Frostfire menunjuk ke arah siswa yang terkapar tadi. "Dia udah nyakitin mereka. Kalo gue gak ngasih dia pelajaran, dia bakal terus ngejahatin adik-adik kita."
"Tapi Frost, lo gak boleh main hakim sendiri," bantah Glacier, suaranya masih bergetar.
"Gue nggak main hakim sendiri, Glacier. Gue cuma ngelindungin adik-adik kita. Kalo lo gak suka sama cara gue, lo bisa lapor ke guru. Tapi inget, kalo lo lapor, berarti lo gak peduli sama keselamatan adik-adik kita."
Glacier mulai luluh pada ucapan abang kembarnya, akhirnya dia hanya mengangguk dan tak marah pada Frostfire lagi.
Solar terdiam, seketika dia teringat pada Duri, abang kembarnya itu. "Pinter banget bela diri sendiri," gumamnya.
Taufan menepuk pundak Solar. "Lo ngerasa dia kayak mirip Duri ke lo gak sih cara ngelindungin saudaranya?" tanyanya.
Solar mengangguk, dia merasakan firasat buruk ketika melihat sikap Frostfire yang seperti tadi.
Hari itu berakhir dengan Frostfire dihukum dan siswa yang dia hajar berakhir di rumah sakit. Namun, Frostfire tak peduli, dia hanya tersenyum hangat ketika adik kembar dan empat adik sepupunya lewat ketika Frostfire sedang menjalani hukuman.
"Lo kenapa, Solar?" tanya Taufan, yang memperhatikan wajah murung sahabatnya itu.
Solar menggeleng pelan. "Gak papa," jawabnya singkat.
Taufan tahu Solar sedang menyembunyikan sesuatu. Dia sudah lama memperhatikan Solar sejak kejadian di kantin. Solar terlihat lebih pendiam dari biasanya, dan sering melamun. Taufan tahu bahwa Solar sedang terbebani dengan masalah yang cukup berat.
"Lo masih kepikiran masalah gosip sama Ice kan?" tebak Taufan.
Solar terkejut. "Kok lo tahu?"
Taufan tersenyum kecil. "Kelihatan banget, Solar. Gue tahu lo lagi stres banget."
Solar menghela napas panjang. "Gue gak nyangka gosip itu bakal bertahan selama ini. Gue sama Ice udah jelasin berkali-kali kalau kita cuma temen, tapi orang-orang masih aja nggak percaya."
"Biarin aja orang-orang mau ngomong apa. Yang penting kita, lo sama Ice tahu kebenarannya," ucap Taufan.
"Tapi, Taufan, gimana kalau nanti orang-orang jadi benci sama Ice gara-gara gue?" tanya Solar.
"Perasaan tanpa gosip itu semua orang pada benci sama Ice dah sejak tahu Blaze sama Ice kembar gak identik," kata Taufan.
"Maksud gue, gimana kalau Ice makin dibenci?" Solar mengubah pertanyaannya.
"Ya itu jadi kewajiban kita buat bantuin Ice," balas Taufan dengan santai, dia beberapa kali membukakan camilan baru untuk Solar.
Solar memakan camilan yang selalu dibukakan Taufan. "Gue masih kesel gara-gara Ice cowok tapi lembut banget," katanya.
"Lo bukain camilan mulu njir, gue nanti gemuk gimana?" Solar akhirnya mendorong camilan yang disodorkan kakak kelas itu padanya.
"Gapapa, Duri bilang pengen lihat Solar seneng, bahagia, terus agak gemuk biar gak kurus kering," balas Taufan, dia tertawa sampai perutnya sakit ketika Solar langsung menonjok lengannya dan lari mengikuti Ice dan Blaze yang lewat.
"Duri kenapa bilang gitu sih? Gue kan jadi malu," gumam Solar ketika teringat abang kembarnya itu.
Oh iya, Duri tak satu sekolah dengan mereka karena dia bersekolah di tempat lain. Jadi, Duri jarang bertemu dengan kembarannya itu ketika Solar sedang sekolah.
Mereka hanya bertemu saat di kos saja. Selama itu juga Solar belajar bergaul dengan Ice, Blaze, bahkan Gempa. Sesekali Halilintar dan Taufan akan mengajaknya ngobrol atau bermain game sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Mask of a Bully (Boboiboy Fanfiction)
FanficSetelah Blaze dan Ice sudah akur dan Ice tak dirundung Blaze lagi. Semua masalah telah mereka selesaikan, suatu hari mereka bertemu dengan murid baru yang menjadi adik kelas mereka dengan kepribadian buruk, apakah mereka akan membantu adik kelas mer...