72. Kangen

299 38 10
                                    

"Gue ketahuan, kayaknya bakal dikirim ke rehabilitasi kayak Duri juga," kata Solar setelah memutuskan kontak mata dengan Ice.

"Tolong jangan bawa Solar! Dia baik, dia melindungi saya!" teriak Ice sambil menarik-narik tangan polisi yang membawa Solar dengan tangan yang diborgol.

"Tenang, Nak. Dia hanya akan dimintai kesaksian lalu dikirim ke pusat rehabilitasi seperti abang kembarnya, jangan panik!"

Blaze berusaha menenangkan Ice, Taufan sempat menyentuh pundak Solar dan membisikkan kata-kata penyemangat. Sedangkan Halilintar membantu Gempa yang muntah karena melihat mayat fi hutan tadi.

"Fan, ini adek lo muntah mulu," kata Halilintar, pada akhirnya mereka pulang.

Halilintar dan Blaze berusaha menenangkan Ice yang menangis sepanjang hari di kos. Sedangkan Taufan merawat Gempa di rumah mereka karena masih mual dan pusing.

Sedangkan Solar di sisi lainnya menjawab semua pertanyaan dari polisi dengan nada datar. Ekspresinya tak menunjukkan dia bersalah sedikitpun.

"Huh, gimana bisa orangtua angkat kalian menciptakan dua psikopat kembar ini?" gumam salah satu polisi yang agak tertekan melihat betapa datarnya Solar.

Hal yang sama pernah mereka rasakan saat mengintrogasi Duri, abang kembarnya Solar. Hasilnya membuat mereka tertekan dan hampir melempar Duri keluar dari ruang introgasi kalau saja mereka tak ingat Duri masih di bawah umur.

Solar memiringkan kepalanya mencoba melihat siapa yang ada di luar, dia melihat sekilas ada Halilintar yang sepertinya ingin mengunjunginya.

"Hmm?" gumam Solar ketika melihat ada Blaze, Solar langsung berdiri ketika melihat ada Ice juga.

Dia bukannya kaget karena Ice datang, tapi Solar kaget karena mata Ice sampai bengkak. Jangan bilang Ice menangisinya sepanjang hari! Solar akan memaki Ice kalau dugaannya itu memang benar.

"Silakan temui temanmu, kami akan membawamu ke tempat Duri berada. Kalian akan satu tempat rehabilitasi," kata polisi itu, mereka berharap Duri dan Solar akan lebih baik nantinya.

Solar hanya mengangguk, dia keluar dari sana dan melirik sekilas ke arah Ice yang masih menangis.

"Kagak usah nangis, gue kagak kenapa-napa," kata Solar sambil mendengkus kasar.

"Heh! Jangan kasar-kasar sama Ice, dia khawatir ya sama lo," kata Blaze, dia mendengkus pelan.

"Udah, kalian jangan berantem," kata Halilintar berusaha menenangkan Blaze.

"Gue bakal dikirim ke tempat rehab, gue harap kalian jangan lupain gue, cuma beberapa bulan doang, kok," kata Solar pada akhirnta.

Setelah perpisahan singkat di kantor polisi, Solar diantar ke tempat rehabilitasi yang terletak di pinggiran kota. Tempat itu tenang dan dikelilingi oleh pepohonan hijau yang rimbun, memberikan kesan damai yang kontras dengan kekacauan yang baru saja dia alami. Di dalam, dia ditempatkan di ruangan yang sederhana dan nyaman, dengan jendela besar yang menghadap taman.

Beberapa hari setelah kedatangannya, Solar bertemu dengan Duri di ruang terapi. Duri terlihat lebih tenang daripada saat terakhir mereka bertemu, meskipun masih ada kesedihan di matanya. Mereka berdua duduk berhadapan, dan Solar merasakan beban di dadanya mulai sedikit menghilang.

"Jadi, kita akhirnya sampai di sini," kata Duri dengan senyuman tipis, berusaha menghidupkan suasana. "Gak nyangka, ya?"

"Iya, enggak kebayang kita bakal bareng di tempat kayak gini," jawab Solar sambil mengangguk. "Tapi mungkin ini memang yang kita butuhkan."

Ice dan Taufan secara rutin mengunjungi Solar dan Duri. Ice selalu membawa makanan untuk mereka, berusaha untuk menghibur Solar dengan segala cara yang dia bisa. Dia tak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya, tapi kali ini dia berusaha untuk lebih tenang.

Behind the Mask of a Bully (Boboiboy Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang