" bentakan dari orang yang memanggilnya membuat Solar mengernyit heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Mask of a Bully (Boboiboy Fanfiction)
FanfictionStart 24 Mei 2024. End 20 November 2024. Setelah Blaze dan Ice sudah akur dan Ice tak dirundung Blaze lagi. Semua masalah telah mereka selesaikan, suatu hari mereka bertemu dengan murid baru yang menjadi adik kelas mereka dengan kepribadian buruk, a...