52. Sup ayam

175 40 46
                                    

Blaze dan Ice kembali ke kelas. Selama sisa waktu pelajaran, Ice terus memperhatikan Blaze. Dia memastikan bahwa kembarannya tidak terlalu banyak bergerak dan berbicara.

Blaze terlihat mengintip Taufan yang masih berusaha mengajak Solar berteman. Sungguh lucu sekali, Blaze ingin tertawa kencang tapi luka pada pipinya membuat Blaze berpikir dua kali.

"Kak Taufan kasian banget ngejar-ngejar Solar kayak gitu," kata Ice melihat Solar, teman sekelasnya ketus pada kakak kelas mereka.

"Ini semua salah siapa coba yang nyaranin Kak Taufan ngajakin Solar berteman supaya Solar bisa ramah dan terbuka sama orang lain," lanjut Ice sambil melirik Blaze.

"Maaf, gue cuma pengen bantu," kata Blaze ketika menyadari lirikan adik kembarnya itu.

Ice masih meliriknya tanpa mengatakan apapun sehingga membuat Blaze merasa canggung.

Blaze menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ya udah, gue minta maaf. Tapi kan maksud gue baik."

Ice menatap Blaze sejenak, lalu menghela napas. "Iya, aku tahu. Tapi kan nggak usah sampai kayak gini."

Blaze hanya bisa mengangguk saja karena tak ingin membuat Ice kesal.

Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Ice dan Blaze segera keluar kelas. Mereka berjalan beriringan menuju parkiran.

"Blaze, kamu mau pulang atau ke rumah sakit buat periksa luka di pipi kamu?" tanya Ice.

"Nggak usah ke rumah sakit, gue udah mendingan," jawab Blaze.

"Ya udah, tapi kalau masih sakit juga, kita ke dokter ya?" pinta Ice.

Blaze hanya mengangguk lalu merangkul bahu adik kembarnya itu. Mereka mulai membicarakan pelajaran di kelas tadi, dan sedikit membahas Solar yang jarang bicara dengan teman sekelas mereka.

Saat mereka berjalan melewati lapangan basket, mereka melihat Taufan dan Solar sedang duduk di bangku penonton. Taufan terlihat sedang berusaha mengajak Solar berbicara, namun Solar terlihat acuh tak acuh.

Ice menyikut lengan Blaze. "Liat tuh gara-gara kamu, Kak Taufan masih aja ngejar-ngejar Solar."

Blaze menggaruk kepalanya sambil meringis, akhirnya Blaze meninggalkan Ice yang diam di dekat lapangan basket untuk mendatangi Taufan.

"Hai, Fan," sapa Blaze pada kakak kelasnya itu.

"Lah, Blaze kok belum pulang?" Taufan melakukan tos persahabatan mereka semasa menjadi perundung dulunya.

"Lah lo juga kenapa kagak pulang-pulang?" Blaze balas bertanya.

"Njir malah balik nanya," gumam Taufan.

"Lo belum pulang karena masih ngajakin Solar temenan gara-gara gue suruh, kan?" Blaze bertanya.

Taufan mengangguk, dengan pede-nya dia bilang, "Gue otw temenan sama Solar sih."

Taufan menoleh ke tempat Solar duduk tadi. "Anjir? Kok ilang?" Taufan menunjuk tempat yang diduduki Solar tadi.

Blaze menahan tawanya ketika Taufan tak sadar Solar menggunakan kesempatan untuk kabur dari kakak kelas mereka itu.

"Gue balik duluan!" teriak Solar berlari secepat mungkin dari sana ketika menyadari Taufan dan Blaze menatap ke arahnya yang hampir sampai parkiran.

"Ice, lo bareng gue ke kos apa kagak?" Solar bertanya karena melihat Ice sudah berdiri di samping motor Blaze.

Ice terdiam sejenak, dia mengerjapkan matanya dengan pelan. Ini Solar ngajak Ice ngomong duluan?

"Eh, aku lagi nungguin Blaze ngobrol sama Kak Taufan," jawabnya.

Behind the Mask of a Bully (Boboiboy Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang