38. Ice

224 44 16
                                    

Halilintar tersentak kaget mendengar suara dering ponsel milik adiknya. Siapa yang menelpon pukul 12 malam?

Halilintar ingin mengambil ponselnya Blaze. Namun, si pemilik ponsel sudah terbangun dan mengangkat telpon itu.

"Apaan sih Ice? Malam-malam gini nelpon gue." Blaze membentak Ice ketika sekilas melihat nama si penelpon.

"Maaf, aku cuma mau bilang kayaknya besok aku nggak bisa jalan keluar," kata Ice, suaranya terdengar habis menangis.

Blaze yang masih setengah mengantuk langsung melebarkan matanya. Berani-beraninya Ice membatalkan janji jalan-jalan itu, Ice memang babu yang menyebalkan, pikirnya.

Ingat, sampai kapanpun Ice adalah korban bully nya Blaze, dan pemuda itu sendiri yang menyetujuinya. Mendengar Ice mendadak menolak pergi bersamanya membuat Blaze naik darah.

"Besok gue tetep jemput lo, jangan sampai gak dateng!" bentaknya sebelum memutuskan sambungan telepon.

"Blaze ... Kenapa lo masih kasar sama Ice?" Halilintar bertanya sambil menarik telinga adiknya.

'Mampus gue lupa tidur satu kamar kos sama Abang,' batin Blaze

"L-lupa Bang, hehe."

Halilintar mendengkus kesal, adiknya masih membully Ice diam-diam rupanya.

Halilintar semakin menarik telinga adiknya.

Blaze meringis ketika telinganya terasa panas. "Aduh! Sakit bang, lepasin," rengeknya.

Halilintar segera melepas telinga adiknya karena tak tega.

"Balik tidur sana! Pokoknya besok lo jangan kasar-kasar sama Ice!" perintah Halilintar, pemuda itu menata kembali buku-bukunya ke dalam tas sebelum tidur.

Blaze mengusap telinganya yang masih terasa perih. Ia kembali merebahkan tubuhnya di kasur, tetapi rasa kesal pada Ice masih ada. Sambil memainkan ponselnya, ia mengetik pesan dengan cepat.

Di sisi lainnya terlihat Ice sedang mengusap air matanya, ah sudah dia duga kalau mamanya akan mendadak pulang dari rumah sakit meskipun tengah malam. Dirinya sudah babak belur cuma gara-gara nilainya turun.

Pemuda bernetra aquamarine itu tadi juga masih memikirkan bentakan Blaze saat dia menelpon Blaze tadi. Suara ponselnya mengalihkan perhatian Ice, dengan perlahan dia mengambil ponselnya yang baru ia letakkan di atas meja belajarnya.

Blaze
Online

Ice, lo pikir gue bakal maafin lo semudah itu?

Besok gue tetep jemput lo, siap-siap aja kena marah dari gue!

Babu kayak lo harusnya bersyukur gue mau ajak jalan!

J

angan harap lo bisa nolak ajakan gue!

Ice terdiam membaca pesan dari Blaze, astaga padahal Blaze tadi pagi sampai jam 10 malam bersikap sedikit baik padanya. Jangan sampai besok Blaze menjelma jadi iblis lagi untuknya.

Blaze
Online

ICE! JAWAB CHAT GUE!

Aku tahu, aku minta maaf. Aku nggak jadi batalin janjinya, tapi jangan marah-marah ya?

Ice menekan tombol kirim. Setelah itu, ia meletakkan ponselnya di atas meja dan kembali merebahkan tubuhnya di kasur. Ia memejamkan mata, berharap besok akan menjadi hari yang lebih baik.

Behind the Mask of a Bully (Boboiboy Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang